Friday, July 5, 2019

Back to Bali 4: Pantai Green Bowl dan Pantai Melasti

Pantai Green Bowl
Dari Garuda Wisnu Kencana (GWK) kami melanjutkan ke pantai-pantai yang berada di sekitar Ungasan-Kuta Selatan. Pantai yang paling dekat adalah Pantai Green Bowl yang berjarak sekitar 8km dari GWK. Meskipun di Maps kita bisa melihat jalur ke pantai ini namun di jalan raya belum terlihat penunjuk arah sebagaimana Pantai Pandawa. Jadi untuk ke pantai ini kami mengandalkan Maps.
Tidak terlalu susah mencari pantai ini karena masih searah dengan Pantai Pandawa yang lebih dikenal luas. Jadi untuk ke pantai ini bisa juga mengikuti jalur ke Pantai Pandawa. Pantai-pantai di wilayah ini hampir sama yaitu melewati tebing-tebing batu kapur dan perbukitan kering. Tapi jangan salah, meskipun area ini area kering, tebing dan batu kapur, di sinilah banyak hotel-hotel dan resort-resort mewah berada. Dan tanah-tanah kosong di sini umumnya sudah ada yang punya, dan tentu saja harganya selangit menyamai daerah segitiga emas Jakarta.
Melewati perbukitan kami bertemu pertigaan, ke kiri ke arah Pantai Pandawa (kami tidak ke Pandawa karena sudah pernah ke sini sebelumnya), dan lurus ke arah Green Bowl/Pantai Melasti. Terus hingga sampai ke pertigaan, kiri ke Green Bowl dan kanan ke Pantai Melasti. Terus saja nanti kita akan sampai di parkiran dimana banyak terlihat motor-motor. Di parkiran ini juga terdapat 2 warung dan Pura. Di sini tidak ada tiket masuk ataupun uang parkiran.
Awalnya saya agak bingung karena tidak melihat pantai di area ini, hanya terliat gazebo dan pagar beton pembatas dengan tebing, dari pagar ini terlihat lautan luas. Ternyata untuk kepantai, pengunjung harus turun melewati anak tangga- anak tangga yang ada di sisi tebing sebelah kiri. Kondisi jalan turunnya agak curam, berada di sisi bukit dan jurang. Menuruni anak tangga-anak tangga ini tidak akan terasa melelahkan tapi akan terasa ketika menaikinya (jalan pulang). Menempuh sekitar 200 meter perjalanan akhirnya kami sampai di bawah. Di bawah kami langsung di sambut ibu-ibu yang menjajakan dagangan cindera mata seperti di parkiran meskipun sedikit memaksa tapi masih mending dibandingkan dengan pedagang di Kintamani.
Jalan turun ke pantai
Jalan turun ke pantai
Pantai di sini, karena tersembunyi, tidak banyak pengunjung dibanding pantai-pantai mainstream yang ada di Bali. Pengunjungnya mayoritas wisatawan asing hanya beberapa orang saja wisatawan lokal, namun begitu pengunjungnya tidak lebih dari 20 orang. Garis pantai nya tidak sekitar 200m, berpasir putih dan airnya berombak besar di tengah dan sampai di pantai tidak begitu besar dan berwarna biru. Pantai ini di batasi oleh tebing, dan terdapat 2 goa di sini. Satu goa bisa dimasuki oleh pengunjung, dengan ketinggian langit-langit sekitar 3m dan tidak terdapat lorong-lorong dan mirip sebuah hall. Sementara satu goa lagi tidak boleh dimasuki pengunjung kecuali untuk yang mau beribadah dan ini tertulis jelas di papan peringatan nya. karena tenang dan sepi, gak salah pantai ini cocok buat penikmat pantai yang mau menjauh dari keramaian.
Green Bowl: Pantai yang tersembunyi
Green Bowl: Pantai yang tersembunyi
Goa yang ada di sepanjang pantai
Goa yang ada di sepanjang pantai
Berjalan ke sebelah kiri, melewati bebatuan karang kita akan sampai di area yang terdapat bukit batu dan cerukan. Pengunjung bisa memanjat ke bebatuan dan mendapatkan view pantai yang bagus. Hanya saja jangan mencoba ke area ini jika ombak sedang besar karena bisa terjebak dan gak bisa keluar.
Sisi lain Green Bowl
Pantai Melasti
Sebenarnya kalau lihat di Maps, jarak Pantai Melasti dan Green Bowl ini sangat dekat hanya sekitar 1km, kalau ditarik garis lurus, tapi karena kondisi alam dan tebing-tebing jadilah jalannya harus memutar sekitar 5km atau 10 menit perjalanan dengan motor. Melewati area tandus dan kering, kemudian sampai di loket masuk dan kami membayar Rp. 5.000/orang sudah termasuk parkir.
Gerbang masuk ke Pantai Melasti
Dari loket ke arah pantai kita harus melewati jalan masuk berbelok-belok hingga sampai di pantai. Tebing-tebing di sini mirip dengan di Pantai Pandawa. Jalan-jalan dan area terbuka dibuat dengan memangkas tebing-tebing kapur, dan bisa dibayangkan betapa diperlukan usaha besar untuk membuka area ini. Dan yang cukup mengganggu sekali adalah banyaknya kegiatan prewed yang memakan badan jalan dan malah parkir di tengah jalan. Sampai di pantai, masih banyak terdapat pembangunan/pembenahan infrastruktur untuk mempercantik pantai ini
Bukit kapur di Pantai Melasti
Pantai Melasti ini mempunyai garis pantai yang panjang, ada bagian yang berkarang dan ada yang tidak. Ombak memecah jauh ditengah sehingga area dekat pantai berair tenang dan membentuk kolam-kolam yang jernih. Cocok buat pengunjung yang ingin berenang ataupun sekedari bermain air. Di bagian ujung, adalah area berpasir yang lumayan luas yang biasa dipakai wisatawan asing  buat berjemur. Tapi tentu saja pantai ini gak cocok buat kalian yang gak mau kulit hitam atau berpanas-panas hehehe...
Area pantai yang cocok buat berendam
Pengunjung yang berjemur di Pantai Melasti
Pengunjung yang berjemur di Pantai Melasti
Karena sudah tengah hari bolong, kami kembali ke Kuta dan bersantai di penginapan selanjutnya habis Ashar menuju Tanah Lot.





