Saturday, December 8, 2018

Air Terjun Jagir dan Desa Adat Osing


 
11 September 2018.
Hari ini adalah hari terakhir kami di Banyuwangi. Karena flight kami ke Jakarta sekitar jam 15.45, kami masih ada waktu sampai jam 2 untuk mengunjungi satu atau dua objek wisata lagi. Kami memilih objek wisata yang tidak terlalu jauh dari airport. Kamipun memutuskan untuk mengunjungi Kampung Wisata Osing dan Air Terjun Jagir yang masih berada dalam satu kawasan.
Berangkat jam 8 pagi dari Genteng, melewati jalur sibuk, banyak sekali truk-truk hilir mudik yang umumnya membawa kayu dan tebu. Yang tidak kalah serunya adalah angkutan kota yang suka ngebut dan mengambil jalur kanan sehingga sampai dua motor kami nyaris di sambar.
Dari Genteng ke Osing ditempuh sekitar 1 jam lebih. Jalur ini sangat gampang kita temukan, cukup mengarahkan kendaraan ke arah wisata Ijen dan ini jelas terlihat di petunjuk arah. Sebelum menuju Ijen nanti kita lurus menuju Kampung Wisata Osing.
Begitu memasuki gerbang kampung, suasana pedesaan begitu kental. Kampung yang sangat tertata rapi. Kiri kanan terlihat persawahan, restoran, penginapan-penginapan dan galeri-galeri. Dan tentu saja bersih!. Suasana ini terasa seperti di Ubud-Bali, atau setidaknya mendekati itu.
Suasana pedesaan di kaampung Wisata Osing
 
 
Jalanan yang terus mendaki hingga kami sampai di lokasi parkiran Air Terjun Jagir yang persis berada di pinggir jalan raya. Setelah parkir di salah satu warung, kami menuju loket masuk. tiket masuk hanya Rp. 5.000/orang.
Loket masuk
Air terjun dari atas/tangga turun
Dari loket kemudian kami menuruni tangga sekitar 100m. Cuman beberapa langkah sebenarnya kita sudah bisa melihat Air Terjun Jagir di sisi tebing sebelah kiri. Sampai di bawah kami disambut sapaan ramah penjaga warung yang membujuk untuk singgah di warung mereka. Meintasi jembatan yang berwarna merah, kami sampai di area yang sudah ditata seperi sebuah taman yang lengkap dengan kursi-kursi untuk pengunjung beristirahat. Dengan adanya pohon-pohon yang mebuat teduh suasana sehingga pengunjung jadi betah berlama-lama di sini.
Suasana di lembah
Suasana di lembah
Air tejun di sini ada 2 aliran. Yang pertama, yang terlihat dari atas, adalah ar terjun utama dengan ketinggian sekitar 20m dan terdiri dari dua aliran. Karena dibawahnya sangat dangkal, banyak pengunjung yang bermain air di bawahnya. Karena airnya dari pegunungan, maka sangat jernih dan dingin.
Air Terjun Jagir
Air Terjun Jagir
Air Terjun Jagir
Air Terjun Jagir
Air Terjun Jagir
Satu lagi, air ternjunnya berada di bawah tebing pintu masuk. air terjun ini lebih tiggi dari air terjun utama. Hanya saja, lokasinya tidak di bersihkan sehingga pengunjung tidak ada yang mendekati air terjun ini, hanya menikmatinya dari jauh.
Air Terjun Jagir

Air Terjun Jagir

Air Terjun Jagir

Tidak bisa berlama-lama, jam 12 kamipun meninggalkan lokasi Air Terjun Jagir. Selanjutnya mencari lokasi makan siang di Kampung Osing. Pilihan kmai jatuh pada salah satu rumah makan dengan nuansa pedesaan. Tempat makannya berupa saung saung kecil yang berada di atas persawahan. Suasana ini mengingatkan kita seperti di Bebek Tepi Sawah-Ubud. Menu-menunya adalah makanan tradisional dengan harga yang sangat terjangkau dibandingkan dengan suasana yang kita dapatkan. Di hall utama terdapat live msuik tradisional lengkap dengan tembang dan tariannya.
Menu tradisional Banyuwangi
Suasana pedesaan di salah satu rumah makan
Suasana pedesaan di salah satu rumah makan
Suasana pedesaan di salah satu rumah makan
Suasana pedesaan di salah satu rumah makan

Setelah makan siang, tujuan selanjutnya adalah mengembalikan motor di rental yang berada tidak jauh dari Kampung Osing dan selanjutnya menyewa taksi online menuju airport. Dan selanjutnya Bye-bye Banyuwangi, kalau ada umur panjang suatu saat kami akan kembali.

