Monday, June 6, 2022

Sejarah Candi Borobudur Lengkap : Asal Usul, Letak, Relief, dan Fungsinya

Candi Borobudur - Pada artikel kali ini, kita akan membahas tema yang cukup menarik yaitu "Sejarah Candi Borobudur", selain sejarah berdirinya, kita juga akan mengungkap asal-usul pembangunan, relief, dan fungsinya. Candi Borobudur merupakan candi yang tidak asing bagi kita, bahkan dari kalian mungkin sudah pernah berkunjung ke candi ini. Kepopuleran Borobudur bahkan sampai ke dunia Internasional, banyak para pelancong atau turis asing yang berdatangan untuk melihat salah satu warisan budaya yang sudah di akui oleh UNESCO dengan nomor 582.


Dimana lokasi Candi Borobudur? Lokasi candi ini berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.  Tepatnya di bukit kecil yang dikelilingi oleh beberapa pegunungan antara lain Gunung Merbabu, Merapi, Sindoro, Sumbing dan Menoreh. Apabila kalian berada di Yogyakarta, sekurang-kurangnya harus menempuh jarak 15 km untuk dapat sampai ke lokasi candi. Banyak yang bertanya-tanya, Candi Borobudur itu Candi Buddha atau Candi Hindu? bahkan ada isu yang beredar di masyarakat bahwa Candi Borobudur merupakan candi yang dibangun oleh Nabi Sulaiman. Manakah yang benar??

Sejarah Candi Borobudur Lengkap
Sejarah Candi Borobudur Asal Usul Letak
Relief dan Fungsinya

Asal-usul Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan Candi Budha terbesar di Indonesia. Berdasarkan beberapa pendapat ahli sejarah, asal usul Candi Borobudur merupakan hasil dari peninggalan masa Dinasti Saylendra Kerajaan Mataram, tepatnya saat kerajaan ini diperintah oleh Raja Samaratungga. Para ahli berpendapat bahwa pembangunan Candi Borobudur selesai pada abad ke 8. Ada hal yang sampai sekarang masih menjadi misteri dari Candi ini, apa itu? Sesuatu yang masih menjadi Misteri Candi Borobudur adalah mengenai asal-usul namanya.

Asal usul nama Candi Borobudur masih menjadi misteri sampai sekarang karena tidak ada bukti baik berupa prasasti atau pun kitab yang menjelaskan nama asli dari Candi ini. Beberapa mitos mengenai asal usul penamaan Candi Borobudur ada yang mengatakan bahwa candi ini berasal dari kata "Samara Budhara" artinya gunung dengan lereng berteras-teras. Sementara itu, ada juga yang berpendapat bahwa asal usul penamaan Borobudur dari ucapan Buddha yang mengalami perubahan.

Lalu siapa yang memberi nama Candi Borobudur? Berdasarkan sejarahnya, orang pertama yang menyebutkan candi ini dengan nama "Borobudur" adalah Sir Thomas Stanford Raffles. Ia menyebutkan nama Borobudur dari dua kata yaitu Bore dan Budur. Bore memiliki arti Dasa tempat ditemukan candi, sementara budur memiliki arti purba. Pendapat tersebut ditulis dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Pulau Jawa".

Asal usul mengenai nama Candi Borobudur sampai saat ini belum disepakati oleh beberapa ahli sejarah. Berdasarkan Kitab Negarakertagama disebutkan mengenai budur yang merupakan sebuah bangunan suci penganut agama Buddha dengan aliran Vajradhara. Sementara itu, menurut Casparis (Pada Prasasti Kahulunan tahun 842 Masehi) dijelaskan mengenai Kawulan i Bhumi Sambhara. Dari isi prasasti tersebut beliau berpendapat bahwa Candi Borobudur adalah candi yang digunakan sebagai tempat pemujaan.