Labels: , , , , ,

Back to Bali 3: Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK)

2 malam di Nusa Lembongan, saatnya untuk menyeberang ke Pulau Bali. Belajar dari pengalaman sewaktu berangkat, kali ini saya mencoba membeli tiket fastboat secara online. Dari salah satu agen saya dapat tiket seharga Rp.90.000 (jauh lebih murah dibanding berangkat seharga Rp. 200.000), dengan menggunakan fastboat Sri Rejeki. Pemberangkatan jam 11.15, dan pagi-pagi kami sudah sampai di loket keberangkatan dan sekalian mengembalikan motor sewaan. Dan ternyata untuk pembelian di loket, untuk wisatawan lokal hanya Rp. 75.000 !!!.

Tepat jam 11.15 kapal berangkat dan sampai di Sanur sekitar jam 12 siang. Berjalan ke arah jalan raya, kemudian menyeberang dan makan siang siang di KFC yang tepat berada di seberang jalan. Dari sini kami melanjutkan perjalanan ke Kuta menggunakan taksi online (biaya sekitar Rp. 130.000). di Kuta kami menginap selama 3 malam di sebuah guest house yang berjarak sekitar 1km dari jalan raya. Di sekitar guest house banyak terdapat penginapan sederhana dan laundy kiloan. Kami menginap di sini selama 5 malam. Untuk transportasi kami menyewa motor Rp. 80.000/24 jam.

Selama 5 hari kami mengeksplore wisata Bali, ke lokasi-lokasi yang belum kami kunjungi sebelumnya.

