Tuesday, June 7, 2022

Asal Usul Dan Sejarah Al Quran Kitab Suci Agama Islam

 

Al-Qur’ān (Arab: القرآن ) adalah kitab suci agama Islam.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang".
Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca.
Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”

Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS.
Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.

Kemurnian Kitab Al-Quran ini dijamin langsung oleh Allah, yaitu Dzat yang menciptakan dan menurunkan Al-Quran itu sendiri.
Dan pada kenyataannya kita bisa melihat, satu-satu kitab yang mudah dipelajari bahkan sampai dihafal oleh beribu-ribu umat Islam.

Nama Nama Lain AlQuran :
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri.
Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)
Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
An-Nur (cahaya): QS(4:174)
Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)


Struktur dan Pembagian Al Quran


Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat).
Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr.
Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah).
Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia.
Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah).
Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

Juz dan manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz.
Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan).
Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu).
Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.

Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang).
Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya

SEJARAH AL QURAN Hingga Berbentuk MUSHAF
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak.
Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.

Al-Qur'an tidak turun sekaligus.
Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah.
Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab.
Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan.
Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang.
Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin

Pada masa pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan.
Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat.
Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut.
Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar.
Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku.
Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini.
Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar).

Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman.
Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami.
Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini?
Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain.
Ini hampir menjadi suatu kekufuran'.
Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?'
Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.'
Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat.
Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya.
Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam.
Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka.
Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).

Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa.
Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab.
Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.

Terjemahan
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh.
Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an.
Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi;
kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS

Terjemahan dalam bahasa Inggris
The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall

Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
Al-Amin (bahasa Sunda)

Tafsir
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu.
Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut.
Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat.
Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.

ADab Terhadap Al Quran
Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Qur'an terhadap seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas.
Pendapat pertama mengatakan bahwa jika seseorang sedang mengalami kondisi tersebut tidak boleh menyentuh Al-Qur'an sebelum bersuci.
Sedangkan pendapat kedua mengatakan boleh dan sah saja untuk menyentuh Al-Qur'an, karena tidak ada dalil yang menguatkannya.

Pendapat pertama
Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu.
Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.

Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78.
pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79.
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)

Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim.
Mereka mempercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci.
Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.

Pendapat kedua
Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surat Al Waaqi'ah di atas ialah:
"Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah."

Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya.
Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur’an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.
Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi:
Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali mereka yang suci/bersih, yakni dengan bentuk faa’il (subyek/pelaku) bukan maf’ul (obyek).
Kenyataannya Allah berfirman : Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur’an) kecuali mereka yang telah disucikan, yakni dengan bentuk maf’ul (obyek) bukan sebagai faa’il (subyek).
“Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci” Yang dimaksud oleh hadits di atas ialah : Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis”

Hubungan Dengan Kitab Kitab Lain
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut.
Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah.
Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut.
Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.

Labels: ,

Asal Usul Sejarah Agama Islam Secara Singkat

Asal Usul Sejarah Agama Islam Secara Singkat

Masa sebelum kedatangan Islam

Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan perlintasan perdagangan dalam Jalan Sutera yang menjadikan satu antara Indo Eropa dengan kawasan Asia di timur.
Kebanyakan orang Arab merupakan penyembah berhala dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi.
Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena di sana terdapat berhala-berhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah Ka'bah.
Masyarakat ini disebut pula Jahiliyah atau dalam artian lain bodoh.
Bodoh disini bukan dalam intelegensianya namun dalam pemikiran moral.
Warga Quraisy terkenal dengan masyarakat yang suka berpuisi.
Mereka menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan disaat berkumpul di tempat-tempat ramai.

Masa Awal
Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi.
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 masehi).
Ia dilahirkan ditengah-tengah suku Quraish pada zaman jahiliyah, dalam kehidupan suku-suku padang pasir yang suka berperang dan menyembah berhala.
Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia masih berada di dalam kandungan.

Pada saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah meninggal dunia.
Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya Abdul Muthalib dan dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Talib.
Muhammad kemudian menikah dengan seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani kehidupan secara sederhana.
Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam secara tertutup kepada para sahabatnya.
 Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, akhirnya ajaran Islam kemudian juga disampaikan secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekkah, yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya menentangnya.

Pada tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah.
Peristiwa ini disebut Hijrah, dan semenjak peristiwa itulah dasar permulaan perhitungan kalender Islam.
Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah), sehingga semakin kuatlah umat Islam.
Dalam setiap peperangan yang dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan.
Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah.

Keunggulan diplomasi nabi Muhammad SAW pada saat perjanjian Hudaibiyah, menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan.
Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam, sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan darah.
Ketika Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam.

Khalifah Rasyidin
Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang baik diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib.
 Pada masa ini umat Islam mencapai kestabilan politik dan ekonomi.
Abu Bakar memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat Islam dan mengatasi pemberontakan beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah meninggalnya Muhammad.
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin balatentara dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan Islam, terutama ke Syam, Mesir, dan Irak.
Dengan takluknya negeri-negeri tersebut, banyak harta rampasan perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh umat Islam.

Masa kekhalifahan selanjutnya
Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari tangan ke tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut "khalifah", atau kadang-kadang "amirul mukminin", "sultan", dan sebagainya.
Pada periode ini khalifah tidak lagi ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam, melainkan secara turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga banyak yang menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, hingga Bani Utsmaniyyah.

Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu kekuatan politik yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu.
Timbulnya tempat-tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa Arab di berbagai wilayah dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas kebudayaan Islam yang agung.
Banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan dari berbagai negeri-negeri Islam, terutamanya pada zaman keemasan Islam sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi.

Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan kekhalifahan yang sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya berbagai otoritas-otoritas kekuasaan terpisah yang berbentuk
"kesultanan"; misalnya Kesultanan Safawi, Kesultanan Turki Seljuk, Kesultanan Mughal, Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka, yang telah menjadi kesultanan-kesultanan yang memiliki kekuasaan yang kuat dan terkenal di dunia.
Meskipun memiliki kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut secara nominal masih menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari kekhalifahan Islam.

Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah Eropa.
Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang secara nominal dianggap sebagai kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang selepas Perang Dunia I.
Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad V.
Karena dianggap kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang di pimpin oleh mustafa kemal pasha atau kemal attaturk, sistem kerajaan dirombak dan diganti menjadi republik.


Kepercayaan

Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua kalimat persaksian"),
yaitu "Laa ilaha illallah, Muhammadar Rasulullah" — yang berarti "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah".

 Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).
Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur'an kepada Muhammad sebagai Khataman Nabiyyin (Penutup Para Nabi) dan menganggap bahwa al-Qur'an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber fundamental Islam.

 Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai pembaharu dari keimanan monoteistik dari Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi lainnya.
Tradisi Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.
Umat Islam juga meyakini al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang disampaikan oleh Allah kepada Muhammad.
melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah [2]:2).

Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman dalam suatu ayat.
Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar adanya.
Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia.
Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

Umat Islam juga meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Adam adalah agama tauhid, dengan demikian tentu saja Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif (murni imannya) maka menjadikannya seorang muslim.
 Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as.
Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli Kitab atau Ahlul Kitab.

Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, Sunni (85%) dan Syiah (15%).
Perpecahan terjadi setelah abad ke-7 yang mengikut pada ketidaksetujuan atas kepemimpinan politik dan keagamaan dari komunitas Islam ketika itu.
Islam adalah agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebagian besar Afrika dan Asia.
Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia.
Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia, seperti Eropa Barat.
Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab, 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, negara Muslim terbesar berdasar populasi.

