Friday, June 28, 2019

Sekeping Surga Itu Bernama Sawarna-Part IV: Pantai Goa Langir dan Karang Bokor Cliff

Pantai Goa Langir
Pada kunjungan sebelumnya, pantai ini terlewati untuk dikunjungi. Dan pada kunjungan kali ini, pantai ini menjadi salah satu tujuan utama. Hanya berjarak sekitar 1km dari penginapan dan pantai ini masih satu garis dengan Pantai Pasir Putih yang ada dekat penginapan. Jadi pantai ini dari jauh terlihat dengan patokan bukit karang yang ada di sebelah kanan.

Dari jembatan kawasan wisata, mengambil jalur ke arah Serang, nanti akan terlihat gerbang di pinggir jalan. Tidak ada penjaga tiket kala itu, mungkin karena tidak ada pengunjung. Dari gerbang, menyusuri jalan batu melewati kebun kelapa hingga sampai di tebing. Terlihat deretan warung namun tidak ada penghuninya jadi otomatis cuman ada kami berdua di sini. Sepanjang jalan di pantai terlihat banyak goa di tebing, dan di goa-goa utama terdapat papan nama.
Kondisi jalan masuk ke pantai
Seperti Pantai Pasir Putih, pantai ini juga mempunyai pasir luas, tidak banyak karang hanya saja ombak di sini tinggi dan berlapis-lapis. Pantai ini dibatasi oleh bukit karang yang menjorok ke laut sehingga garis pantainya berhenti dampai di sini. Karena pasirnya dan luasnya pantai ini, sangat cocok buat bermain dan santai di bawah pepohonan dan warung yang berjejer  di sini.
Senja di Pantai Goa Langir
Senja di Pantai Goa Langir
Senja di Pantai Goa Langir
Yang membuat unik pantai ini, tentu saja goa-goanya yang banyak di sepanjang tebing yang berhadapan dengan laut. Ada beberapa goa yang bisa dimasuki oleh pengunjung namun sayang karena sudah sore dan tidak ada guide, kami tidak berani masuk ke dalam goa. Dan karena hujan sepanjang hari, tujuan kami melihat sunset di pantai ini tidak tercapai tapi dengan kunjungan ini sudah menghilangkan rasa penasaran akan pantai ini.
Bukit karang dan goa di sepanjang pantai
Bukit karang dan goa di sepanjang pantai
Karang Bokor
Sabtu pagi kami check-out dan kembali ke Bogor tapi sebelumnya kami mampir ke Karang Bokor (Cliff) dan Curug Kanteh. Pagi-pagi sekitar jam 7 lewat kami sudah berangkat mengambil jalur yang beda ketika ke sini. Jalur ini alur sebaliknya yaitu menuju ke arah Serang. Berjarak sekitar 5km dari penginapan melewati kawasan hutan hingga sampai di gerbang Karang Bokor yang terlihat jelas di sebelah kiri jalan.

