Wednesday, July 10, 2019

Back to Bali 11: Air Terjun Goa Giri Campuhan

Air Terjun Goa Giri Campuhan
Jarak (Air Terjun) Goa Giri Campuhan (GGC) dari Air Terjun Tukad Cepung sekitar 2.5km, jadi gak terlalu jauh. Dan GGC ini jalur nya juga searah dengan Tukad Cepung jadi kami melewati spot ini ketika pulang (berangkat nya beda arah karena dari Desa Panglipuran) dari Tukad Cepung. Awalnya dari Tukad Cepung kami bermaksud langsung kembali ke penginapan  yang berjarak hampir 2 jam ini. Tapi di pinggir jalan awalnya melihat petunjuk lokasi Air Terjun Krisik yang berada di tengah sawah. Ragu-ragu untuk berhenti, dan tidak berapa lama kami membaca spanduk Air terjun Goa Giri Campuhan yang terlihat sangat menarik. Namun agak bingung karena tidak terlhat adanya loket dan parkiran. Akhirnya kami parkir di halaman sebuah tempat pengolahan padi.
Petunjuk arah ke Goa Giri Campuhan
Dari parkir, kami menuju GGC atas petunjuk salah satu warga di sana bertiga, saya, Revan dan Ira sementara driver kamu, Putu menunggu di parkiran. Menuruni bukit terus naik ke pematang sawah dan selanjutnya melewati persawahan. Kebetulan cuacanya lagi cerah sehingga kami bisa menyaksikan Gunung Agung yang lumayat terlihat jelas. Melewati persawahan yang luas ini tidak kami tidak berpapasan dengan penduduk maupun pengunjung lain. Untuk di sepanjang jalan terdapat petunjuk arah dari kayu yang bertuliskan GGC dan arah panah sehingga kami tidak nyasar.
Trekking di sawah dengan latar gunung
Sampai di ujung sawah kemudian menyisiri pinggir bukit. Mulai sore dan ditambah dengan banyaknya pepohonan dan hanya kami bertiga, suasana terasa agak ‘serem’. Tak berapa lama kami sampai di sebuah tempat berdoa (saya kurang tahu istilah Bali-nya) serta tulisan agar pengunjung berdoa duu sebelum dan sesudah mengunjungi tempat ini. Di suruh berdoa, bukannya tambah tenang malah terasa ‘serem’ hahahha. ya udah, sesuai kepercayaan, kamipun berdoa dalam hati secara Islam.
Lokasi berdoa
Melewati tempat ini beberapa puluh meter kami menemukan mulut terowongan. Terowongan yang menuju sungai ini terlihat gelap (gak ada lampu). Awalnya Ira gak mau turun dan minta supaya kami balik aja, akhirnya kita kasih pilihan mau ikut atau tinggal di sana hahahha. Akhirnya Ira mau ikut, berjalan di tengah, sementara Revan di depan menggunakan senter dari HP dan saya di belakang. Lorong yang menurun ini lurus kemudian memutar ke kanan ke arah sungai. Ketika sampai di ujung terowongan barulah perasaan lega karena di bawah ternyata ada 3 orang penjaga dan 2 orang wisatawan.
Terowongan turun
Terowongan turun
Para petugas ini terlihat antusias dengan kedatangan kami. 2 orang dari mereka langsung menyambut kami, menyapa dan memberikan informasi mengenai objek wisata ini. dari mereka kami mendapat info bahwa lokasi ini baru dibuka beberapa bulan lalu dan belum banyak wisatawan yang mengunjunginya. Dan mereka meminta masukan dari kami untuk perbaikan kedepannya.