Negara dengan mayoritas pemeluk Islam Sunni adalah Indonesia, Arab Saudi, dan Pakistan sedangkan negara dengan mayoritas Islam Syi'ah adalah Iran dan Irak.
Doktrin antara Sunni dan Syi'ah berbeda pada masalah imamah (kepemimpinan) dan peletakan Ahlul Bait (keluarga keturunan Muhammad).
Namun secara umum, baik Sunni maupun Syi'ah percaya pada rukun Islam dan rukun iman walaupun dengan terminologi yang berbeda.

Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 milyar umat Muslim yang tersebar di seluruh dunia.
Dari jumlah tersebut sekitar 18% hidup di negara-negara Arab, 20% di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatan yakni Pakistan, India dan Bangladesh.
Populasi Muslim terbesar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia.
Populasi Muslim juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat Cina, Amerika Serikat, Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.

Pertumbuhan Muslim sendiri diyakini mencapai 2,9% per tahun, sementara pertumbuhan penduduk dunia hanya mencapai 2,3%.
Besaran ini menjadikan Islam sebagai agama dengan pertumbuhan pemeluk yang tergolong cepat di dunia.
 Beberapa pendapat menghubungkan pertumbuhan ini dengan tingginya angka kelahiran di banyak negara Islam (enam dari sepuluh negara di dunia dengan angka kelahiran tertinggi di dunia adalah negara dengan mayoritas Muslim
Namun belum lama ini, sebuah studi demografi telah menyatakan bahwa angka kelahiran negara Muslim menurun hingga ke tingkat negara Barat.

Kesimpulan :
Islam Adalah Agama Terakhir sebagai Penyempurnaan.
Mempunyai Nabi Terakhir Yaitu : Nabi Muhammad SAW.
Kitab Suci :Al QUran
Rumah ibadat umat Muslim disebut masjid atau mesjid.
Ibadah yang biasa dilakukan di Masjid antara lain salat berjama'ah, ceramah agama, perayaan hari besar, diskusi agama, belajar mengaji (membaca Al-Qur'an) dan lain sebagainya.


DiAmbil dari Wikipedia Indonesia

Labels: ,

Thursday, March 25, 2021

6 Ide Kegiatan Bermanfaat Selama Ramadan Selain Tadarusan

6 Ide Kegiatan Bermanfaat Selama Ramadan Selain Tadarusan

Tidak dipungkiri apabila Ramadhan adalah momen yang paling tepat bagi kita untuk mengevaluasi diri, memperbaiki diri, meningkatkan ketakwaan, memperbanyak ibadah, dan tujuan-tujuan lainnya. Dari sekian banyak pilihan kegiatan selama Ramadan, tadarus atau menghatamkan Alquran adalah salah satu yang selalu jadi idola.

6 Ide Kegiatan Bermanfaat Selama Ramadan Selain Tadarusan
6 Ide Kegiatan Bermanfaat Selama Ramadan Selain Tadarusan

Tapi selain tadarusan, Sebenarnya masih ada banyak kegiatan lain yang bisa kita lakukan. Tapi sayang, ide tentang hal-hal bermanfaat yang bisa kita lakukan selama Ramadhan seringkali tidak tercetus begitu saja. Nah, buat kamu yang mungkin sedang mencari ide untuk mengisi Ramadan agar lebih bermanfaat dan berkesan, kamu bisa coba membaca beberapa artikel di internet.

Pituluik Media adalah salah satu tempat di mana kamu bisa menemukan ide-ide menarik yang saya rekomendasikan. Di sana, selain bisa menemukan ide-ide menarik untuk dilakukan selama Ramadan, kamu juga bisa menemukan tulisan-tulisan inspiratif yang insyaAllah bisa menggugah kita untuk melakukan hal-hal yang lebih baik dan berarti untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Kegiatan bermanfaat yang bisa dilakukan selama Ramadan

 

1.Wisata religi

Di Indonesia banyak sekali destinasi wisata religi yang bisa di datangi. Wisata religi sendiri memiliki banyak manfaat, layaknya berwisata pada umumnya. Mulai dari, berguna untuk merilis stres, melawan kejenuhan, bisa juga dimanfaatkan untuk menyegarkan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta, sehingga menambah wawasan.

2.Tadabbur alam

Tadabbur alam adalah salah satu cara yang terbaik yang bisa kamu coba untuk mengenal Allah lebih dekat. Pasalnya, selain membaca Alquran, kita juga bisa mengenal dan mengetahui kekuasaan Allah melalui ciptaannya. Mulai dari gunung yang kokoh menjulang, alam yang indah, hewan-hewan yang unik, hingga laut yang luas.

Di Indonesia, ada banyak tempat-tempat yang indah, yang bisa dikunjungi tanpa membuang terlalu banyak tenaga seperti: Taman Tebing Breksi (Jogja), Green Village Gedangsari (Jogja), kawasan wisata Coban Talun di Malang, dataran tinggi pegunungan Malino di Sumatera, Danau Toba (Sumatera), Taman Hutan Ir. H. Juanda (Bandung), dan lain-lain.

3.Bersih-bersih

Bersih-bersih enggak selamanya butuh banyak tenaga, yang bisa bikin kita capek lalu kehausan atau lapar. Memilih waktu yang tepat dan memilih hal-hal yang sederhana untuk dibersihkan bisa jadi kegiatan bermanfaat selama Ramadan.
Terlebih Islam sendiri mengajarkan umatnya untuk selalu menjaga kebersihan. Ide bersih-bersih selama Ramadhan yang tidak terlalu menyita tenaga diantaranya adalah:

  • Kipas angin. Buat kamu yang selalu mengandalkan kipas angin di rumah untuk membantu mengusir hawa panas, dan mungkin jarang dibersihkan. Ini adalah saat yang paling tepat buat kamu untuk membuatnya terlihat bersih dan tampak seperti baru. Selain bisa membantu kamu terhindar dari berbagai macam penyakit yang bisa ditimbulkan akibat debu maupun kotoran yang menempel di kipas dan filter. Kipas yang bersih juga tentu akan membuat kamu lebih percaya diri saat didatangi oleh tetangga maupun sanak keluarga.
  • Laptop dan komputer. Kegiatan bersih-bersih yang enggak terlalu menyita banyak tenaga lainnya adalah membersihkan laptop atau komputer. Untuk membersihkan laptop atau komputer, tentu kamu membutuhkan obeng yang tepat dan sedikit pengetahuan tentang bagaimana cara membuka komputer atau laptop. Cara paling mudah, kamu bisa melihat tutorialnya di YouTube. Membersihkan komputer dan laptop akan membantu menjaga barang tersebut lebih awet saat digunakan. Karena debu dan kotoran selain bisa buat komputer maupun laptop terlihat menjijikan, juga bisa menyebabkan perangkat tersebut lebih cepat rusak.

 

4.Baca buku

Buku adalah sumber pengetahuan yang sebaiknya tidak dilupakan. Ya, kegiatan membaca memang semakin jarang kita tekuni selepas sekolah atau kuliah. Karena umumnya kita lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan-pekerjaan yang membuat kita melupakan buku.
Tidak sembarang buku, membaca buku-buku agama yang berkaitan dengan tata cara ibadah, buku-buku hadits, buku Fiqih, atau semacamnya pasti bisa menjadi oase bagi pengetahuanmu.