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Jarak GWK ke penginapan kami di Kuta sekitar 12km atau sekitar 30 jam perjalanan dengan motor dan ini akan lebih jauh 2x nya jika kalian menginap di Denpasar kota. Kami berangkat dari penginapan sekitar jam 7 kurang. Di pinggir jalan kami sarapan nasi campur yang di jual oleh ibuk-ibuk menggunakan motor dengan harga hanya Rp. 6.000 (masih ada loh di Bali nasi semurah ini...). Nasinya nasi kuning, ayam suir, mie dan orek.
Makan pagi seharga Rp. 6.000 saja..!!
Melanjutkan perjalanan, kami sampai di GWK sekitar jam 7.30. masuk ke parkir motor, dengan tiket Rp. 5.000/motor, kemudian jalan kaki sekitar 50m ke arah loket. Di area ini kita banyak menemukan petugas yang berpakaian seragam yang ramah menyambut tamu dan melayani pertanyaan-pertanyaan dari pengunjung. Loket untuk wisatawan lokal Rp. 120.000/orang dan kita mendapatkan welcome drink yang diambil di salah satu cafe/resto di sana (Teras Bali), tapi berhubung kegedean rasa malu cuman buat ambil welcome drink di resto akhirnya gak jadi kami ambil hahahha. di taman depan loket terdapat taman yang ada 3 Patung seolah-olah mengucapkan selamat datang, dan tidak ada salahnya berfoto dulu di sini …
Patung selamat datang
Dari loket kita ke spot Garuda dan garuda Wisnu Kencana kita akan berjalan menyusuri Street Theatre dimana di jalan ini terdapa toko-toko souvenir dan makanan. Kira-kira 100m kita akan bertemu dengan gerbang masuk dan terlebih dahulu melewati gerbang dengan patuh garuda yang kecil dan dihiasi dengan air mancur dan di sisi kiri terdapat dinding besar yang dihiasi mural seperti seorang dewa yang sedang berburu kijang.
Area masuk
Area masuk
Mendekati pilar-pilar batu kapur, di sela-selanya kita bisa melihat dari jauh Patung Garuda Wisnu Kencana yang menjulang tinggi. Pilar-pilar ini sepertinya bisa digunakan untuk panjat tali/rappelling karena ada tulisan ‘rapelling’ di salah satu pilar.
Patung GWK dilihat diantara pilar-pilar batu kapur
Berjalan menuruni tangga kitapun sampai di area terluas di GWK ini yang konon sampai 4.000m2, area ini disebut dengan Lotus Pond. Dengan pilar-pilar batu kapus di sekelilingnya, menjadikan area ini sangat eksotis. Area ini bisa dijadikan tempat melakukan kegiatan yang memuat banyak tamu seperti gathering.
Lotus Pond
Lotus Pond
Di Lotus Pond ini, yang menjadi pusat perhatian adalah Plaza Garuda yang berada di area sebelah kiri. Untuk ke area ini kita harus menaiki tangga, dan dari atas kita bisa menyaksikan Lotus Pond yang luas dan Patung Garuda Wisnu kencana di kejauhan. Patung ini mempunyai ketinggian sekitar 18m, berwarna kecoklatan karena terbuat dari tembaga. Menurut petugas yang berjaga, patung ini bukan tembaga solid melainkan hanya di bagian luar. Patung ini diukir begitu detil sehingga bagian luar nya menyerupai kulit burung dengan bulu-bulunya. Di depan Patung Garuda ini terdapat replika sarang burung dari kayu yang dilengkapi dengan telur burung garuda berjumlah 3 buah.
Plaza Garuda
Plaza Garauda
Selanjutnya menuju Patung Garuda Wisnu Kencana yaitu patung Dewa Wisnu yang sedang mengendarai  burung tunggangannya yaitu burung Garuda. Beberapa puluh meter sebelum ke patung ini kita akan menemukan Food hall berupa mobil-mobil VW yang dijadikan booth. Di sini dijual aneka makanan dan minuman yang beda antar booth.
Combi Booth
Dari food hall cukup memutar sedikit kita sudah bisa menyaksikan Patung Garuda Wisnu Kencana yang menjadi landmark Bali ini. Berada di ketinggian 263m di atas permukaan laut dan patungnya mempunyai ketinggian sekitar 121m (tinggi patung 75m dan pedestal 46m) menjadikan patung ini lebih tinggi dibanding Patung Liberty (93m) di Amerika sana. Patung ini di design oleh Nyoman Nuarta. Mempunyai berat kulit patung 600-ton dan terbuat dari campuran tembaga dan kuningan. Patung ini berwarna kehijauan (warna tembaga?) dan sangat kontras dengan warna langit biru dan awan putih yang berarak.
Patung GWK dari kejauhan
Di depan plaza terdapat 2 air mancur dan di lokasi ini disediakan spot foto buat pengunjung. Memasuki ruangan plaza, terdapat foto-foto Taman Budaya ini juga ada foto Bpk. Presiden Soeharto ketika menerima rombongan membahas pembangunan taman ini. Terlihat juga foto-foto proses pembangunan dan denah/sketch lokasi ini yang terlihat sedikit berbeda dengan aktual. Di jam-jam tertentu ada jadwal tur buat pengunjung yang ingin naik ke atas melihat panorama dengan biaya Rp. 200.000/orang tapi kami tidak mengikuti tur ini.
Di depan Patung GWK
Di depan Patung GWK
Patung GWK close-up
Dari Patung Garuda Wisnu Kencana kami tadinya berencana ke Teras Bali buat mengambil soft drink tapi batal dan melanjutkan ke Amphitheater yang mementaskan tari tradisonal Bali. Untuk melihat tari-tarian ini ada waktu-waktu tertentu yang bisa di baca di pintu masuk. Untuk melihat acara ini tidak dipungut lagi biaya masuk alias gratis. Kebetulan kami datang sudah di akhir-akhir pementasan jadi hanya sebentar. Di akhir pementasan, pengunjung diberi kesempatan untuk berfoto dengan para penari. Dan buat pengunjung yang berbaik hati bisa memberi tips kepada para penari.
Menyaksikan pementasan tari Bali
Berfoto dengan penari
Dari GWK, masih di sekitar Ungasan-Kuta Selatan kami melanjutkan mengunjungi pantai-pantai terdekat

Info:
Nama : Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Alamat: Jalan Raya Uluwatu-Ungasan-Kuta Selatan-Bali

Labels: , , , , , , , , , ,