Lokasi ini sangat menarik sekali, kami surprise melihat lokasi ini. berada di lembah, dan merupakan pertemuan dua sungai. sungai pertama terdapat kolam-kolam yang bisa buat berenang dan terlihat dalam. Dan mereka menawarkan kami untuk berenang mencoba kesejukan air di sini (tapi kami tidak berniat berbasah-basahan lagi karena sebelumnya sudah berbasah-basah di Tukad Cepung dan sudah ganti pakaian).
Pertemuan  2 sungai
Dari arah sungai satu lagi, melewati lembah sempit terdapat air terjun kecil di ujung lembah, dan yang menarik adalah banyaknya air terjun di sepanjang tebing berbatuan berwarna hitam. Air terjun ini berundak-undak dan terlihat unik. Di sini ada batu berlobang yang kalau diambil dari sudut yang pas akan berbentuk hati. Air nya yang dingin dan tidak dalam bisa dipakai untuk berenang.
Air terjun di sepanjang tebing
Batu Hati
Batu Hati
Air terjun di sepanjang tebing
Air terjun di sepanjang tebing
Karena pertemuan dua sungai, untuk mengantisipasi banjir, di sini terdapat pintu air. Nah di dekat pintu air ini di tebingnya terdapat air terjun yang lumayan besar yang mengalir melewati batu tebing. Meskipun tidak besar tapi terlihat sangat unik. Air yang awalnya kecil di bagian atas kemudian menyebar di bagian bawah kemudian menyatu dengan sungai di bawahnya.
Air terjun Utama
Air terjun Utama
Air terjun Utama

Nah, kalian pasti bertanya kenapa namanya pakai embel-embel goa? Ya karena di sini memang ada goa nya. Mulut goa ini berada tepat di depan air terjun yang besar, kita tinggal menyeberang sungai kemudian naik sedikit ke bukit hingga sampai ke mulut goa. Pas di depan mulut goa, terdapat 2 cabang goa kiri dan kanan. Salah satu guide di sana menawarkan saya untuk memasuki goa tersebut, tapi berhubung sudah sore dan gelap, saya agak-agak serem apalagi lokasi wisata ini masih jarang dikunjungi hahahhaha. Untuk kalian yang punya waktu ke sini silahkan menikmati keunikan objek wisata satu ini.
View air terjun dari goa
Setelah puas menikmati keindahan objek wisata ini kami ijin pulang ke bapak-bapak yang jaga. Dan mereka berharap kami memviralkan di medsos mengenai objek wisata ini. dan mudah-mudahan kedepannya akan ramai seperti halnya Air Terjun Tukad Cepung.

Labels: , , , ,

Tuesday, July 9, 2019

Back to Bali 10: Tukad Cepung

Masih di Bangli, setelah dari Desa Panglipuran, tujuan kami selanjutnya adalah Air Terjun Tukad Cepung. Tapi sebelum ke sana kami mampir di Rumah Makan Pak Bagong, yang kebetulan berada di pinggir jalan raya yang kami lewatin. Buat kalian yang Muslim bisa makan di sini karena di rumah makan ini menunya khusus ikan mujair.... ya cuman ikan mujair gak ada ikan lain hehehe. Dan menu ikan di sini cuman ada 4, Ikan Mujair Nyatnyat (mirip pesmol), bakar, goreng, dan goreng sambel matah. Saya suka ikan gorengnya karena garing dan sambelnya ada kecombrangnya jadi bisa meningkatkan nafsu makan. Biasanya kalo siang ramai oleh masyrakat lokal dan traveler yang makan siang di sini. Untuk harga juga gak terlau mahal.
Menu Ikan Mujair Pak Bagong
Air Terjun Tukad Cepung
Air Tukad Cepung ini menjadi fenomenal dan viral di medsos beberapa tahun belakangan ini. Air terjun ini berada di Banjar Penida Kelod, desa/kecamatan Tembuku, kab. Bangli. Dari Desa Panglipuran berjarak sekitar 10km yang dapat ditempuh sekitar 20menit atau dari Kuta sekitar 50km dan ditempuh dalam waktu 1 jam 45 menit. Jadi sebaiknya untuk wisata Desa Panglipuran dan Tukad Cepung ini bisa dijadikan 1 hari dan bisa digabung dengan Air Terjun Krisik atau Goa Giri Campuhan.

Melewati jalan-jalan kampung dengan suasana desa dan perbukitan akhirnya kami sampai di loket Air Terjun Tukad Cepung (tinggal duduk manis di mobil karena drivernya sudah hafal jalan hehehe). Harga tiket masuk Rp. 15.000/orang sudah termasuk parkiran.