Baca juga lin terkait:
- Pantai Watu Dodol dan Jawatan Perhutani Benculuk
- Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan
- Pantai Wedi Ireng dan Pantai Pulau Merah

Labels: , , , , ,

Saturday, December 1, 2018

Jelajah Banyuwangi Bagian 3: Pantai Wedi Ireng dan Pantai Pulau Merah

Setelah menginap 2 malam di Pantai Watu Dodol, kami melanjutkan perjalanan menuju Genteng dimana kami akan menginap semalam di daerah ini. Karena kurangnya informasi, ternyata kami salah strategi, dimana rencananya akan mengunjungi Teluk Ijo ternyata gagal karena jarak yang tenyata 2 jam dari penginapan.
Sebelum ke penginapan kami mampir ke Jawatan Perhutani, Benculuk yang sudah saya tulis di postingan sebelumnya. Jarak dari Pantai Watu Dodol ke Jawatan sekitar 1 jam kemudian dilanjutkan ke penginapan sekitar 30 menit (20 km). Setelah mempertimbangkan jarak ke Teluk Ijo sekitar 2 jam sementara sudah lewat tengah hari, kami berencana ke Pantai Karang Kursi.

5. Pantai Wedi Ireng
Mengikuti Google Map, melewati jalan-jalan desa, hampir 1 jam perjalanan, kami sampai di Pantai Lampon (sepertinya ini lokasi markas/perumahan AL). Meski di Google terlihat ada jalan ke Parang Kursi, setelah menanya ke penduduk sekitar ternyata tidak ada akses karena tertutup perbukitan. Atas anjuran salah seorang penduduk sana, kami pun di menuju Pantai Wedi Ireng.

Nyasar ke sini
Tetap mengikuti petunjuk Google Map, kami sampai di sebuah teluk di daerah Pancer. Teluk yang dipenuhi kapal-kapal nelayan dan dikelilingi perbukitan sehingga tidak terlihat akses/pantai lain di daerah sana. Setelah bertanya ke penduduk lokal, ternyata Pantai Wedi Ireng berada di balik bukit belakang teluk.


Masuk Desa Pancer

Mengikuti petunjuk penduduk, kami mengambil arah kiri, memasuki jalan desa dan selanjutnya memasuki kebun-kebun. Selanjutnya mengikuti jalan setapak, naik turun bukit yang jalannya cukup buat 1 motor. Melihat kondisi ini saya ingat ketika hunting pantai di Malang dan ke Tanjung Ge’en di Bawean


Menyusuri semak dan hutan



Menyusuri semak dan hutan

Karena bukan hari libur, maka suasana hutan sangat terasa hingga kami keluar dari hutan dan mencapai teluk kecil dengan garis pantai yang tidak terlalu panjang. Ada warung di sini, warung ini dimiliki oleh bapak sekaligus yang mengelola pantai ini. Di hari libur, pengunjung dipungut biaya Rp. 10.000/orang, karena tidak ada pengunjung jadi kami gratis.

Memasuki pantai



Warung yang jaga Pantai Wedi Ireng


Pantai ini berpasir putih, dengan bebatuan karang yang ada di sisi kiri dan karang-karang di sisi kanan yang terlihat karena pasang surut. Air laut nya berwarna biru muda sampai tua. Ombak nya tidak terlalu besar dan di lepas pantai terlihat pulau-pulau berjejer.