5.Berbagi takjil

Berbagi (makanan, minuman, ataupun pakaian) kepada fakir miskin adalah salah satu tujuan mengapa kita diperintahkan untuk berpuasa. Berbagi takjil merupakan salah satu pengejawantahan atau perwujudan dari berpuasa yang paling mudah untuk diterapkan. Tak harus sendiri, kamu bisa mengajak teman-teman yang lain untuk patungan membuat dan berbagi takjil dengan saudara-saudara kita yang membutuhkannya.

6.Buka bersama

Berapa banyak diantara kita yang kesulitan menemukan waktu-waktu luang untuk bersilaturahmi dengan teman atau saudara. Selain sibuk bekerja, Banyak diantara kita yang juga merasa cukup hanya dengan silaturahmi melalui sosial media seperti Facebook hingga WhatsApp.

Padahal, bersosialisasi atau bertatap muka dan berbicara face to face sangat dianjurkan dalam Islam selain bisa memberikan sejumlah manfaat seperti: Bisa dijadikan sebagai ajang untuk membangun jaringan, berdiskusi, mempererat tali silaturahmi, hingga memperkenalkan sanak saudara kepada anak maupun anggota keluarga yang lain.

Editor: Alber

Labels: ,

Sunday, March 7, 2021

Doa Mohon diterima amalan

Doa Mohon diterima amalan
Doa Mohon diterima amalan

Doa Mohon diterima amalan

“Ya Tuhan kami semoga Enagkau menerina (amalan ibadah kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.
(Q.S Al Baqarah: 127-128)
Editor: alber

Labels: , ,

Doa Agar diberikan keturunan Sholih Sholihah

Doa Agar diberikan keturunan Sholih Sholihah
Doa Agar diberikan keturunan Sholih Sholihah

Doa Agar diberikan keturunan yang Sholih Sholihah:

“Robbanaa hab lanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa” 
[Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa]. 
(QS. Al-Furqan: 74)

Labels: ,

Thursday, February 25, 2021

Empat Sifat Nabi Dalam Mengelolah Bisnis

Empat Sifat Nabi Dalam Mengelolah Bisnis
Empat Sifat Nabi Dalam Mengelolah Bisnis

Empat Sifat Nabi Dalam Mengelolah Bisnis

            Ada empat hal yang menjadi key success factors (KSF) dalam mengelolah suatu bisnis, agar mendapat celupan nilai-nilai moral yang tinggi. Untuk memudahkan mengingat, kita singkat dengan SAFT, yaitu :

  1. Shiddik (benar dan jujur)
  2. Amanah (terpercaya, kredibel)
  3. Fathanah (cerdas)
  4. Thabligh (komunikatif)

            Keempat SKF ini “shiddiq, amhanah, dan thablig” merupakan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw. Yang suda sangat dikenal dikalangan ulama, tapi masi jarang diimplementasikan khususnya dalam dunia bisnis.

 

Shiddiq

            Shiddik adalah sifat Nabi Muhammad Saw., artinya “benar dan jujur”. Jika seorang   pemimpin, ia senantiasa berperilaku benar dan jujur dalam sepanjang kepemimpinannya. Benar dalam mengambil keputusan-keputusan dalam perusahaan yang bersifat strategis, menyangkut visi/misi, dalam menyusun objektif dan sasaran serta evektif dan efisien dalam implementasi dan operasionalnya dilapangan. Sebagai pemimpin perusahaan, ia selalu jujur, baik kepada company (pemegang saham), cultomer (nasabah), competitor (pesaing), maupun kepada people  (karyawan sendiri),  sehingga bisnis ini benar-benar berjalan dengan prinsip-prinsip kebenaran dan kejujuran..

            Jika ia seorang pemasar, sifat shiddiq (banar dan jujur) haruslah menjiwai seluruh perilakunya dalam melakukan pemasaran, dalam berhubungan dengan pelanggan, dalam bertransaksi dengan nasabah, dan dalam membuat perjanjian dengan mitra bisnisnya. Ia senantiasa mengedepankan kebenaran informasi yang diberikan dan jujur dalam menjelaskan keunggulan produk-produk yang dimiliki. Sekiranya dalam produk yang dipasarkan terdapat kelemahan atau cacat, maka ia menyampaikan secara jujur kelemahan atau cacat dalam produknnya kepada calon pembeli. Inilah bisnis syari’ah yang diwarnai oleh sifat shiddiq nya Nabi Muhammad Saw., sebagaimana beliau juga mencontohkan hal yang sama ketika melakukan perdagangan yang suda banyak  dibahas didepan.

            Rasulullah  Saw. Adalah mahkluk Allah yang paling sempurna dalam hal kejujuran. Pada awal kerasulannya Muhammad Saw. Perna bertanya sekalian beliau kukatakan bahwa dibalik bukit ini mereka, “Ya, engkau tidak perna disangsikan. Belum perna kami melihat engkau berdusta”.

            Jawaban orang Quraisy itu disampaikan secara spontan karena yang bertanya adalah Muhammad ibn Abdullah. Sosok yang selama ini mereka gelari dengan al-amin  ini, karena gelar al-amin ini keluar dari mulut orang-orang Quraisy. Padahal, sejarah pencatat  bahea peradaban Quarisy saat itu dan jazirah arab umumnya berada ditengah peradaban jahiliah. Sebuah peradaban yang sudah tidak bias lagi membedakan antara yang hak (benar) dan (batil) salah. Namun kejujuran Muhammad  ibn Abdullah tidak luntur oleh peradaban disekelilingnya. Justru orang-orang yang hidup diperadaban jahiliah itu (Quraisy) secara suka rela memberikan penghargaan kepada kejujuran Muhammad dengan menggelarinya al-amin.

            Sikap jujur berarti selalu melandaskan ucapan, keyakinan, serta  perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara ucapan dan perbuatan. Oleh karena itulah, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk senantiasa memiliki sifat shiddiq dan juga dianjurkan untuk menciptakan lingkunan yang shiddiq. Sebagaimana firman Allah Swt., “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS Al-Taubat [9]: 119).

            Selain itu dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. Bersabda, “Hendaklah kalian jujur (benar) karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan akan mengantarkan kedalam surga. Seseorang yang selalu berusaha untuk jujur akan dicatat oleh Allah sebagai orang jujur. Dan jauhilah skalian oleh kamu sekalian dusta (kidzib), karena dusta itu akan mengantarkan kepada kejahatan. Dan kejahatan akan mengantarkan kedalam neraka seseorang yang selalu berdusta akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta (HR Al-Bukhari).

            Alangkah indahnya jika kita bias menjalankan bisnis dengan sifat shiddiq dan memengaruhi lingkungan bisnis kita dengan sifat siddiq. Kekotoran, kezaliman, kemunafikan, penipuan, dan keserakahan akan lenyap dengan menghidupkan sifat-sifat shiddiq di benak semua pelaku bisnis.

            Dalam dunia bisnis, kejujuran bias juga ditampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan (mujahadah dan itqan), baik ketepatan waktu, janji, pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahan dan kekurangan (tidak ditutup-tutupi) yang kemudian diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu (baik kepada diri sendiri, teman sejawat, perusahaan maupun mitra kerja). Tarmasuk memberikan informasi  yang penuh kebohongan adalah iklan-iklan di media tulis dan elektronik. Bisnis yang dipenuhi kebohongan dan manipulasi seperti ini insyah Allah tdk akan mendapat rahmat dan barokah dari Allah Swt.