Dari parkiran kita akan melakukan trekking, jalan setapak di sini sudah di cor begitu juga dengan anak tangga-anak tangga. Banyak sekali wisatawan terutama wisatawan asing hilir mudik, sebagaimana banyak lokasi wisata mainstream di Bali, meskipun weekday tetap saja pengunjungnya banyak. Di jalur trekking ada beberapa cafe-cafe modern tradisional yang menyatu dengan lingkungan dan menegur ramah wisatawan yang lewat di depannya.

Lepas turunan pertama, selanjutnya melewati area rata dimana terdapat sungai di sebelah kiri (aliran Tukad Cepung) dan saluran irigasi di sebelah kanan. Air sungai dan irigasi ini airnya bersih dan jernih. Di salah satu titik sungai ini terdapat Air Terjun Tukad Cepung yang jatuh di area yang berbentuk patahan. Dengan suasana asri begini membuat trekking tidak berasa capek ditambah banyaknya wisatawan hilir-mudik/datang dan pergi.  
Trek menuju air terjun
Sampai di sisi sungai, selanjutnya kembali menuruni anak-tangga hingga sampai ke sungai. Sungai ini tidak seperti sungai yang kita bayangkan, airnya sedikit palingan semata kaki (mungkin karena airnya sudah dialirkan ke irigasi?). sungai ini berbentuk lembah dengan dinding-dinding batu tegak lurus yang berlumut. Di atas di naungi oleh pepohonan yang menghalangi cahaya matahari langsung jatuh ke sungai sehingga suasana menjadi temaram.

Menyusuri hulu sungai lembah ini lebih mirip seperti lorong goa yang besar. Dinding-dinding batu dengan lekukan-lekukan dan aneka warna, hijau, coklat, pin muda dll. Terdapat juga cerukan-cerukan di dinding batu sehingga mirip mulut goa, semuanya terlihat unik.
Sampai di sungai
Suasana ketika susur sungai
Salah satu spot foto yang ramai pengunjungnya adalah batu besar di tengah goa dimana pengunjung bisa memanjat ke atas bata melewati tangga kayu yang sudah di siapkan. Hanya saja pengunjung harus sabar mengantri untuk mendapatkan giliran. Berjalan sedikit terdapat mata air yang digunakan buat sembahyang yang letaknya agak tinggi, pengunjung dilarang ke tempat ini(?). dan tidak jauh dari lokasi ini kita sudah bisa melihat Air Terjun Tukad Cepung.

Berbeda dengan foto-foto yang beredar ketika lokasi ini belum terlalu booming, di sini banyak sekali wisatawan berkumpul setidaknya ketika kami datang hahahha. Air terjun ini memang iconik, berada di sebuah cekungan lembah, dikelilingi oleh batu cadas yang eksotik dan menyerupai goa sehingga menggoda wisatawan untuk datang ke sini terutama para pecinta air terjum dan pecinta alam. Meskipun air terjun ini tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 15m, namun air terjun ini unik, dengan air yang jatuh melebar seperti tirai dan ditambah dengan cahaya matahari (Ray of Light) yang jatuh melewati celah tebing di atasnya. Untuk mengambil foto di depan air terjun cukup mengantri, atau kalau nekat bisa berfoto dengan wisatawan berada di kiri kanan. Atau kalau lagi beruntung bisa mengambil foto pada saat jeda hilir mudik wistawan. Kalau mengambil foto dari jauh agar dapat foto air terjun seutuhnya tentulah mustahil hahaha..... Padahal tadi sebelum berangkat kepikiran akan sepi karena hari Senen ternyata meleset hahahha
Ramai pengunjung di depan air terjun
Ramai pengunjung di depan air terjun
Antri untuk berfoto
Sedikit kecewa akhirnya kami meninggalkan lokasi air terjun yang pengunjungnya gak berkurang malah bertambah. Akhirnya hanya berfoto-foto di tebing-tebing yang gak kalah bagusnya.
Berfoto di dinding/tebing yang eksotik

Berfoto di dinding/tebing yang eksotik
Berfoto di dinding/tebing yang eksotik


Info:
Nama : Tukad Cepung
Lokasi : Banjar Penida Kelod, Desa/kec. Tembuku-kab. Bangli-Bali
Biaya : Rp. 15.000 sudah termasuk parkir