Karena kurang jam 8 pagi, sementara kawasan ini buka jam 8. Menunggu di pintu gerbang akhirnya penjaga datang. Harga tiket masuk Rp. 10.000/orang. Menurut petugas jaga, kawasan wisata ini baru dibuka kurang dari setahun lalu. Dari gerbang kita harus  masuk ke dalam kira-kira 200m. Melewati hutan dengan jalan yang licin akhirnya sampai di spot yang di tuju.
Kondisi hutan menuju Karang Bokor
Di area ini banyak terdapat bebatuan karang dan area terbuka ini adalah bagian dari bukit karang yang menjorok ke laut. Ketinggian tebing ini sekitar 50-meter lebih. Di sebelah kiri terlihat garis pantai berpasir hitam dengan ombak besar berlapis-lapis. Berbentuk teluk yang dilindungai oleh tebing sehingga terlepas dari pandangan luar. Untuk ke sana bisa melewati jalan setapak di antara semak-semak dan hutan, biasanya dipakai oleh masyarakat lokal untuk memancing.
View dari karang
Yang menjadi daya tarik spot di sini adalah, adanya pulau kecil yang terpisah dari daratan yang ditumbuhi pepohonan hijau dan dikelilingi oleh laut dalam. Di sebelah kiri terlihat tebing melingkar seperti tak terjamah manusia.
Karang Bokor
Berfoto di pinggir karang
Pemandangan di sini akan terlihat jelas dengan menggunakan drone. Dari atas terlihat tebing tempat kami berdiri yang dibawahnya laut dalam dengan hempasan ombaknya, cantik sekaligus menakutkan. Pengunjung harap berhati-hati ketika mendekati pinggir tebing karena di sini tidak ada pengawas, dan hanya di batasi oleh pagar kayu. Dan perlu di catat lagi, di sini tidak ada warung penjual makanan/minuman. Buat kalian yang mau berkemah di sini bisa, dan cocok buat penikmat alam, kombinasi laut, hutan dan langit terbuka.
View Karang Bokor dari atas
View Karang Bokor dari atas
View Karang Bokor dari atas
View Karang Bokor dari atas
Setelah puas menikmati pemandangan di sini, kami melanjutkan perjalanan pulang dan terlebih dahulu mampir di Curug Kanteh.
 Baca juga link terkait:
- Sawarna bagian 1: Pantai Legon Pari dan Karang Taraje
- Sawarna bagian 2: Pantai Tanjung Layar dan Goa Lalay
- Sawarna bagian 3: Pantai Tanjung Layar dan Karang Taraje

Labels: , , , , , , ,

Sekeping Surga Itu Bernama Sawarna-Part III: Pantai Tanjung Layar dan Pantai Karang Taraje

Kamis, 21 Maret 2019. Saat nya meninggalkan Ciletuh.
Pagi-pagi kami check-out dan langsung menuju Sawarna yang ada di Banten. Dari Ciletuh ke Sawarna bisa di tempuh sekitar 3 jam lebih.  Melewati jalur yang sama ketika ke CIletuh yaitu jalan Loji, menyusuri pantai kami sampai di Pelabuhan Ratu, yang makan waktu sekitar 1 jam. Istirahat sebentar sarapan di warung pinggir jalan dan melanjutkan perjalanan sekitar 2 jam lagi ke Sawarna.

Melewati jalur lintas Selatan, melewati pertigaan Cisolok hingga tanjakan panjang Puncak Habibie. Karena sudah pernah ke sini sebelumnya, kami hanya melewati puncak yang mempunyai pemandangan bagus ke arah Pelabuhan Ratu. Melewati Puncak Habibie, masih di jalan propinsi (Jalan Nasional) kita akan memasuki perkampungan dengan kondisi jalan berkelok dan naik turun.

Sampai di suatu pertigaan kedua, kiri ke arah Sawarna sementara lurus mengikuti jalan propinsi. Di jalan lurus ini ada objek wisata Curug Kanteh yang kami singgahi ketika pulang dari Sawarna. Di pertigaan ini ada pangkalan ojek, pengunjung yang melewati jalan ini akan diminta duit tapi kami langsung nge-gas tanpa mempedulikan mereka. Memasuki jalan ini kondisinya agak jelek, dan akan bagus ketika memasuki Sawarna.

