Monday, January 7, 2019

Mengunjungi Wana Wisata Capolaga: Curug Goa Gajah, Curug Sawer dan Curug Karempong


Dari Curug Sadim kami melanjutkan perjalanan ke Wana Wisata Capolaga. Lokasi Capolaga ini tidak begitu jauh jaraknya dari Curug Sadim. Berada di kampung yang sama, desa Cicadas, kab. Sagalaherang-Subang. Nama Sagalaherang (semua jernih dalam bahasa Sunda) ini didapat karena air sungai disini jernih.
Papan petunjuk arah Capolaga ini sangat mencolok jadi yang melintas di sini tidak akan terlewat. Begitu gerbang kita harus membayar tiket Rp. 17.500/orang. Begitu memasuki wana wisata ini, kesan pertama membuat langsung jatuh cinta. Suasana asri begitu terasa, terlihat penginapan seperti villa-villa di bangun di area depan sementara parkiran sudah tertata rapih.
Gerbang depan
Wana wisata ini berada di lembah. Untuk turun ke bawah kita melewati anak tangga hingga mencapai anak sungai. sudah disediakan tangga bambu untuk menyeberangi anak sungai kemudian trekking hingga pertigaan ke Curug Sawer, Curug Karembong/Curug Goa Badak. Kami memilih pertama kali menuju Curug Goa Badak.
Pintu masuk area wana wisata
Trekking di area Capolaga
Trekking di area Capolaga
Menyusuri pinggir sungai melewati jalan-jalan setapak yang sudah rapih, kami melewati banyak tenda-tenda yang berada di sepanjang sungai. Masing-masing area dibagi dalam blok-blok. Bukan hanya di pinggir sungai, blok-blok ini juga ada di atas-atas bukit/hutan pinus. Jadi kalau kalian mau berkemah di sini bisa memilih lokasi yang di sukai dan di masing masing blok tersedia toilet. Tidak usah takut kalau tidak punya tenda karena di sini juga disewakan tenda-tenda yang sudah terpasang, jadi tinggal masuk.
Suasana  perkemahan di wana wisata Capolaga
Suasana  perkemahan di wana wisata Capolaga
Suasana  perkemahan di wana wisata Capolaga
Trekking di area ini tidak berasa berat karena jalur trekking nya sudah tersedia dan ditambah dengan suasana hutan dan sungai. Juga, di akhir minggu banyak pengunjung ke sini baik yang hanya jalan-jalan seperti kami ataupun rombogan yang berkemah.
Sampai di Curug Goa Badak yang ternyata berada di dekat Gerbang Capolaga yang satuny yang a lagi hahahaha, jadi sebenarnya jauh-jauh trekking ternyata sampainya dekat jalan raya di sisi lainnya hahaha. Menuruni anak tangga, kami sampai di depan Curug Goa Badak. Lumayan ramai pengunjung di sini, baik yang cuman berfoto, bersantai maupun yang bermain air. Curug ini tidak begitu tinggi, hanya sekitar 5m dan debitnya yang tidak terlalu besar. Airnya dingin dan seperti yang saya bilang sebelumnya, sangat jernih. Di sisi kanan terlihat tebing yang menyerupai sebuah goa besar tapi sebenarnya bukan merupakan goa, hanya sisi tebing yang menyerupai cerukan.
Curug Goa Badak
Curug Goa Badak
Tebing yang menyerupai goa
Kembali lagi ke jalur semula, kami menuju Curug Sawer. Curug ini tidak terlalu besar apalagi di musim kemarau ini. Meskipun begitu masih terlihat beberapa pengunjung yang bermain-main di bawahnya.
Curug Sawer
Trekking ke arah awal masuk kami menuju Curug Karembong. Curug Karembng ini terdiri dari 2 tingkat. Tingkat pertama mempunyai ketinggian sekitar 10 meter. Meskipun sangat menggoda tidak terlihat pengunjung yang berenang di area ini, mungkin karena areanya yang sempit. Karena arusnya lumaya deras, harus berhati-hati jika berada disekitar curug, jangan sampai terbawa arus hingga ke bawah.
Curug Karembong
Curug Karembong
Batas curug atas dan bawah
Di tingkat 2 dengan ketinggian sekitar 4m di sini banyak pengunjung yang bermain air karena kedalamannya cuman sepaha orang dewasa sehingga anak-anak bisa ikut bermain.
Curug Karembong bagian bawah
Curug Karembong bagian bawah
Lewat tengah hari kami meninggalkan wana wisata ini. Jadi buat kalian yang dengan liburan singkat, ingin menyatu dengan alam tapi tidak mau terlalu capek, bisa mengunjungi wana wisata ini