Baca juga link terkait:

Labels: , , , ,

Back to Bali 9: Desa Panglipuran

Senen, 17 Juni 2019
Hari ini saya, Revan dan Ira yang kebetulan juga libur di Bali gabung dengan kita. Karena bertiga, kami menyewa mobil yang dulu kami order via taksi online ketika pulang dari Lembongan (Pantai Sanur) ke Kuta. Kebetulan driver nya (Putu) memberikan no telp. nya untuk dihubungi kalau butuh. Untuk ini kami sewa mobilnya Rp. 550.000 sudah termasuk BBM. Karena warga lokal jadi sudah tahu jalan dan kebetulan orangnya juga suka ngobrol dan lucu dan suasana bisa cair di sepanjang perjalanan.

Desa Panglipuran
Nah buat kalian yang belum mengetahui mengenai desa ini, mungkin ada baiknya kita mengenalnya terlebih dahulu. Desa Panglipuran ini sudah ada dari jaman Kerajaan Bangli ratusan tahun lalu. Desa ini  berjarak berjarak hampir 60km dari Kuta dan di tempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Bangli berada dekat Gianyar yang kemaren kami tempuh menggunakan motor. Karena berada di ketinggian 500-600m makan desa ini lumayan sejuk.

Desa Panglipuran berasal dari kata ‘pengeling’ dan ‘pura’ yang bearti mengingat pura/leluhur sementara itu ada menyebutkan bisa bearti ‘lipur’ (hibur) jadi Panglipuran bisa bearti penghiburan karena Raja Bangli dulu nya sering ke desa ini untuk melakukan meditasi. Desa ini memegang prinsip Tri Hita Karana dalam ajaran Hindu yang mempunyai filosofi keseimbangan antara Tuhan, Manusia dan Lingkungan sekitar. Tidak heran kalau desa ini pernah mendapat penghargaan Kalpataru di tahun 1995. Desa ini juga disebut salah satu desa terbersih di dunia selain Desa Giethoorn di Belanda dan Desa Mawlynnong di India

Sepanjang perjalanan kami ke Desa Panglipuran, Putu menjawab semua pertanyaan kami dan juga bercerita mengenai adat dan budaya Bali juga mengenai lokasi wisata yang kami tuju sehingga perjalanan tidak begitu terasa.

Perjalanan sangat menyenangkan, karena di sepanjang jalan kami banyak melewati desa-desa adat yang teratur, rapi dan bersih apalagi jika ada acara adat dimana disepanjang jalan desa di pasang janur-janur sehingga terlihat semarak. Karena Bangli berada di perbukitan, jalur yang kami lewati sebagian besar daerah perbukitan dengan pemandangan alam pedesaan yang masih terlihat asri.

Beberapa ratus meter memasuki gerbang desa wisata, dipinggir jalan terdapat tempat pembayaran karcis (kami melewatinya karena tidak ada loket karcis) dan membayar Rp. 15.000/orang (guide tidak bayar) dan sudah termasuk biaya parkir (umumnya di Bali tidak ada biaya parkir). Beebrapa ratus meter kemudian kita sampai di parkiran desa wisata. Terlihat lumayan banyak wisatawan yang datang hari ini, meskipun ini hari Senen mungkin karena bertepatan dengan jadwal libur anak-anak sekolah.
Gerbang Desa Panglipuran
Begitu memasuki gerbang dan gang, suasana adem dan asri sudah sangat terasa. Apalagi kami sampai di jalan utama yang membelah desa ini menjadi 2. Jalan ini membagi dua desa yaitu arah barat dan timur, dan tanah-tanah nya di bagi menjadi 38 area yang sama sehingga di total menjadi 76 kapling. Semua rumah di sini mirip—mirip juga pagar dan gerbangnya. Bangunan di sini banyak menggunakan bambu yang memang di lestarikan di sini sehingga hutan bambu mendominasi luas desa ini.
Desa Panglipuran yang asri, bersih dan rapih
Desa ini di bagi menjadi 3 bagian atau prinsip Tri Mandala. Zona paling atas yaitu berupa Pura (Utama Mandala), dimana zona ini adalah tempat tinggal Dewa, di sini terdapat Pura Utama tempat pemujaan terhadap Dewa Brahma. Meskipun terdapat Pura Utama, dimasing-masing rumah juga terdapat Pura yang lebih kecil. Pintu Pura tertutup buat umum, hanya diperkenankan untuk beribadah. Dari area pura ini kita bisa melihat ke bawah, ke arah desa  yang rapi dan bersih ini.
Di gerbang Pura Utama
View dari Pura