Berdirinya Candi Borobudur

Kapan Candi Borobudur didirikan? Berdasarkan bukti yang nyata pada isi tulisan di batu-batu yang terdapat di Candi Borobudur disitu disebutkan bahwa candi ini dibangun pada tahun 780 Masehi atau pada masa Wangsa Sanjaya berkuasa di Kerajaan Mataram. Proses pembangunan membutuhkan waktu yang lama hingga dapat diselesaikan pada tahun 830 masehi atau sekitar 50 tahun (saat Raja Samaratungga berkuasa)
Beberapa pendapat bermunculan mengenai tokoh arsitek yang membangun candi ini, ada yang berpendapat Candi Borobudur dibangun oleh arsitek yang bernama Gunadharma. Akan tetapi  bukti tertulis mengenai tokoh yang membangun belum juga dapat ditemukan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, Candi Borobudur sebelum ditemukan keberadaannya yaitu telah terkubur oleh lava dari letusan Gunung Merapi, kemudian berhasil ditemukan setelah 1 ribu tahun atau lebih tepatnya sekitar tahun 1814 Masehi.

Pembangunan Candi Borobudur

Pembangunan Candi Borobudur membutuhkan waktu lama, yakni selama kurang lebih 50 tahun dengan melalui beberapa tahap yang dilakukan. Berikut ini 5 tahap pembangunan Candi Borobudur :
  • Tahap Pertama : Pembangunan dimulai pada tahun 780 Masehi, tahap pertama ini candi masih berupa bangunan kecil yang berbentuk teras bertumpuk berjumlah 3. Tahap ini mulanya bangunan dirancang berbentuk piramida kecil dan kemudian dihancurkan.
  • Tahap Kedua : Pembangunan pada tahap ke 2, Jumlah teras bangunan yang semula berjumlah 3 kemudian diperbanyak. Hal ini dilakukan dengan dilebarkannya pondasi candi borobudur.
  • Tahap Ketiga : Tahap ini, perubahan pembangunan dilakukan lebih teliti. Puncak teras yang sebelumnya berjumlah 1 teras bundar kemudian dipindahkan dan diganti dengan 3 teras berbentuk bundar. Selain itu, disetiap teras yang berada di puncak dibangun juga sebuah stupa
  • Tahap Keempat & Kelima : Tahap ini terjadi beberapa perubahan, meliputi menambahkan relief baru, perubahan patung dan tangga di sepanjang Jalan candi. Dekorasi pada monumen pun dirubah namun simbolnya tetap sama.

    Relief Candi Borobudur

    Keberadaan relief di Candi Borobudur merupakan karya seni tinggi yang memiliki nilai tak terhingga dan sangat mahal harganya. Pada tahap pertama pembangunan candi, terdapat relief pada bagian kaki bangunan. Relief ini menggambarkan tentang hukuman berat bagi setiap orang yang berbuat jahat (berkelahi dan membunuh hewan).

    Relief Candi Borobudur
    Relief yang terdapat di Candi Borobudur
    Pada bagian dinding pertama, candi borobudur terdiri dari empat relief meliputi 2 pada bagian serambi dan 2 di tembok utama. Relief di bagian serambi menggambarkan tentang Buddha dari lahir dan kisah hidupnya. Sementara itu, relief pada dinding utama menggambarkan kehidupan hingga mendapatkan pencerahan serta sang budha sebagai guru bertapa.

    Pada bagian ke lima terdapat 3 gambaran bagian atasnya. Relief bagian atas menggambarkan tentang seorang pemuda anak dari pedagang yang memiliki nama Sudhana. Tokoh ini mencari pencerahan dengan berguru ke beberapa guru. Rata-rata relief di bagian atas menceritakan kehidupan tentang Sudhana. Terdapat pula relief transportasi yang digunakan Sudhana untuk bepergian yakni dengan gajah dan kereta kuda.

    Sementara itu, pada bagian terakhir relief yang terdapat di Candi Borobudur dibagian teras atas menceritakan tentang Sudhana melakukan sumpah untuk menjadi Bodistava. Relief yang terdapat dibagian paling atas ini menunjukan bahwa pada bagian ini merupakan bagian yang sangat dihormati di bangunan Candi Borobudur. Relief-relief yang terdapat digambarkan dengan tujuan para peziarah yang datang untuk mengikuti jejak Sudhana.