Baca juga:
- Sanghyang Heleut dan Curug Air Panas Nagrak
- Curug Sadim, Curug Sangiang dan Curug Cimuja

Labels: , , , , , , , , ,

Sunday, January 6, 2019

Curug Sangiang dan Curug Cimuja, Curug Tersembunyi di Wana Wisata Curug Sadim !


Dari Curug AirPanas Nagrak, kami menuju arah Lembang untuk mencari penginapan. Sempat berencana menginap di perkemahan Cikole Jayagiri tapi penuh. Akhirnya kami memutuskan ke Ciater-Subang yang jaraknya tidak begitu jauh dari Cikole.
Di sepanjang jalan banyak yang menawarkan villa (semacam makelar). Namun karena pernah menginap di sini sebelumnya, kami langsung menuju penginapan yang dulu kami menginap. Meskipun ada tulisan ada kamar kosong tapi ketika ditanyakan ke petugas jaga dinyatakan full. Sepertinya ada semacam kerjasama tak tertulis sama makelar-makelar villa. Mengindahkan tawaran makelar-makelar villa ini akhirnya kami mendapatkan penginapan. Dengan tarif 250.000 dan 350.000 dan saya rasa tidak sesuai dengan kondisi kamar yang di dapat, tapi karena sudah malam akhirnya terima apa adanya.
Pagi-pagi, kami berjalan ke terminal untuk membeli oleh-oleh, apalagi kalo bukan Nanas Subang!. Setelah sarapan kemudian kami langsung check-out. Tujuan kami adalah hunting curug di sekitar Cicadas. Di perempetan Ciater, kami ke arah kiri menuju Desa Cicadas, melewatin perkebunan Teh Ciater yang kebanyakan perkebunan teh lainnya, kondisi jalan di sini lumayan jelek berupa aspal rusak dan berbatu. 
Belanja nanas
Kebun teh Ciater
Di salah satu tikungan kami melihat papan petunjuk arah ke Curug Mandala. Hanya saja jalan masuk ke arah curug terlihat hanya bisa dilewatin oleh motor. Sementara di depan tidak ada penjaga, jadi sangat riskan memarkirkan mobil di pinggir jalan tanpa ada penjagaan. Akhirnya kami membatalkan niat ke Curug Mandala.
Tidak jauh dari petunjuk arah Curug Mandala, kami melihat spanduk Curug Sadim. Memasuki area wana wisata ini kita harus bayar Rp. 10.000/orang. Kemudian kami parkir di depan warung yang ada di dalam wana wisata ini.
Kondisi jalan dari gerbang kke parkiran curug
Parkiran curug
Untuk ke Curug Sadim, dari parkiran kita haru jalan kaki sekitar 100m. Melewati area yang sudah tertata rapi baik warung-warung maupun pohon-pohon yang terawat.tersedia juga bangku-bangku untuk istirahat. Di tengah-tengah taman mengalir sungai kecil yang merupakan aliran Curug Sadim. Air yang mengalir sangat jernih dan dingin. 
Berjalan menuju curug sekitar 100m
Suasana taman di area curug
Di ujung taman, tersembunyi di balik tebing terlihat Curug Sadim. Curug ini mempunyai ketinggian sekitar 10m dengan debit yang tidak terlalu besar karena kemarau namun curugnya agak lebar. Kolam yang ada di bawah curug juga tidak terlalu dalam. 
Curug Sadim
Curug Sadim
Karena suasana alam yang dibuat oleh pengelola menjadikan pengunjung bisa betah berlama-lama di sini. Meskipun pengunjung tidak berenang, tapi bisa menghabiskan waktu hanya dengan duduk-duduk atapun bercengkrama.
Kembali ke parkiran, ngobrol dengan bapak pemilik warung, kami dapat informasi bahwa sekitar 1km dari parkiran masih ada dua curug yaitu Curug Sangiang dan Curug Cimuja. Curug-curug ini beda aliran dengan Curug Sadim dan merupakan hulu dari curug-curug yang ada di Wana Wisata Capolaga.
Karena penasaran kamipun minta diantar meskipun sebenarnya curug-curug ini sudah tutup. Menurut info dari bapak guide kami, kedua curug tersebut di tutup karena ada yang tewas ketika berenang di salah satu curug tersebut.
Mengikuti guide, kami berjalan memasuki perkebunan teh, di salah satu jalan setapak yang di kelilingi pohon-pohon teh yang sudah tinggi-tinggi. Karena cuaca sangat terik, lumayan membuat berkeringat.
Trek menuju Curug Sangiang
Trek menuju Curug Sangiang
Menuju ke aliran sungai, kemudian terlihat curug pertama yaitu Curug Sangiang. Curug ini berupa curug tunggal dengan curug type horse tail dengan ketinggian sekitar 15m dan debit yang lebih besar dibandingkan dengan Curug Sadim. Tidak lama kami di sini, setelah mengambil beberapa foto kemudian kami melanjutkan ke curug berikutnya, Curug Cimuja.
Curug Sangiang
Curug Sangiang
Berjalan memasuki semak-semak yang sudah setinggi orang dewasa, menandakan bahwa jarang sekali pengunjung ke curug ini. Kemudian kami menyusuri pinggi tebing sungai dan selanjutnya menuruni bukit hingga sampai di dekat curug yang terlihat bekas saung. Adanya bekas saung ini menandakan bahwa curug ini pernah dibuka buat umum.
Trek menuju Curug Cimuja
Trek menuju Curug Cimuja
Dari saung kami turun ke sungai, di bawah terlihatlah Curug Cimuja yang tersembunyi di antara tebing. Curug ini mempunyai ketinggian sekitar 10m dan dikelilingi tebing dan pepohonan sehingga terlihat tersembunyi dan agak ‘gelap’. Kolam yang ada di bawah curug ini terlihat tidak begitu luas namun dalam. Meskipun terlihat cantik namun siapa sangka di sinilah pengunjung tewas tenggelam. Aura curug ini membuat perasaan tidak enak dan membuat saya harus buru-buru meninggalkan curug ini.
Curug Cimuja
Curug Cimuja
Curug Cimuja
Baca juga:

Labels: , , , , , , , ,

Wednesday, June 13, 2018

Wisata ke Pemandian Air Panas Ciater dan Curug Cijalu-Subang


2 September 2017
Pemandian Air Panas Sari Ater
Setelah melakukan pendakian Gunung Parang via ferrata, sorenya kami menuju Purwakarta kota. Rencana awal adalah menginap di kota kemudian menyaksikan Dancing Fountain yang hanya ada di weekend. Tapi begitu sampai kota dan berkeliling mencari penginapan ternyata semua full booked.

Tidak putus asa, kemudian kami mengarah ke Wanayasa, tujuan kami adalah Giri Tirta Kahuripan Resort, berharap masih ada kamar kosong. Sampai di Giri Tirta ternya kamar-kamar juga sudah full booked, padahal hari sudah mulai gelap. Akhirnya kami memutuskan menuju ke Ciater.

Mengandalkan Maps, dan melewati jalan berkelok-kelok dan gelap kemudian kami sampai di perempatan dan mengambil jalur alternatif Subang. Melewati perkebunan teh yang gelap dengan kondisi jalan yang jelek (berbatu dan lobang) dan berharap mobil tidak mogok di tengah jalan hahha. Sekitar jam 9 malam kami akhirnya sampai di Ciater.

Awalnya kami ke Sari Ater Hotel, masih ada kamar kosong dengan tarif Rp. 900.000-an per malamnya. Tidak sesuai budget, kami memilih penginapan yang ditawarkan oleh makelar-makelar yang banyak di sekitaran hotel. Melewati terminal, memasuki beberapa penginapan akhirnya deal di penginapan ketiga dengan tarif Rp. 300.000 per malam. Oh iya, di sini penginapannya ada air panas alaminya, juga ada kolam renang dengan air panas alami juga.
Kolam air panas di penginapan
Pagi-pagi kami jalan menuju Pemandian Air Panas Sari Ater, yang berjarak sekitar 100m dari penginapan. Di depan sudah ramai sekali wisatawan mayoritas domestik sudah menumpuk di depan gerbang. Bis-bis wisata terparkir menandakan mereka sudah datang subuh atau dinihari. Tiket masuk per orang sekitar Rp. 30.000.