View dari Pura
Zona Madya Mandala adalah zona tempat tinggal manusia. Seperti yang dijelaskan di atas. Terdapat 38 kavling di kiri dan 38 kavling dikanan sehingga berjumlah 76 kavling. Bagian ini berundak mengikuti kontur bukit. Menjadi daerah destinasi wisata, masyarakat di sini mensupport pariwisata dengan menjual makanan dan minuman tradisional, buah-buahan yang ditempatkan di nampan-nampan tradisional serta menjual aneka cendera mata.  gang-gang, rumah-rumah dan gerbang-gerbang tua di sini sangat artistik sehingga pengunjung bisa berfoto di sudut mana saja dan betah berlama-lama di sini.
Suasana di Madya Mandala
Suasana di Madya Mandala
Suasana di Madya Mandala
Zona paling bawah adalah Nista Mandala yaitu kuburan yang terdapat pura tempat pemujaan Dewa Siwa. Kami tidak ke area ini.

Karena pengunjung sangat ramai hilir mudik tentu buat para penggemar foto sedikit menyusahkan, perlu kesabaran dan waktu yang tempat untuk mengambil foto di saat sepi. Dan semakin siang jumlah pengunjung selalu bertambah.

Sudah menjelah tengah hari, kami melanjutkan perjalanan ke wisata air terjun terdekat dan masih di Bangli yaitu Air Terjun Tukad Cepung.

Labels: , , , , , , ,

Monday, July 8, 2019

Back to Bali 6: Air Terjun Tegenungan



Minggu, 16 Juni 2019.
Hari ini kami bermaksud menghabiskan hari dengan mengunjungi air terjun yang ada di daerah Gianyar. Tadinya berencana hunting air terjun di daerah Singaraja yang memang banyak di sana tapi berhubung terlalu jauh dan harus menginap jadi kami batalkan hunting ke arah utara.
Ke Gianyar, tujuan pertama kami adalah Goa Beji Guwang karena tertarik melihat foto-foto yang beredar di sosmed mengenai goa ini.
Berangkat pagi-pagi sekitar jam 7 dari penginapan, perjalanan yang kami tempuh sekitar 30km atau 1 jam perjalanan. Tentu saja perjalanan ke sini mengandalkan Maps maklum bukan di Bogor hahaha. Menikmati jalanan yang tidak terlalu ramai, memasuki jalan-jalan desa yang rapi, bersih dan teratur. Melewati Sukawati Art Market hingga sampai di papan petunjuk arah ke Goa Beji Guwang.
Papan petunjuk arah Goa Beji Guwang buat kalian yang mau ke sini
Begitu masuk loket, pengunjung sudah di sambut oleh sekelompok pemuda berpakaian adat Bali. Kemudian sampai di parkiran yang terlihat sangat rapi dan kemudian Revan menuju loket yang lebih mirip resepsionis penginapan/hotel. Setelah mengecek tiket masuk ternyata harganya sangat mahal (menurut ukuran saya), yaitu Rp. 250.000/1 orang, atau Rp. 450.000/2 orang. Harga ini sepertinya lebih cocok buat wisatawan asing atau wisatawan yang benar-benar ingin menikmati river trek ke ngarai kecil yang dilengkapi air terjun ini. Akhirnya kami balik badan sebagaimana 3 turis pesepeda sebelum kami. Dari para pesepeda inilah kami di sarankan ke Air terjun Tibumana. Tapi sebelumnya kami akan menuju Air Terjun tegenungan.