            Akan tetapi, perlu menjadi catatan pula bagi para profesional  bisnis syari’ah bahwa berbekal kejujuran saja dalam menjalankan suatu bisnis tuntu tidaklah cukup. Sekirahnya bekal kejujuran saja cukup menjadi syarat bagi seseorang untuk ditunjuk menjadi pemimpin, maka Abu Dzar Al-Ghifari (sahabat Nabi Muhammad Saw yang paling jujur) pasti telah mendapat amanat untuk pemimpin pemerintahan dari Nabi Muhammad Saw.

            Ibn Taimiyyah mengatakan, sesungguhnya Abu Dzar r.a. adalah sahabat yang paling saleh dalam hal amanat dan kejujuran (daripada Khalid ibn Wahid), tetapi Rasulullah Saw. Sendiri bersabda kepadanya, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya aku melihat dirimu itu lemah, dan sesungguhnya aku mencintai untuk kamu atas sesuatu yang kamu mencintainya untuk diriku : janganlah kamu memerintah dua orang dan menjadi wali bagi harta anak yatim!” (HR Muslim)

            Padahal sebuah kesaksian mengatakan, “sesungguhnya tidak terdapat dikolong langit dan di atas bumi orang yang paling jujur perkataannya melebihi Abu Dzar”.

Amanah

             Amanah artinya adapat “dipercaya “, bertanggung jawab dan kredibel , dan amanah bisa juga bermakna keinginan untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan.diantara nilai-nilai yang terkait dengan kejujuran dan melengkapinya adalah amanah. Ia juga merupakan salah satu moral keimanan. Seorang pebisnis haruslah memiliki sifat amanah karena allah menyebutkan sifat orang-orang mukmin yang beruntung adalah yang dapat memelihara amanat yang diberikan kepadanya. Allah SWT. Berfirman ,” dan orang –orang yang memelihara amanat-amanat dan janji-janjinya “(QS Al–Mu’Minun [23] :8 ).

         Konsekuensi amanah adalah mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya ,baik sedikit ataupun banyak, tidak mengambil lebih banyak dari pada yang ia miliki, dan tidak mengurangi hak orang lain, baik itu berupa hasil penjualan ,fee, jasa atau upah buruh.

        Amanah juga memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan padanya.amanah dapat ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, dan pelayanan yang optimal kepada nasabah. Allah SWT .berfirman, “ sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya ,dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.sesungguhnya allah maha melihat lagi maha mendengar “.( QS AL –NISSA [4]: 58.

         Rasulullah Saw .bersabda, “bahawa amanah akan menarik rezeki dan sebaliknya khianat akan mengakibatkan kekafiran”. (HR Al – Dailami ).

         Sifat amanah ini akan membentuk kredibilitas yang tinggi dan sikap penuh tanggung jawab pada setiap individu muslim. Kumpulan individu dengan kredibilitas yang tinggi akan melahirkan masyarakat yang kuat ,karena dilandasi oleh saling percaya antara anggotanya.sifat amanah memainkan peranan yang fundamental dalam ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan tanggung  jawab ,kehidupan ekonomi dan bisnis akan hancur.

          Dalam praktik  perdagangan yang islami , dikenal adanya istilah “ perdagangan atas dasar amanah“.dalam akad –akad tijarah yang menggunakan prinsip mudharabah,murabahah,syirkah,dan wakalah, diperlukan komitmen semua pihak atas amanah yang diberikan kepadanya. Adanya salah satu pihak yang khianat atas amanah yang dipercayakan kepadanya bisa mengakibatkan pembatalan akad perjanjian. Misalnya, pihak pengelola ternyata menggunakan dana tersebut untuk memperkaya diri sendiri,atau untuk bisnis yang diharamkan allah Swt. Karena itu, rasulullah Saw. Mengatakan, “allah azza wa jalla berfirman : “ aku adalah pihak ketiga dari kedua belah pihak yang berserikat selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati temannya. Jika salah satu dari keduanya telah mengkhianati temannya , aku berlepas diri dari keduanya “. ( HR Abu Dawud ).

   Dalam riwayat lain disebutkan , “ tangan allah menyertai kedua orang berserikat selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati yang lain. Apabila dari salah satu keduanya telah mengkhianati temannya, dia mengangkat kembali tangan- Nya dari keduanya “. ( HR Al- Duruqhutni ).

     Integritas seseorang akan terbentuk dari sejauh mana orang tersebut dapat memelihara amanah yang diberikan kepadanya. Pebisnis yang baik adalah yang mampu memelihara integritasnya ,dan integritas yang terpelihara akan menimbulkan kepercayaan (trust ) bagi nasabah, mitra bisnis,bahkan semua stakeholder dalam suatu bisnis.dari sinilah, bisnis yang didasarkan dengan nuansa syariah akan bangkit, sepanjang sifat-sifat nabi muhammad Saw .tadi menjadi jiwa dari perilaku bisnisnya.

Fathanah

    Fathanahdapat diartikan sebagai intelektual, ‘kecerdikan atau kebijaksanaan ‘. Pemimpin perusahaan yang  fathanah artinya pemimpin yang memahami,mengerti dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas  dan kewajibannya.

    Sifat fathanahdapat dipandang sebagai strategi hidup setiap muslim, karena untuk mencapai sang pencipta, seorang muslim harus mengoptimalkan segala potensi yang diberikan olehnya. Potensi paling berharga dan termahal yang hanya diberikan pada manusia adalah akal ( intelektualitas ). Karena itu ,allah dalam Al-Quran selalu menyindir orang-orang yang menolak seruan untuk kembali (tobat) kepadanya dengan kalimat “Apakah kamu tidak berpikir ? Apakah kamu tidak menggunakan akalmu ? allah menciptakan siang dan malam, menjadikan gunung-gunung ,tanaman-tanaman yang berbeda sebagai tanda kebesaran-Nya bagi kaum yang berpikir. “Allah Swt .berfirman , “dan dialah tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya.dan menjadikan padanya  semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran allah) bagi kaum yang memikirkan “(QS Al –Ra’d [13] : 3 ).

     Salah satu  ciri orang yang paling bertakwa adalah orang paling mampu mengoptimalkan potensi pikirnya. Dalam Al-Quran, orang yang senantiasa mengoptimalkan potensi pikirnya biasa disebut ulu al-albab, yaitu orang yang iman dan ilmunya berinteraksi secara seimbang (Dynamic Equilibrium ).

    Allah Swt. bahkan Memberikan peringatan keras kepada orang –orang  yang tidak menggunakan akalnya, “dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin allah ; dan allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang  yang tidak mempergunakan akalnya.’’ (QS Yunus [10] : 100 ).

    Dalam bisnis, implikasi ekonomi sifat fathanah adalah bahwa segala aktivitas dalam manajemen suatu perusahaan harus dengan kecerdasan, dengan mengoptimalkan semua potensi akal yang ada untuk mencapai tujuan. Memiliki sifat jujur, benar, dan bertangguang jawab tidak cukup dalam mengelola bisnis secara profesional. Para pelaku bisnis syariah juga harus memiliki sifat fathanah , yaitu sifat cerdas, cerdik, dan bijaksana agar usahanya labih efektif dan efisien serta mampu mengalisis situasi persaingan (competitive setting ) dan perubahan-perubahan (change) di masa yang akan datang.