    Keruntuhan dan Penemuan Kembali Candi Borobudur

    Seperti yang sudah dijelaskan diatas, Candi Borobudur pernah terkubur oleh Lava dari Letusan Gunung Api Merapi yakni pada sekitar tahun  950 Masehi. Setelah terkubur, kemudian dapat ditemukan ditemukan kembali setelah hampir selama 1000 tahun selanjutnya, yakni tahun 1814. Penemu Candi Borobudur adalah Raffles, dia merupakan orang inggris. Ia pertama kali mendapatkan informasi mengenai keberadaan tumpukan batu bergambar ketika ia berkunjung di kota Semarang.

    Setelah ia mengetahui keberadaan penemuan tersebut, kemudian pada tahun 1814 ia bersama rombongannya menuju tepat ditemukannya batu bergambar yakni di daerah Kedu. Tindakan yang dilakukan Raffles merupakan untuk mencari tau lebih lanjut mengenai legenda tentang bukit yang terdapat di dekat desa Boro.

    Setelah sampai di lokasi, ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk memotong habis semak-semak yang ada. Setelah itu, kemudian menggali dan membersihkan tanah yang merupakan abu bekas letusan gunung Merapi. Mereka akhirnya berhasil menemukan bongkahan batu dengan jumlah yang banyak, pada batu tersebut terdapat pahatan gambar-gambar yang unik dan aneh. Setelah tumpukan-tumpukan batu tersebut ditemukan, kemudian dibersihkan.

    Pemugaran Candi Borobudur

    Setelah berhasil ditemukan, Candi Borobudur telah mengalami beberapa pemugaran. Pembugaran dibagi menjadi dua fase yakni masa Hindia Belanda dan setelah kemerdekaan. Fase pertama, pemugaran dilakukan pada tahun 1907 sampai tahun 1911. Pemugaran ini dipimpin oleh Van Erp. Hal utama yang didahulukan dalam pemugaran adalah mengembalikan stupa pusat bagian candi dan 3 teras atapnya sehingga bersatu.

    Pemugara kedua Candi Borobudur dilakukan pada tahun 1973 sampai dengan tahun 1983. pada tahap ini dilakukan pembongkaran candi. Pembongkaran dilakukan dengan tujuan untuk penguatan candi. Pada proses ini, bagian dinding dan fondasi diberi beton bertulang hal ini untuk menguatkan candi. Selain itu, candi-candi dibersihkan, batunya diteliti dan juga diberi pengawet. Proses terakhir yaitu menyusun kembali bangunan Candi Borobudur seperti semula.

    Candi Borobudur Sebagai Warisan Budaya Dunia

    Saat ini Candi Borobudur merupakan salah satu tempat wisata di Indonesia yang menjadi primadona bagi wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Hal ini tidak lepas dari peran UNESCO yang telah mengakui Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia pada tahun 1991. Tidak hanya bagi wisatawan, tetapi bagi umat Buddha yang ada di Indonesia maupun kawasan Asia, Candi Borobudur masih memiliki penting.

    Candi Borobudur juga sering digunakan untuk upacara keagamaan. Umat Buddha misalnya, mereka sering menggunakan Candi Borobudur sebagai pusat kegiatan keagamaan saat hari Waisya. Oleh karena itu, saat hari Waisya Candi Borobudur sangat ramai dan dipenuhi pengunjung yang bukan hanya wisatawan tetapi umat Buddha Indonesia maupun Asia.

    Ingin mengetahui beberapa candi populer yang berhasil ditemukan di Indonesia? Baca beberapa candi berikut ini.
    1. Candi Dieng 
    2. Candi Ratu Boko
    3. Candi Bahal
    4. Candi Muara Takus
    5. Candi Bojongmenje
    6. Candi Gedong Songo
    7. Candi Cangkuang
    8. Candi Badut
    Sekian pembahasan Sejarah Candi Borobudur Lengkap : Asal Usul, Letak, Relief, dan Fungsinya. Semoga bermanfaat bagi pembaca. Ikuti terus, karena banyak artikel menarik lainnya. 

    Labels: , , ,

    Wednesday, June 1, 2022

    Asal Usul Sejarah Candi Borobudur

    Asal Usul Sejarah Candi Borobudur

    Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
    yang letaknya sebelah selatan + 15 km sebelah selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit hampir seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

    Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut juga 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.

    ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
    WAKTU DIDIRIKAN
    Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur akan tetapi kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti
    namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
    menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9
    dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.

    Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah jawa tengah pada khususnya
    periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra
    kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu

    Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.

    Tahap Pembangunan Borobudur
    * Tahap pertama
    Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
    * Tahap kedua
    Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
    * Tahap ketiga
    Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
    * Tahap keempat
    Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.

    PENEMUAN KEMBALI
    Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.

    Tidak akan pernah masuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan

    Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
    Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA,
    sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur

    Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
    Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.

    Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam.
    Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.

    Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman,
    karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
    puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sehingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
    Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi

    PENYELAMATAN 1
    Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur
    mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
    Pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur
    Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp

    walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutama tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.

    Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam,
    namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi dan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
    Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu,
    Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah

    PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
    Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
    prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
    karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM
    bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )

    Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah,
    pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
    sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
    ( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).

    Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.

    Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur
    penulisan dalam prasasti tersebut di tanda tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.

    Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
    * 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
    Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
    * 1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.
    * 1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
    * 1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.
    * 1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
    * 1956 - Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO.
    Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
    * 1963 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.
    * 1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.
    * 1971 - Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
    * 1972 - International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
    Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
    Sisanya ditanggung Indonesia.
    * 10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984
    * 21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali.
    Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
    * 1991 - Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
    BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO

    ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
    Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini.
    Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
    Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.

    Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur.
    Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
    Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
    Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.

    Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.
    Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.

    Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
    Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
    Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut  Bhūmisambhāra.
    Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur,
    kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
    Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.

    BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
    URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
    Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3
    bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
    pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.

    Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
    Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
    Pada sudut yang membelok 113 M
    Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M

    Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.

    Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.
    Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.

    Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
    Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

    Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
    Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi.
    Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga.
    Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

    Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu.
    Lantainya berbentuk persegi.
    Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.
    Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
    Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.

    Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief.
    Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
    Denah lantai berbentuk lingkaran.
    Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
    Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan.
    Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.

    Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
    Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
    Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu.
    menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak.
    Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.

    Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.

    Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain.
    Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit.
    Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
    Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
    Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.

    Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala.

    Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.

    PATUNG
    Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
    Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah
    Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
    Jumlah : 504 Buah

    Agar lebih jelas susunan – susunan patung Budha pada Budha sebagai berikut:
    1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
    2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
    3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
    4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
    5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
    6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
    7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
    8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
    Jumlah : 504 Patung Budha

    Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya namun sesunguhnya ada juga perbedaannya perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu sama lainya adalah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap patung
    sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam hanya saja karena macam oleh karena macam mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada bagian rupadhatu langkah V maupun pada bagian arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5
    kelima mudra itu adalah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.

    PATUNG SINGA
    Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang jumlahnya berkurang karena berbagai sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.

    STUPA
    - Stupa Induk
    Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah paling atas yang merupakan mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur,
    garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga trletak di garis Harmika.
    - Stupa Berlubang / Terawang
    Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada teras I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha.
    Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu
    Teras I terdapat 32 Stupa
    Teras II terdapat 24 Stupa
    Teras III terdapat 16 Stupa
    Jumlah 72 Stupa
    - Stupa kecil
    Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja perbedaannya yang menojol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menempati relung – relung pada langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.

    RELIEF
    Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
    Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur.
    Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka.

    Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu.
    Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.

    Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :
    KARMAWIBHANGGA
    Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi,
    relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma.
    Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial),
    tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat.
    Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya,
    tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala.
    Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan

    LALITAWISTARA
    Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap )
    yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras.
    Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur.
    Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
    Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
    Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.

    JATAKA DAN AWADANA
    Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta.
    Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga.
    Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.

    Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana.
    Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan.
    Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.

    GANDAWYUHA
    Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
    Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.

    ARCA BUDDHA
    Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.

    Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan.
    Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
    Barisan pagar langkan pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
    Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
    Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
    Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa.

    Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar negeri).

    Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan.
    Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana.

    Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
    dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas.
    Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat.
    Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha;
    masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri

    Sedikit Foto - Foto dari Candi Borobudur














    Labels: , , ,