Saturday, December 15, 2018

Weekend Gateway: Kuningan-Cirebon Bagian 2

Goa Sunyaragi
Melanjutkan perjalanan dari Kuningan, dari Telaga Nilem kami berangkat menuju Cirebon selepas Ashar dan menginap di Cirebon satu malam. Karena masih ada sedikit waktu jadi kami berencana ke Goa Sunyaragi sekaligus menikmati sunset. 
Sampai di parkiran sekitar jam 4 lewat. Setelah membayar tiket masuk Rp. 10.000 per orang dan parkir Rp. 3.000 kami memasuki areal cagar budaya ini. oh iya, kami sholat Ashar dulu di mushola yang ada di dalam area ini.
Nah sebagai pengetahuan aja, areal Cagar Budaya ini mempunyai luas sekitar 15 hektar, dengan bangunan yang mirip candi. Gua ini merupakan bagian dari Kasepuhan dan kabarnya ada goa penghubung kedua areal tersebut. Sementara itu dari artinya, sunya=sepi, raga=raga jadi sunyaragi bisa diartikan tempat menyepi/bertapa keluarga Kerajaan. 
Salah satu sudut Goa Sunyaragi
Selain buat menyepi, di sini juga terdapat Taman Sari (tempat pemandian keluarga kerajaan), tempat ibadah, gudang perlengkapan perang, dll. Untuk lebih lengkap kalian bisa baca di sumbernya Wikipedia-Goa Sunyaragi. 
Landmark Goa Sunyaragi
Welfie...
Welfie...
Niat nya menikmati sunset di sini tidak terlaksana karena ternyata area ini ditutup jam 5 hahahha. Cuman yang herannya, mendekati jam 5 masih saja menerima tamu dan di loket gak dikasih tahu bahwa jam 5 di tutup. 
Meskipun bergantian berfoto dengan pengunjung lain akhirnya kami bisa berfoto di beberapa spot foto andalan di sini. Dari satu lokasi ke lokasi lain di hubungkan oleh jalan-jalan dan lorong-lorong sempit. Di sini kita bisa melihat ruang-ruang kecil untuk beristirahat dan bersemedi. Juga terlihat jalur-jalur drainase/aliran air.
Salah satu sudut Goa
Salah satu sudut Goa
Pintu-pintu yang ada di tiap ruangan ukurannya kecil-kecil dengan ketinggian sekitar 150-160 cm. Jadi kita harus menunduk untuk melewatinya, ini mengandung filosofi bahwa dalam kehidupan ini kita harus selalu rendah hati/tidak sombong. Catet ya.... !!!!   
Salah satu sudut Goa
Salah satu sudut Goa
Terakhir kami berfoto di dekat Gua Peteng yang ada Patung Gajah nya. Dan lokasi ini konon adalah Taman Sari dulunya. Ternyata baru tahu di sini juga terdapat Patung Perawan Kunti, karena kurang memperhatikan, jadi saya melewatkannya. Dan karena di buru-buru, udah ditungguin oleh petugas yang memberitahu bahwa jam 5 akan ditutup, kami pun buru-buru di sini.
Gua Peteng
Gua Peteng
Gua Peteng
Keluar dari area Goa Sunyaragi, selanjutnya mencari penginapan. Melalui app. online kami mendapatkan 2 kamar untuk 1 malam dimana penginapannya tidak begitu jauh dari Stasiun kereta dan harganya tidak terlalu mahal (sekitar Rp. 210.000). Sampai dipenginapan yang ternyata lumayan luas dengan AC dan air panas dingin, selanjutnya makan malam.
Menu makan malam tentulah yang menjadi ciri khas Cirebon yaitu Empal Gentong. Empal Gentong yang terkenal di sini adalah Empal Gentong Ibu Nur yang lokasinya tidak terlalu jauh dari penginapan. Meski ramai banget,, untunglah bisa mendapatkan tempat duduk dan menikmati Empal Gentong yang hits ini.


Kasepuhan Cirebon

Jam 8 pagi tanpa sarapan kami langsung check-out dan melanjutkan perjalanan ke Keraton Kasepuhan. Jarak dari penginapan ke Keraton sekitar 4km yang ditempuh sekitar 15 menit. Karena salah ambil jalan, kami masuk lewat gerbang belakang. Untuk masuk ke Keraton kita dikenakan tarif Rp. 25.000/orang, lumayan mahal ya?.