     Kecerdasan yang dimaksudkan disini adalah juga kecerdasan spiritual seperti yang dikatakan,Ary Ginanjar dalam bukunya yang sangat terkenal dan laris, yaitu : “ kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap  setiap perilaku kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya ( hanif ) ,dan memiliki pola pemikiran tauhid (Inte-gralistik ), serta berprinsip hanya  karena allah.’’

     Sifat fathanahjuga ini juga akan menumbuhkan kreaktivitas dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Kreaktif dan inovatif hanya mungkin dimiliki ketika seorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan dan informasi, baik yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun perusahaan secara umum. Sifat  fathanah(perpaduan antara ‘Alim dan hafidz ).Telah mengantarkan Nabi Yusuf a.s .dan tim ekonominya berhasil membangun kembali negeri mesir .” berkata Yusuf , ‘ jadikanlah aku bendaharawan negara (mesir).sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan “ ( QS Yusuf [12]:55 ). Dia lalu diberi jabatan sebagai menteri keuangan mesir. Dengan tim ekonominya, dia  kemudian kembali membangun mesir yang sudah dijurang kehancuran karena krisis ekonomi , kembali bangkit menjadi negara yang surplus dan makmur.

       Sifat fathana pulalah seperti yang diriwayatkan Imam Al Bukhari yang mengantarkan Nabi Muhammad Saw .( sebelum menjadi nabi ) mendapat keberhasilan dalam  kegiatan perdagangan. Kita mesti mampu mengadopsi sifat ini jika ingin menjadi seorang pebisnis yang sukses di masa depan, terutama dalam menghadapi situasi persaingan ( Competitive Setting) yang bukan hanya rumit (Complicated) dan canggih (Sophisticated ), tetapi bahkan kadang-kadang menghadapi situasi yang kacau (Chaos ) . kita juga harus mempunyai kecerdasan memprediksi situasi persaingan global kedepan dengan kemajuan dengan teknologi komunikasi yang demikian pesat, yanh sudah tidak mengenal batas garis wilayah dan teritorial suatu negara.

      Saat ini kita dapat berkomunokasi dan melakukan transaksi bisnis ke mancanegara hanya melalui perangkat komputer di dalam kamar tidur kita ; tanpa harus kekantor , bertemu klien secara langsung atau malah meninjau perusahaan klien yang ada di negara tertentu. Di sini sifat fathanah kita perlu optimalkan.

Tabliq

Sifat tabliq hartinya komunitatif dan argumentatif .

Orang yang memiliki sifat tabliqh,akan menyampaikan dengan benar (berbobot) dandengan tutur kata yang tepat (bi Al-hikmah) jika merupakan seorang pemimpin dalam dunia bisnis, ia haruslah menjadi seseorang yang mampu mengkomunikasikan visi dan misinya dengan benar kepada karyawan dan stakeholder  lainya .

  Jika seorang pemasar ,ia harus menyampaikan keunggulan-keunggulan produknya dengan jujur dan tidak harus berbohong dan tidak menipu pelanggan. Diaharus menjadi komunikator yang baik dan bias berbicara benar dan bi Al- hikmah (bijaksana dan tepat sasaran) kepada mitra bisnisnya. Kalimat-kalimat yang keluar dari ucapannya “terasa berat’’ dan berbobot. Al-Qur’an menyebutnya dengan istilah qaulansadidun (pembicaraan yang benar dan berbobot). Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman ,bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (qaulansadidun) ,nisca ya allah akan memeperbaiki bagimu amal-amalmu  -dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah danRasul-Nya,maka sesunggunya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar”(Qs Al-ahzab[33]:7071).

Dalam ayat lain disebutkan “oleh karena itu ,hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (qaulansadidan)”(Qs Al-nisa[4]:9)

Picthall, seorang ahli komunikasi menerjemahkn kata-kata qaulqnsadi dan dengan dua cara.

Pada surah al-ahzabayat 70-71, ia menerjemehkan dengan speak words straight to the point (bicaralah langsung kepada pokok persoalanya),tetapi pada surah Al-nisaayat 29,ia menerjemakannya dengan speak justly ( bicaralah yang benar). Keduanya menyampaikan makna yang tepat untuk kata sadidan ,demikian pendapat jalaludin rakhmat.

Orang yang mendapat hidaya dari Allah Swt. Memiliki  pembicaraan yang ”benar”, berbobot , dan benar  (qaulansadidan).Mereka biasanya  adalah orang-orang yang ibadanya baik, ahlaknya baik ,tidak pernah meninggalkan tahajud, dan dalam bermuamalah pun selalu terpelihara dari bisnis yang transaksinya terlarang.

Alangkah mulianya jika dalam mengelola bisnis kita memiliki pemimpin, karyawan , atau pemasar  yang  bisa di percayaan karena kesalehan dan kejujurannya yang di cintai karna kepribadian dan kecerdasannya ,sehingga bias menjadi panutan bagi siapa saja yang berinteraksi denganya. Kata-katanya selalu menjadi rujukan dan di dengarkan karna mengundang kebenaran dan memiliki makna yang dalam. Antisipasinya jauh kedepan menjangkau masa yang akan dilalui suatu bisnis.

Lebih dari itu, seorang pembisnis islami selain harus memiliki gagasan-gagasan segar, juga harus mampu mengomunikasika ngagasan-gagasannya secara tepat dan mudah di pahai oleh siapapun yang mendengarkan . Dalam bahasa AlQuran disebut dengan bi al-hikma. Allah Swt, berfirman ‘’serulah (manusia) kepada jalanTuhanmu dengan  hikma (bi al hikma) dan pelajaran yang baik , bantah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnyaTuahnmu yang lebih mengetauhi tentanng siapa yang tersesat dari jalan –Nya dialah yang maha mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk  “(Qs Al –Nahl[16:125]).

Disini juga tersirat makna bahwa selain harus bi al- hikma dan penyampaian yang baik, seorang pemimpin juga harus mampu berargumentasi, berdialog, dan berdiskusi dengan baik. Karena itu, kami menganggap sifat tabliq hini merupakan salah satu key success factors dalam mengolola bisnis di masa depan.

Sifat tabliqh dengan bahasanya yang bi al-hikma, artinya berbicara dengan orang lain dengan sesuatu yang mudah dipahaminya dan diterima oleh akalnya, bukan berbicara sesuatu yang sulit di mengerti .Ali R.A.  pernah mengatakan ,” Ajaklah manusia berbicara dengan sesuatu yang mereka pahami, dan tinggalkan apa yang ( tidak mereka mengerti) .Apakah kamu ingin Allah dan Rasul-Nya di dustakan ?

Termasuk dalam kategori bi al-hikmah adalah berdiskusi melakukan presentasi bisnis dengan orang lain dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga orang tersebut mudah memahami pesan bisnis yang ingin kita sampaikan. Allah berfirman , ”kami tidak mengutus seorang –seorang Rasul pun ,melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya dia dapat member penjelasan dengan terang kepada mereka ”(Qs Ibrahim[14];4).

Pengertianya kini bukan sekedar bahwa orang-orang Cina hendaknya diajak bicara dengan bahasa Cina atau orang-orang Rusia harus menggunakan bahasa Rusia,  tetapi maksud yang lebih dalam dari pemahamanya kini adalah bahwa orang-orang berpendidikan diajak berbicara dengan  bahasa  yang lebih ilmiah,  orang-orang awam dengan bahasa yang lebih sederhana mudah di pahami, serta orang-orang bisnis dengan menggunakan bahasa bisnis.