 Air Terjun Tegenungan
Air terjun ini berada di Desa Kemenuh, kec. Sukawati, kab. Gianyar. Air terjun ini salah satu air terjun yang lumayan banyak di daerah Gianyar. Dan dari sekian banyak air terjun di daerah ini, Air Terjun Tegenungan yang paling terkenal di antara wisatawan asing maupun lokal. Bagi wisatawan yang agak bosan dan jenuh dengan pantai, bisa meluangkan waktu sehari berkeliling Gianyar-ini menikmati alam desa dan berenang di sungai.
Dari parkiran Goa Beji Guwang ke arah Tegenungan berjarak cuman sekitar 6km. Kembali lagi ke arah Sukawati Art Market, kemudian memasuki jalan desa, perbukitan hingga akhirnya sampai di parkiran. Karena spot ini adalah spot favorit wisata, hari itu banyak sekali motor, mobil dan bis wisata di area parkiran. Setelah parkir kemudian menuju loket masuk dengan karcis seharga Rp. 15.000/orang (wisatawan asing dan lokal harganya sama). Nah di dekat loket ini tersedia toilet umum yang  gratis, jadi buat kalian yang kebelet silahkan ke sini dulu, karena jika di toilet cafe/tempat makan bisa bayar Rp. 5.000 hahahha..
Di area sini banyak sekali pedagang di kiri kanan jalan, mulai dari yang jual makanan minuman ringan, cendera mata, pakaian hingga cafe. Cafe-cafe ini sebagian berada di pinggir lembah dengan view air terjun yang memang sudah terlihat dari atas.
Air Terjun Tegenungan dari kejauhan
Air terjun kecil sebelum mencapai sungai
Menuruni anak-anak tangga dari cor-coran, sepanjang jalan terdapat spot-spot foto/shelter dengan latar belakang air terjun. Sebelum sampai ke pinggir sungai, kita akan sampai di sebuah air terjun kecil yang jatuh dari sisi tebing sebelah kiri. Banyak pegunjung mampir sejenak di sini untuk sekedar berfoto. Dari spot ini tidak begitu jauh lagi hingga sampai di pinggir sungai.
Salah satu spot foto sebelum ke air terjun
Salah satu spot foto sebelum ke air terjun
Salah satu spot foto sebelum ke air terjun

Sampai di sungai, seperti yang terlihat dari atas banyak sekali wisatawan di sekitar air terjun yang didominasi oleh turis asing.
Meskipun hanya mempunyai ketinggian sekitar 15m, tapi  air terjun ini mempunyai debit yang besar. Buat pengunjung yang ingin berenang dilarang mendekati area jatuhnya air terjun dan ini dipatuhi oleh beberapa pengunjung yang hanya berenang disekitar pinggiran kolam saja. Dari banyaknya pengunjung di sini sebagian besar hanya menikmati keindahan air terjun ini sambil berfoto-foto. Untuk ke seberang sungai di sediakan jembatan kayu (dan lagi-lagi ada yang pre-wed di atas jembatan yang sangat kecil ini, mengganggu sekali..).
View air terjun dari bawah
View air terjun dari bawah
Berbeda dengan foto-foto yang banyak beredar di medsos ataupun jika melihat wikipedia, terlihat suasana air terjun yang masih sangat asri dipenuhi pepohonan hijau, berbeda keadaannya dengan sekarang. Untk naik ke bagian atas, disediakan tangga/pegangan dari besi. Sementara di bagian atas sudah terlihat tempat makan/cafe yang terlihat tak kalah ramainya dengan suasana air terjun. Di cafe ini disediakan mountain swing atau ayunan yang mengarah ke lembah/sungai tempat air terjun ini berada. Untuk tarif menggunakan swing ini saya tidak tahu karena tidak berminat untuk ke sana.
Berpose di depan air terjun
Semakin siang, jumlah pengunjung makin bertambah dan pengunjung bertamAibah banyak. Namun begitu masih belum bisa mengalahkan Leuwi Hejo dan kawan-kawan nya di Babakan Madang-Bogor hahahhaha.


Info:
Nama  : Air Terjun Tegenungan
Lokasi  : Desa Kemenuh, kec. Sukawati, kab. Gianyar-Bali
Biaya   : Rp. 15.000/orang sudah termasuk parkir

- Green Bowl dan Pantai Melasti
- Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK)




Labels: , , , , ,