Sampai di gerbang Sawarna, di loket masuk kami bayar Rp. 5.000/orang dan melewati jembatan yang hanya muat untuk satu motor (yang bawa mobil harus parkir di luar), memasuki desa dan langsung menuju penginapan yang dulu kami pernah menginap. Kondisi desa wisata ini sangat sepi, boleh dikata hanya kami yang berwisata/menginap di sini. Tarif menginap Rp. 250.000/malam dan kami menginap 2 malam, harga ini lebih murah dibanding dulu karena lewat makelar (lewat makelar bisa Rp. 350.000/malam). Sepinya wisata di sini meskipun ketika masa libur/week-end karena kejadian Tsunami bulan Desember tahun lalu dan sampai sekarang masih berimpah ke pariwisata sepanjang pantai dari Anyer sampai Ujung Genteng.
Desa Sawarna
Karena habis menempuh perjalanan jauh dari Ciletuh, di Sawarna kami hanya banyak menghabiskan waktu di penginapan yang nyaman. Berjalan sebentar ke Pantai Pasir Putih yang berjarak sekitar 100m dari penginapan, terlihat beberapa warung makan dan cendera mata yang sangat sepi. Di pinggir pantai, warung-warung yang dulu banyak berjejer sekarang sudah ditetibkan/dibongkar, hanya saja tidak dirapihkan meninggalkan reruntuhan bangunan seperti terkena Tsunami. Kami makan siang seafood di sini dan sekaligus mendengarkan cerita bapak pemilik warung
Pantai Pasir Putih
Makan siang di Pantai Pasir Putih
Pantai Tanjung Layar
Inilah pantai yang menjadi favorit pengunjung untuk menyaksikan matahari terbenam/sunset. Jarak dari penginapan sekitar 1km bisa di tempuh dengan berjalan kaki di jalan setapak ataupun menggunakan motor. Sepanjang jalan terdapat warung-warung warga yang juga di jadikan tempat tinggal. Tersedia juga penginapan-penginapan sederhana yang berada dekat dengan bibir pantai.

Di pantai ini terdapat 2 bukit yang berjarak sekitar 50 m dari pantai, bukit ini mirip layar kapal sehingga pantai ini dinamakan Tanjung Layar. Ombak pantai selatan menghempas keras dan terhalang karang yang berjejer dan terkadang hempasan ini membentuk air terjun alami. Batu karang yang membentuk pantai ini membentuk kolam-kolam dangkal. Meskipun ombak besar, beberapa warga terbiasa memancing di sini. Untunglah sore itu matahari tenggelam memberi semburat merah walaupun tidak sempurna karena tertutup awan.
Sunset @Tanjung Layar
Sunset @Tanjung Layar
Pantai Karang Taraje
Kembali lagi ke pantai ini, tujuan utama kami adalah melihat air terjun ombak yang melewati karang yaitu air terjun yang terbentuk akibat adanya ombak besar yang menghantam karang dan menghasilkan air terjun. Untuk ke Karang Taraje dari penginapan berjarak sekitar 3km, kita harus keluar dulu ke arah jalan raya. Nanti ada petunjuk arah ke Pantai Legon Pari/Karang Taraje.
Legon Pari
Legon Pari
Perjalanan ke pantai ini kita melewati jembatan gantung, memasuki jalan .desa yang cukup buat motor. Naik turun bukit melewati persawahan dan kebun hingga sampai di Pantai Legon Pari. Pantai Legon Pari biasanya ramai oleh pengunjung untuk melihat matahari terbit/sunrise. Dari pantai ini kemudian ambil jalur kiri melewati kebun sekitar 200m hingga sampai di warung paling ujung. Dari sini kami menitip motor dan jalan kaki ke arah Karang Taraje. Menyusuri pantai sekitar 200m sampailah kami di deretan warung.
Foto pantai selagi menunggu hujan reda
Foto pantai selagi menunggu hujan reda
Sayang sekali tiba-tiba hujan turun dan terpaksa berteduh di sebuah warung yang dijaga oleh seorang nenek dan sambil menunggu hujan reda kami memesan mie instan. Setelah reda kami menuju Karang Taraje. Melewati bebatuan karang yang terkadang dihempas oleh ombak dan melewati celah-celah karang. Dari jauh terlihat objek yang kami tuju, hanya saja tidak ada ombak besar yang bisa menghasilkan air terjun. Akhirnya kami cuman mengambil foto-foto karang yang ada di sini. Karang-karang yang cantik dan unik.
Karang-karang di Karang Taraje
Karang-karang di Karang Taraje
Karang-karang di Karang Taraje
 Baca juga link terkait:
- Sawarna bagian 1: Pantai Legon Pari dan Karang Taraje
- Sawarna bagian 2: Pantai Tanjung Layar dan Goa Lalay
- Sawarna bagian 4: Pantai Goa Langir dan Karang Bokor 

Labels: , , , , , , , , , ,