Kita harus memahami budaya mitra bisnis kita, jika dia orang JawaTimur, pakailah gaya bahasa Timuran , yang terkeaan yang lebih bebas, akrab, tanpa harus menjaga tata karma dan tutur kata yang lembut seperti  ketika ketemirekan bisnis yang berasal dari Jawa Tengah, sekalipun mereka sama-sama orang jawa. Penyampaian  yang  benar telah disesuaikan dengan lawan bicara kita, niscaya akan menambah daya  saing  perusahaan.

Editor: Alber

Labels: , , , ,

Friday, August 14, 2020

Asal Muasal Lafadz Azan

Asal Muasal Lafadz Azan
Asal Muasal Lafadz Azan

Asal Muasal Lafadz Azan

Tahukah kalian asal muasal AZAN yang dikumdangkan oleh Mu’azin setiap lima waktu tanda peringatan bahwa kala itu sedang memasuki waktu shalat. Ternyata azan ini berasal dari mimpi sahabat Rasulullah SAW.
Kalimat demi kalimat dalam azan awalnya berasal dari mimpi seorang sahabat, dan ketika mimpi itu diceritakan kepada Rasulullah SAW, Beliau menyetujuinya.

Sebab-Sebab Dikumadangkannya Azan

Allah SWT berfirman,

وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ ٥٨

Artinya:
“dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.”
(QS. Al Maidah: 58).

Ayat tersebut di atas sekaligus menjadi sebab turunnya azan sebagai pertanda penggilan shalat. Disebutkan pada masa berkembangnya Islam di Madinah, penduduk setempat tersebar di seluruh kota. Kesibukan yang tinggi dikhawatirkan menjadi potensi lupa atau kelalaian untuk melaksanakan shalat pada waktunya.
Kalau initerjadi terus menerus, maka ini menjadi satu persaoalan yang cukup berat yang pertlu segera dicarikan jalan keluarnya.

Lafadz Azan

 

Sahabat Bermimpi

Kondisi ini membuat para sahabat bermusyawarah untuk menentukan cara yang paling baik yang dapat digunakan sebagai pertanda waktu shalat telah datang.
Menurut kisah, pada awalnya Rasulullah SAW menyetujui bunyi lonceng sebagai pertanda shalat, namun pada akhirnya beliau tidak menyukai karena lebih mirip pada orang-orang Nasrani.

Dijelaskan Abdullah bin Zaid, pada suatu malam ketika ia tidur, tiba-tiba bermimpi bertemu dengans eorang laki-laki yang menggunakan pakaian hijau. Laki-laki itu mengelilinginya dengan membawa lonceng di tangannya.
Abdullah bin Zaid lalu menegurnya,
“Hai hamba Allah, apakah lonceng ini akan kamu jual?” tanyanya.
“Akan kamu pergunakan untuk apa lonceng ini,” jawab laki-laki itu.

“Akan aku pakai untuk memanggil orang untuk shalat,” ujar Abdullah.
Laki-laki itu terdiam sesaat lalu memberikan saran kepada Abdullah.
“Maukah engkau aku tunjukkan cara yang lebih baik dari itu?” tanya laki-laki itu.
“Baiklah, tunjukkan kepadaku,” jawab Abdullah.
Laki-laki itu lantas mengucap azan yang diawali dengan Allahu Akbar dan diakhiri dengan Laa Ilaaha Illallah.

Rasulullah SAW Menyetujui Mimpi Sahabat itu

Setelah mengalami mimpi itu, pagi harinya Abdullah menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan mimpi tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya mimpi kamu itu adalah mimpi yang benar, Insya Allah, berdirilah bersama Bilal dan sampaikanlah kepadanya apa yang kamu impikan, karena Bilal itu lebih keras suaranya daripada kamu.”

Lalu Abdullah menemui Bilal dan menyampaikan kepadanya apa yang dimimpikan itu. Kemudian Bilal pun melakukan Azan dengan kalimat-kalimat itu. Suara azan Bilal itu terdengar keras ke penjuru kota, lalu tidak alam kemudian Umar bin Khattab yang semula di rumah mendadak ke luar sambil membawa selendangnya.

Mendengar suara azan itu, Umar bin Khattab bersumpah atas nama Allah bahwa kalimat dalam azan itu juga ia mimpikan semalam.
“Demi Allah, yang telah mengutus Muhammad dengan benar. Sungguh akupun telah mimpi, persis seperti yang ia impikan,” kata Umar bin Khattab.
Lalu Rasulullah SAW mengucapkan,” Alhamdulillah.”
(HR. Abu Dawud).

Editor: alber

Labels: ,

Wednesday, July 15, 2020

Dialog Bulan Ramadan Di Hadapan Allah

Dialog Bulan Ramadan Di Hadapan Allah
Dialog Bulan Ramadan Di Hadapan Allah

Dialog Bulan Ramadan Di Hadapan Allah

Di akhirat semua amal kebajikan boleh dilihat dan ditimbang. Amal kebajikan datang dengan rupa dan paras yang sangat elok seperti bulan purnama; sementara amal kejahatan kelihatan amat buruk dan busuk.

Ramadhan merupakan satu bulan di mana amalan puasa diwajibkan. Pada hari kiamat ia kelihatan amat cantik. Satu ketika Ramadhan datang ke hadrat Allah swt. memohon sesuatu recommedation bagi manusia yang berpuasa di bulan Ramadhan. Allah bertanya : Apa hajat kau ya Ramadhan?. Ramadhan meminta Allah memakaikan mahkota kepada setiap orang yang berpuasa di bulan ini. Allah lantas perkenankan dengan mengurniakan 1000 mahkota kepada setiap pengamal puasa di bulan Ramadhan. Di samping itu ada tambahan lain iaitu setiap orang diberikan syafaat untuk membebaskan 70,000 orang yang berdosa besar. Kemudian dikahwinkan setiap orang dengan 1000 bidadari yang rupawan. Setiap bidadari itu dilayan oleh 70000 dayang-dayang. Untuk kelengkapan menerawang di syurga mereka diberikan kenaikan BORAQ sebagai kapal terbang.

Dialog Bulan Ramadan Di Hadapan Allah
Dialog Bulan Ramadan Di Hadapan Allah

Ramadhan masih tegak tidak berganjak. Allah bertanya “Apa lagi kehendakmu ya Ramadhan?” Ramadhan meminta Allah menempatkan pengamal puasa Ramadhan supaya ditempatkan bersama Nabi di Syurga Firdaus. Allah memperkenankan hajatnya dengan tambahan setiap orang diberi 100 bandar daripada permata merah ya’qut. Setiap bandar pula dilengkapkan dengan 1000 mahligai. Betapa hebatnya pengurniaan Allah terhadap orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.

Moral & Iktibar

Setiap amal kebajikan akan memberi pertolongan kepada pengamalnya sama ada di dalam kubur atau di akhirat kelak Fadhilat Ramadhan amat banyak tidak terbatas. Amalan puasa diberikan balasan tanpa had.
Mengosongkan perut kerana mengharap keredhaan Allah adalah satu amalan yang terpuji.
Balasan bagi orang berpuasa di bulan Ramadhan atas hak Allah teristimewa dalam Lailatul-Qadr.
Orang berpuasa tinggal bersama nabi di Syurga Firdaus.
Mereka tinggal dalam kediaman yang tidak dapat digambarkan dengan mata kepala bersama bidadari dan kenaikan yang paling canggih.
Amat rugilah mereka yang tidak berpuasa dengan adab yang betul sepanjang Ramadhan ini.