DI belakang, terdapat lagi gerbang yaitu menuju ke Sumur 7. Untuk masuk ke komplek Sumur 7 kami membayar lagi Rp. 10.000/orang. Komplek ini dikelilingi oleh pagar-pagar dan gapura-gapura dari bata yang terlihat artistik. Konon kabarnya ketujuh sumur ini ada kegunaannya masing-masing, malah ada yang beracun. 
Jalan menuju Sumur 7
Salah satu sumur di Sumur 7
Salah satu sumur di Sumur 7
Di komplek ini juga terlihat area Tamansari/Tempat Pemandian. Juga, jangan heran kalau di dalam ini terlihat ada yang menjual jerigen yang di gunakan untuk mengambil air untuk di bawa pulang (untuk apa, entahlah !!!). 
Tamansari
Salah satu sumur di Sumur 7
Salah satu sumur di Sumur 7
Puas berkeliling kompleks Sumur 7  ini, terakhir ada komplek makam Sunan Gunung Jati. Untuk yang mau masuk komplek ini harus membuka alas kaki. Di dalam terdapat semacam balairung dan di jaga oleh seorang juru kunci nya. Karena tujuan kami ke sini hanya untuk berkunjung dan mengambil foto, kami tidak tertarik dengan godaan-godaan yang berbau mistik yang menyelimuti Sumur 7 ini, atau istilahnya, hanya sekedar tahu.
Petilasan Sunan Gunung jati
Keluar dari komplek Sumur 7 selanjutnya menuju Keraton. Keraton ini adalah tempat Kesultanan Cirebon bertahta. Sebenarnya ada lagi Museum yang menyimpan koleksi dan harta kerajaan tapi kami tidak masuk ke dalam musim hanya berkeliling komplek Keraton.
Museum
Komplek ini dikelilingi oleh batu bata merah. Bangunan utama berwrna putih yang didepannya terdapat simbol 2 macan putih yang merupakan lambang keluarga besar Pajajaran. Di dalam bangunan terdapat ruang tamu, dan singgasana raja. Untuk menuju singgasana terdapat bangunan/selasar berbentuk bujur sangar yang miring yang bertujuan agar musuh tidak langsung menuju ke arah Sultan.
Bangunan utama Keraton
Bangunan utama Keraton
Di sebelah kanan terdapat gerbang yang di hiasi keramik-keramik dari China. Untuk diketahui bahwa salah satu istri Sunan Gunung Jati berasal dari China. Keramik-keramik ini di tempel di dinding-dinding gapura dan bangunan yang ada di dalam.
Pintu Buk Bacem yang dihiasi keramik China
Hiasan dari keramik China
Untuk cerita lengkap mengenai Keraton Kasepuhan bisa di baca di Wikipedia.
Mesjid Agung Sang Cipta Rasa
Selanjutnya kami menuju bangunan bersejarah lainnya yang berada di sekitar Keraton, yaitu Mesjid Agung Sang Cipta Rasa. Mesjid ini juga di sebut dengan nama Mesjid Kasepuhan. Mesjid ini berada di sebelah kiri di jalan masuk menuju Keraton (dari jalan raya). Nah di sepanjang jalan yang panjangnya sekitar 100m ini tumpah ruah oleh pedagang yang berjualan aneka makanan dan cindera mata.
Mesjid ini dibangun di jaman Sunan Sunan Gunung Jati tahun 1480 dan dirancang oleh Sunan Kalijaga dan dibantu oleh arsitek-arsitek lainnya.
Selasar mesjid
Hiasan di selasar mesjid
Mesjid ini sangat unik, untuk memasuki ruang utama dari Mesjid kita bisa melewati 9 pintu yang melambangkan Wali Songo (Wali 9). Pintunya kecil dan pendek sehingga untuk masuk/keluar kita harus menunduk. Ini ada filosofinya loh, dalam hidup, kita sebagai manusia harus selalu menunduk/rendah hati dan tidak sombong. Buat yang masuk haruslah sopan dan menutup aurat baik laki-laki dan perempuan. Di sebelah kanan terdapat sumur yang tidak pernah kering yang di sebut Sumur Zam-zam yang namanya mirip dengan Sumur Zam-zam yang ada di Mekkah. 
Keluar masuk ke ruang utama mesjid
Mihrab yang ada di ruang utama
Untuk yang ingin tahu mengenai keunikan mesjid ini silahkan baca link berikut, Mesjid Agung Sang Cipta Rasa.
Sudah mendekati tengah hari, kami kembali ke parkiran yang ada di belakang, tentu saja melewati komplek Keraton lagi. Dan kami di tawarkan oleh seorang Abdi untuk menemui Pangeran untuk meminta ‘berkat’ dan lagi-lagi kami tolak dengan halus karena kami ke sini hanya untuk bekunjung.
Link terkait:
- Telaga Remis, Telaga Nilem dan Telaga Biru