Di dalam layaknya Wana Wisata, terdapat bermacam tempat makan, juga tersedia mushola, toilet dll. Terdapat banyak kolam-kolam yang semua airnya bersumber dari air panas alami. Mengingat lokasi ini sangat dekat dengan Tangkuban Perahu yang merupakan gunung aktif jadi tidak asing lagi sumber mata air panas sebagaimana di daerah-daerah lain di Indonesia yang mempunyai gunung api aktif.

Di sini terdapat Curug Jodo, tidak terlalu tinggi, hanya saja uniknya airnya adalah air panas. Pengunjung dilarang mendekati curug, jadi area sekitar curug sudah dipagar oleh pengelola. Di aliran tepat dibawh Curug Jodo terdapat kolam yang sangat luas, disinilah pengunjung tumpah-ruah menikmati kolam air panas. Di sini kami tidak berniat mandi, hanya merendam kaki-kaki saja di air panas.
Curug Jodo

Curug Jodo
Curug Jodo
Curug Jodo

Curug Jodo
Curug Jodo
Menjelang siang, kami melanjutkan perjalanan pulang. Tidak lupa sebelum pulang kami membeli oleh-oleh khas Subang yaitu Nanas Masu yang harganya sangat murdah dibanding di Jakarta atau Bogor. Rute yang ditempuh adalah jalan alternatif Purwakarta-Lembang, alias bukan tol. Di sini kami sempat berfoto di perkebunan teh yang tadi malam tidak bisa dinikmati keindahannya.
Oleh-oleh khas Subang
Oleh-oleh khas Subang
Oleh-oleh khas Subang
Melewati perkebunan the
Berfoto di perkebunan teh
Berfoto di perkebunan teh
Curug Cijalu dan Curug Cibuntu
Masih di Subang, curug ini kami kunjungi tanpa rencana sebelumnya. Di tengah perjalanan menuju Purwakarta kami melihat plang petunjuk arah ke Curug Cijalu yang berjarak 7km dari pinggir jalan.

Jalan masuk ke area curug berupa batu kerikil/aspal rusak. Perjalanan ke sini didominasi oleh perkebunan teh. Sampai di gerbang masuk I, kami harus bayar tiket sekitar Rp. 20.000/orang (agak lupa… ??).  Dari gerbang satu terus lagi sekitar 3km hingga gerbang II. Kemudian parkir di bawah pepohonan rindang.

Turun dari mobil, suasana pegunungan sangat terasa. Udaranya yang sangat sejuk dan dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Suasana ini kita rasakan karena lokasi ini berada di Kawasan Hutan Lindung Gunung Burangrang.

Untuk ke curug kita harus trekking, ke Curug Cijalu sekitar 300m, kita akan melewati bumi perkemahan dan tangga-tangga batu. Sebelum Curug Cijalu, sekitar 100 meter kita akan bertemu Curug Cibuntu, curug kecil yang unik. Air terjun bertype cascade, melewati bebatuan bertingkat. Tidak ada yang mandi di sini pengunjung hanya berfoto-foto.
Ica di Curug Cibuntu
 Curug Cibuntu
Ica di Curug Cibuntu
Dari Cibuntu sekitar 100 meter kita akan bertemu dengan Curug Cijalu. Curug ini jatuh melewati tebing tegak lurus dengan ketinggian sekitar 85m. Tipe bebatuan di sini adalah tahan erosi sehingga tidak terbentuk leuwi/kolam yang dalam di sini. Dari jauh sudah terlihat dengan jelas curug ini. Banyak pengunjung mengitari area curug dan banyak yang mandi karena airnya tidak dalam.
Curug Cijalu
Curug Cijalu
Curug Cijalu
Menurut literatur yang saya baca, ada curug lain yang berjarak sekitar 1,5 km dari Curug Cijalu yang bernama Curug Cilemper, tapi karena aksesnya sangat susah/belum dibuka, jadi curug ini jarang dkunjungi. Mudah-mudahan kami bisa mengunjunginya suatu saat nanti…!!!
Ngemil dulu sebelum pulang
Ngemil dulu sebelum pulang
Link terkait:

- Giri Tirta Kahuripan Resort, Situ Wanayasa dan Waduk Jatiluhur
- Gunung Parang via ferrata 

Labels: , , , , , , , ,