Labels: , ,

Wednesday, July 1, 2020

Umar Bin Kattab Contoh Pemimpin Tegas, Jujur, adil dan Penyayang Yang Harus Dicontoh

Umar Bin Kattab Contoh Pemimpin Tegas
Umar Bin Kattab Contoh Pemimpin Tegas
Sumber Gambar: aihanifah

Umar Bin Kattab Contoh Pemimpin Tegas, Jujur, adil dan Penyayang Yang Harus Dicontoh

Umar bin Khattab merupakan sahabat nabi Muhammad SAW. Ia menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar al-Shiddiq pada tahun 634-644 H. Nama lengkap beliau adalah Umar bin al-Khaţţāb bin Nufail bin ‘Abdul ‘Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin ‘Adi bin Ka’b bin Lu’ayi bin Fihr bin Malik.

Umar Bin Khatap dilahirkan di kota Mekkah dari suku bani ’Adi, yang merupakan salah satu rumpun suku Quraisy yang terbesar di kota Mekkah dan saat itu dinilai sebagai suku  mempunyai status strata sosial tinggi.

Meski demikian, ayah Umar Bin Khattap bukanlah termasuk kedalam bagian kaum the haves yang serba berkecukupan. Malahan sebaliknya, keadaan finansialnya yang pas-pasan, namun karena dia sang pemberani dan cerdas serta sangat dihormati dikalangan orang sekelilingnya.

Seorang pemimpin haruslah memiliki kemampuan memimpin (leadership skill), kompetensi yang tinggi (competence) dan visi yang jelas (clear vision). Namun, itu saja tidak cukup. Dalam Islam, pemimpin juga harus kuat iman dan takwanya, sehingga bisa menjadi teladan dan benar-benar bisa bekerja sebagai pelayan rakyat, bukan penikmat kekayaan rakyat.

Umar Bin Kattab Contoh Pemimpin Tegas
Umar Bin Kattab Contoh Pemimpin Tegas

Pemimpin Yang Baik
Bagi seorang pemimpin yang paling penting harus dimemiliki adalah kemampuan memimpin (leadership skill), kompetensi yang tinggi (competence) dan visi yang jelas (clear vision). Namun seorang pemimpin yang baik tidak hanya sampai disitu. Karena dalam ajaran Islam pemimpin juga harus seseorang yang memiliki iman dan takwan yang kuat, sehingga bisa menjadi teladan dan benar-benar bisa bekerja sebagai pelayan rakyat, bukan penikmat kekayaan rakyat.

Jika seorang pemimpin tidak tidak memiliki keimanan dan takwa yang kuat, maka ia akan berada dalam situasi tertekan oleh berbagai kepentingan. Pada saat yang sama rasa cinta terhadap kursi jabatan kian menguat, dan melupakan kewajiban ketika menjadi seorang pemimpin.

Umar Bin Khatap
Islam pada zaman Rasulullah dikuatkan oleh kehadiran Umar bin Khattab. Dimana ia merupakan sosok yang sangat ditakuti dan disegani di kalangan orang Arab. Sebelumnya sebelum  masuk islam Umar Bin Khattab adalah seorang yang sangat memusuhi Rasulullah dan bahkan pernah berniat ingin membunuh Rasulullah. Namun hidayah Allah lebih dahulu turun sebelum pedangnya dikeluarkan untuk membunuh Rasulullah.

Sifat dan ketegasan dari Umar Bin Khattab adalah sesuatu yang sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin dan karena  ketegasan dan sifatnya tersebutlah Rasulullah juga sangat memuji Umar. Sosok umar tidak hanya dihormati oleh manusia, para malaikat pun sangat menyeganinya. Bahkan jin dan setan pun juga takut kepadanya, jika Umar datang berjalan melewati Iblis maka Iblis akan lari dengan terbirit-birit.

Semua itu tentu dikarenakan keimanan yang ia miliki dan juga kedekatannya dengan yang maha pencipta. Mungkin pada saat sekarang ini bulum ada manusia yang dapat menyaingi ketegasan, kejujuran dan keadilan Umar Bin Khattab dalam memimpin.

Editor: Alber

Labels: , , , ,

Sunday, June 28, 2020

18 Orang yang Dicintai Allah SWT

18 Orang yang Dicintai Allah SWT
18 Orang yang Dicintai Allah SWT
Allah SWT

18 Orang yang Dicintai Allah SWT

Inilah 18 orang yang beruntung karena telah dicintai Allah SWT.
Siapa saja mereka dan kenapa Allah SWT sangat sayang dan mencintai mereka.

Orang-orang yang dicintai Allah SWT:
1. At-Tawwabin.
Orang-orang yang bertaubat

… Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]: 222)

2. Al-Mutathohirin.
Orang-orang yang suka bersuci /menjaga wudhu

… Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]: 222)

3. Al-Muqsithin.
Orang-orang yang adil

… sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang adil. (QS. Al-Maa’idah [5]: 42)

4. Al-Muttaqin.
Orang-orang yang taqwa

… maka sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Imran [3]: 76)

5. Al-Muhsinin.
Orang-orang yang suka berbuat kebaikan

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. ALLAH menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali ‘Imran [3]: 134)

6. Al-Mutawakilin.
Orang-orang yang bertawakal kepada ALLAH Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-NYA. (QS. Ali ‘Imran [3]: 159)

7. As-Shobirin.
Orang-orang yang sabar ALLAH menyukai orang-orang yang sabar.
(Ali ‘Imran [3]: 146)

8. Orang-orang yang mengikuti Rasul
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai ALLAH, ikutilah aku, niscaya ALLAH mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Ali ‘Imran[3]:31)

9. Orang-orang yang berperang di jalan ALLAH.
Sesungguhnya ALLAH menyukai orang yang berperang dijalan-NYA dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
(QS. Ash-Shaff [61]: 4)

10. Orang-orang yang tidak suka mengeluarkan kata-kata yang keji, berpikir mandiri, sabar dan rajin melakukan sholat malam.
Imam al-Baqir as berkata, ”Sesungguhnya ALLAH mencintai orang yan (apabila) bersenda gurau tidak mengeluarkan kata-kata yang keji, yang berpikir mandiri, selalu bersabar (apabila) sendirian, dan suka melakukan shalat malam”

18 Orang yang Dicintai Allah SWT
18 Orang yang Dicintai Allah SWT

11. Orang-orang yang hatinya senantiasa sedih namun tetap bersyukur kepada ALLAH subhana wa Ta’ala .
Imam Ali Zainal ‘Abidin as berkata, ”Sesungguhnya ALLAH mencintai setiap hati yang selalu merasa sedih, dan setiap hamba yang selalu bersyukur”

12. Orang-orang yang memiliki sifat malu (al-hayya’) dan santun (al-halim).
Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya ALLAH mencintai orang yang memiliki sifat malu, orang yang senantiasa santun, orang yang selalu menjaga kesucian dirinya (‘afif) , dan orang yang enggan berbuat keji (muta’afiffah)”

13. Orang-orang yang rajin sholat malam, bersedekah, dan tidak takut mati di jalan ALLAH. Rasulullah saw bersabda, ”Tiga macam orang yang ALLAH ‘Azza wa Jalla mencintai mereka yakni mereka yang senantiasa bangun di malam hari (untuk mengerjakan shalat malam) lalu membaca