Labels: , , , , , , , , ,

Weekend Gateway: Kuningan-Cirebon Bagian 1


Weekend getaway kali ini, 27-28 Oktober 2018, kami memilih liburan ke Cirebon. Biasanya kami berwisata alam, tapi kali ini memilih wisata sejarah dan kuliner. Kali ini saya ditemani Noey, Kusti dan Revan. Dari Bogor kami kecuali Kusti berangkat dari Bogor sekitar jam 4.50 pagi. Melewati tol Cikampek, kami terjebak macet begitu memasuki tol hingga KM 45 karena pengerjaan Elevated Toll. Sekitar KM 36 kami mampir di rest area untuk menjemput Kusti.

Setelah KM 45, perjalanan mulai ramai lancar hingga memasuki tol Cipali. Tol Cipali sangat sepi, hanya terlihat satu dua mobil melintas, dan saya sedikit surprise karena bau pertama kali melewati tol ini. Hanya saja, kondisi jalan di tol Cipali ini sangat jelek dibandingkan tol CIkampek, Jagorawi ataupun Merak. Jalannya bergelombang dan kadang-kadang ada sedikit ‘patahan/retak’ sehingga mobil terasa ‘goyang’ dan harus hati-hati kalau berkecepatan tinggi.
Di jalan tol tiba-tiba tujuan berubah, kami  memutuskan hari ini ke Kuningan yaitu ke Telaga Remis, Telaga Nilem dan Telaga Biru. Semua telaga ini meskipun di Kuningan tapi masih dekat perbatasan dengan Cirebon. 
Keluar dari Tol Plumbon, mengikuti Google Maps, kami mengarah ke daerah Pasawahan (Kuningan). Memasuki jalan desa, melewati perkampungan yang kiri kanan jalan banyak pohon mangga yang sedang berbuah. Kondisi jalan yang terus menanjak karena berada di kaki Gunung Ciremai. Tujuan pertama kami adalah Telaga Biru atau lokasi terjauh di antara 3 telaga di atas.
Memasuki jalan desa yang dikiri kanannya banyak di tumbuhi pohon mangga yang kebetulan sedang musim berbuah. Hampir tiap rumah di sini ditanami pohon mangga. Desa-desa yang kami lewati lumayan tertata rapi dan bersih.


Telaga Biru
Melewati lokasi Telaga Remis dan Telaga Nilem, kami akhirnya sampai di Telaga Biru. Kebetulan masih pagi, sedkit sekali pengunjung di sini, hanya sekitar 4 orang. Telaga Biru ini kebetulan berada persis di sisi jalan. Jadi setelah parkir, kita bisa langsung menikmati pemandangan. Oh iya, karcis masuk di sini cuman Rp. 5.000/orang dan masih dikelola oleh masyarakat sekitar dan parkirnya juga seiklasnya (kami bayar Rp. 5.000 untuk mobil). Dan untuk kebersihan bisa mendapat skor 8/10 hehehehe.
Berfoto dulu di landmark Telaga Biru
Apa sih yang istimewa dari telaga ini? Memang telaga ini tidak begitu luas, jadi jangan membayangkan seperti Situ Gunung apalagi seperti Danau Toba hahahaha. Danau ini airnya berwarna biru, dengan sumber mata air yang tidak pernah kering. Di danau ini hidup ratusan ikan-ikan aneka warna seperti ikan mas, ikan nila dan bawal dengan ukuran jumbo. 
Aynan di atas telaga yang dipenuhi ikan-ikan
Aynan di atas telaga yang dipenuhi ikan-ikan
Aynan di atas telaga yang dipenuhi ikan-ikan

Aynan di atas telaga yang dipenuhi ikan-ikan
Bukan itu saja, suasana di telaga ini sangat alami, maklum di bawah kaki Gunung Ciremai. Di kelilingi pepohonan besar dan bukit membuat suasana jadi adem. Di tambah lagi ikan-ikan yang sangat jinak. Supaya ikan-ikan ini mendekat, kita cukup melempar umpat berupa pelet yang di jual di warung seharga Rp. 5.000 satu bungkus. Begitu pelet dilempar, ratusan ikan akan berebut dan menjadi atraksi yang seru. Di pinggir kolam juga disediakan ayunan buat yang mau foto-foto cantik cukup membayar Rp. 5.000, tidak ada aturan berapa lama, tapi jangan lama-lama juga karena harus gantian dengan pengunjung lain hehehe.
Spot foto Telaga Biru
Spot foto Telaga Biru
Spot foto Telaga Biru

Sudah semakin siang, selanjutnya menuju 2 telaga lagi yang berdekatan yaitu Telaga Remis dan Telaga Nilem.