Kitab ALLAH (Al-Qur’an), mereka yang senang bersedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikannya dari tangan kirinya, dan mereka yang mengalahkan dan mengusir musuhnya dalam perang sementara kawan-kawannya menyerahkan diri kepada musuh”

14. Orang-orang yang saling mencintai di jalan ALLAH, bersilaturahiim dan bertawakkal kepada ALLAH.
Di dalam hadits Mi’raj diriwayatkan bahwa ALLAH ‘Azza wa Jalla telah berfirman, ”Wahai Muhammad! Wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling mencintai di jalan-KU, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling berkasih sayang di jalan-KU, dan wajib bagi-Ku mencintai orang-orang yang suka bersilatur-rahim di jalan-Ku, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang senantiasa bertawakkal kepada-KU…”

15. Orang-orang yang mencintai amal yang diwajibkan kepadanya.
ALLAH Tabaraka Ta’ala berfirman, ”Tiada yang lebih Aku cintai dari seorang hamba-KU daripada kecintaan sang hamba kepada apa yang telah Aku wajibkan baginya”

16. Orang-orang yang mampu meredam kemarahannya dengan santun.
Rasulullah saw bersabda, ”Wajiblah kecintaan ALLAH atas orang yang marah tetapi ia mampu meredam kemarahannya dengan santun”

17. Orang-orang yang banyak mengingat mati.
Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa yang banyak mengingat kematian niscaya ALLAH mencintainya”

18. Orang-orang yang mencintai apa yang dicintai ALLAH dan Rasul-NYA, dan membenci apa yang dibenci ALLAH dan Rasul-NYA.
Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw, ”Aku ingin sekali menjadi orang yang dicintai ALLAH dan Rasul-NYA”.

Rasulullah saw pun berkata, ”Cintailah apa yang dicintai ALLAH dan Rasul-NYA, dan bencilah apa yang dibenci oleh ALLAH dan Rasul-NYA”

Adakah diantara kawan-kawan termasuk salah satunya?

Labels:

Saturday, June 13, 2020

Sedekah Tiga Roti Menyelamatkan Hidupnya

Sedekah Tiga Roti Menyelamatkan Hidupnya
Sedekah Tiga Roti Menyelamatkan Hidupnya

Sedekah Tiga Roti Menyelamatkan Hidupnya

Siapa sangka hanya dengan bersedekah tiga potong roti saja, seorang tukang cuci selamat dari gigitan ular berbisa. Atas sedekah yang dilakukan, dia mendapat ampunan Allah SWT atas apa yang telah diperbuatnya.
Bagaimana kisahnya…

Berikut Kisahnya

Seperti yang diceritakan dalam kitab Durratunnasyi’in bahwa pada suatu ketika Nabi Isa as pernah berjalan melewati suatu desa. Di desa tersebut ternyata terdapat tukang cuci yang cukup meresahkan warga setempat. Akhirnya warga mengadu kepada Nabi Isa as. Mereka meminta agar Nabi Isa as berdoa kepada Allah SWT supaya tukang cuci itu pergi dan tak pernah kembali lagi.

“Wahai Isa, tukang cuci itu selalu menahan air, ia meludahi dan mengotorinya. Oleh sebab itu berdoalah kepada Allah SWT agar ia tidak bisa kembali, “ujar mereka penuh harap.

Sesuai dengan permintaan mereka, Nabi Isa as pun berdoa kepada Allah SWT.
“Ya Allah, kirinkanlah seekor ular kepada tukang cuci itu dan jangan Engkau biarkan dia kembali lagi dalam keadaan hidup.”

Sedekah Tiga Roti Menyelamatkan Hidupnya
Sedekah Tiga Roti Menyelamatkan Hidupnya

Gara-Gara Sedekah

Pada waktu itu, si tukang cuci sedang pergi untuk mencuci pakaian di dekat air sambil membawa tiga potong roti. Tiba-tiba saja datanglah seseorang yang ahli ibadah (abid) menghampirinya. Ternyata abid itu baru saja melakukan ibadah di gunung.

“Wahai Tuan, apakah Tuan punya suatu makanan yang bisa diberikan kepadaku? Aku belum makan sesuatu pun, “terang abid kepadanya.
Tanpa banyak pikir, tukang cuci itu langsung memberunya sepotong roti miliknya.
“Ambillah sepotong roti ini, “katanya.

Karena merasa senang dengan kebaikan itu, abid langsung mendoakan tukang cuci tersebut.
“Semoga Allah SWT mengampuni dosamu dan membersihkan hatimu.”

Tak lama kemudian, tukang cuci itu kembali memberi roti untuk yang kedua, lalu si Abid berdoa lagi,
“Semoga Allah SWT mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.”

Kemudian ketika tukang cuci itu hampir selesai mencuci pakaian, ia memberikan lagi sepatong roti kepada abid untuk yang ketiga kalinya. Abid pun lagi-lagi berdoa,
“Wahai tukang cuci, semoga Allah SWT membangunkan kamu sebuah istana di surga-Nya.”

Selanjutnya, tukang cuci itu kembali ke kampungnya. Para penduduk sangat kaget oleh kehadirannya karena biasanya doa Nabi Isa as sangatlah makbul. Warga pun melaporkan kedatangan tukang cuci kepada Nabi Isa as.
“Wahai Nabi Isa, si tukang cuci itu kembali lagi ke kampung.”
“Kalau begitu, panggillah dia dan suruh menghadap kepadaku, “jawab Nabi Isa as.

Penduduk kampung pun segera memanggil si tukang cuci dan menghadap Nabi Isa as.
“Wahai tukang cuci, ceritakan kepadaku akan kebaikan-kebaikan apa saja yang telah engkau perbuat pada hari ini?” tanya Nabi Isa as.
Si tukang cuci itu kemudian menceritakan semua yang telah dia perbuat, termasuk menceritakan pertemuannya dengan seorang abid.

Diampuni Allah SWT

Setelah mendengar semua penjelasan si tukang cuci, Nabi Isa as kemudian berkata kepadanya,”Bawalah kemari tasmu itu.”
Si tukang cuci memberikan tasnya kepada Nabi Isa as, lalu Sang Nabi membuka tasnya. Ternyata di dalam tas si tukang cuci ada seekor ular berwarna hitam yang terbelenggu dengan rantai besi.

Nabi Isa as adalah salah satu nabi pilihan dan rupanya diberikan mukjizat untuk bisa berbicara kepada binatang layaknya Nabi Sulaiman as. Nabi Isa as bertanya kepada ular hitam itu.
“Wahai ular hita, bagaimana engkau bisa seperti ini? Bukankah engkau dikirim Allah SWT untuk menggigit tukang cuci ini?” tanya Nabi Isa as.

“Ya, benari Nabiyullah…akan tetapi tiba-tiba datang seorang ahli ibadah turun dari gunung dan meminta makan kepada tukang cuci, lalu orang itu mendoakan tukang cuci itu sebanyak tiga kali. Sementara itu, ada seorang malaikat berdiri di samping ahli ibadah itu dan mengaminkan doanya, “kata si ular.

Ular itu kembali berkata,
“Kemudian Allah SWT mengutus seorang malaikat kepadaku dan dia membelengguku dengan rantai besi yang dibawanya.”

Kemudian Nabi Isa as berkata kepada tukang cuci,
“Mulailah kamu beramal dengan baik karena Allah SWT, karena Dia telah mengampunimu.”

Labels: ,