Telaga RemisMasih di desa yang sama, Desa Kaduela, jarak dari Biru ke Telaga Remis sekitar 2km.hanya saja, Telaga Remis dan Telaga Nilem masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Karena dikelola oleh Taman Nasional jadi ongkos masuknya jadi mahal sekitar Rp. 15.000/orang plus parkir Rp. 5.000.
Jalan dari parkir ke telaga
 Telaga Remis ini agak mirip dengan Situ Gunung di Sukabumi, hanya saja di sini banyak banget warung-warung di lokasi telaga dan sepertinya kurang terawat. Air telaga juga terlihat sangat dangkal di penuhi tanaman air, mungkin saja kalau musim hujan jadi lebih dalam. Di pinggir telaga banyak terparkir perahu-perahu bebek untuk berkeliling telaga cuman ya itu... airnya sedang kering.
Suasana di pinggiran telaga
Di sekitar telaga juga disiapkan jembatan-jembatan untuk area foto. Karena tidak banyak yang dilakukan di sini, kami melanjutkan ke destinasi berikutnya, Telaga Nilem.
Spot foto di sekitar Telaga Remis

Spot foto di sekitar Telaga Remis
Telaga Nilem
Dari Telaga Remis ke Telaga Nilem sebenarnya bisa jalan kaki (dulunya) dan gerbang masuknya dulu satu lokasi. Sekarang ke Telaga Nilem harus melewati gerbang loket khusus. Jadi kami pindah lokasi parkir yang berjarak sekitar 500m.

Di pos kami ‘hanya’ membayar Rp. 10.000/orang karena sudah dari Telaga Remis. Jadi kalau hanya ke Telaga Nilem seharusnya membayar Rp. 15,000 plus parkir seiklasnya (kami bayar Rp. 5.000).

Karena tujuan utama ke Telaga Nilem untuk berenang, jadi kami membawa pakain renang/ganti. Dan jarak dari parkiran ke kolam renang sekitar 200m. sampai di area kolam terlihat ada 3 kolam renang. 2 yang pertama buat anak-anak, dan yang ke tiga buat orang dewasa yang kedalamannya sekitar 2-2,5m.

Di sekitar kolam terdapat warung-warung yang menjual aneka makanan dan minuman serta penyewaan ban. Juga ada yang menjual pakaian renang, jadi kalau kalian kesana lupa membawa pakaian renang, jangan takut ya....

Air di 3 kolam tersebut sangat jernih bak kristal dan tentu saja dingiiiin brrrr. Karena sudah dewasa, kamipun memilih kolam ketiga hehehehe. Selain airnya yang bening, juga terdapat tanaman air yang menghiasi dasar kolam sehingga serasa berenang di dalam aquarium. 
Bermain dikesejukan Telaga Nilem
Bermain dikesejukan Telaga Nilem
Bermain dikesejukan Telaga Nilem

Bermain dikesejukan Telaga Nilem
Jadi buat kalian yang suka foto-foto underwater, sangat pas kalau berada di sini. Terlihat eksotik loh.... apalagi ditambah dengan ikan-ikan endemik daerah ini, ikan kecil-kecil yang berwarna orang kemerahan. Ikan Nilem, inilah ikan yang menghuni telaga ini sehingga telaga ini dinamakan Telaga Nilem.
Revan dan Kusti @foto underwater
Foto underwater, ini saya....


Foto underwater, ini saya....
Foto underwater, ini saya....
Meskipun lama berenang di kesejukan air telaga ini, rasanya enggan pergi dan ingin berlama-lama di sini. Mengingat kami harus ke Cirebon mau gak mau kami harus segera melanjutkan perjalanan. Jadi buat kalian yang ke Kuningan atau Cirebon, tidak ada salahnya mampir di tiga telaga di atas. Tempat yang cocok buat bersantai melupakan rutinitas sehari-hari.
Telaga Remis, Telaga Nilem dan Telaga Biru
Lokasi:
Desa Kaduela, kecamatan Pesawahan-Kuningan-Jawa Barat

Baca link terkait:
- Goa Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, Sumur 7 dan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa

Labels: , , , , , , , , , ,