Pantai Wedi Ireng menjelang senja


Pantai Wedi Ireng menjelang senja


Pantai Wedi Ireng menjelang senja







Lalu kenapa namanya Wedi Ireng (Pasir Hitam)?. Nah ternyata, kalau kita menaiki bebatuan yang ada di sisi kiri ternyata di baliknya terdapat teluk kecil dengan pasir yang berwarna hitam. Tidak semua pantainya berpasir hitam, hanya terlihat seperti garis-garis. Pasir ini berwarna hitam karena mengandung pasir besi, sama seperti beberapa pantai yang ada di sepanjang pantai selatan Jawa (Jogja, Pacitan, etc). Di pantai ini juga banyak terdapat bebatuan yang diterpa ombak yang besar.
Di atas bebatuan sekitar ini kita bisa mengambil foto dengan latar birunya lautan dan pulau-pulau yang ada di tengah laut.

Sisi lain Pantai Wedi Ireng


Sisi lain Pantai Wedi Ireng


Sisi lain Pantai Wedi Ireng

Nah karena sudah terlalu sore, kamipun memutuskan melanjutkan perjalanan untuk menikmati sunset di Pantai Pulau Merah. Juga mengingat, perjalanan balik dari pantai ini melewati hutan, jadi agak riskan kalau berjalan malam....

6. Pantai Pulau Merah
Perjalanan menuju Pantai Pulau Merah dari Pantai Wedi Ireng ditempuh sekitar 30 menit, atau berjarak sekitar 5km ke arah penginapan. Sebenarnya bisa ditempuh sekitar 15 menit tapi karena melewati hutan, jadi perjalalanan agak lambat.
Sampai di Pantai Pulau Merah sudah mendekati Magrib. Karena pantai ini adalah salah satu tujuan utama wisata di Banyuwangi, terihat banyak pengunjung meskipun bukan hari libur. Masuk lokasi pantai ini gratis alias tidak bayar, dan kami mengambil parkir di dekat pantai di depan warung-warung yang berjejer. Selain warung di sini juga tersedia toilet dan mushola. Umumnya warung di sini menjual kelapa muda dan jagung bakar. Nah, kelapa muda di sini, meskipun di lokasi wisata tidak lebih dari Rp. 10.000 loh....

Pantai Pulau Merah menjelang sunset


Pantai Pulau Merah menjelang sunset


Pantai Pulau Merah menjelang sunset

Pantai ini mempunyai garis pantai yang panjang. Di ujung kiri terdapat pulau yang agak terpisah dari pantai. Inilah yang di sebut Pulau Merah.
Karena datang menjelang sunset, kami tidak lama di sini. Setelah matahari tenggelam kamipun memutuskan kembali ke penginapan. Dan seiring datangnya malam, terlihat cafe-cafe di sekitar pantai mulai ramai dan terlihat bule-bule mulai berkeliaran di jalan mengingatkan kita pantai-pantai di Bali dan Lombok meskipun tidak seramai di sana. Sayang kami tidak bisa menikmati keindahan pantai ini di siang hari... mungkin lain kali..

Sunset di Pantai Pulau Merah



Sunset di Pantai Pulau Merah



It's me!

Baca juga link terkait:
- Pantai Watu Dodol dan Jawatan Perhutani Benculuk

- Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan
- Air Terjun Jagir dan Desa Adat Osing 

Labels: , , , , , , ,

Friday, November 30, 2018

Jelajah Banyuwangi Bagian 2: Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan


Minggu, 23 September 2018
Tujuan wisata hari ini adalah hoping island, yaitu ke Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan yang ada di kawasan Taman Nasional Bali Barat. Untuk memasuki kedua pulau ini, kami berangkat dari Grand Watu Dodol atau lebih dikenal dengan sebutan  GWD yang berada tidak jauh dari tempat penginapan.
Di GWD  kami janjian berkumpul jam 8 pagi. Di sana sudah menunggu Beni beserta istri dan 4 orang anaknya. Beni ini adalah teman saya kuliah dulu dan baru bertemu lagi pas disini hehehe. Sementara kapal yang kami sewa untuk hoping island dan snorkeling dari salah satu operator lokal dengan harga paket Rp. 2.100.000 untuk 4 dewasa dan 4 anak-anak. Buat kalian yang mau ke sini, saya sarankan lebih baik langsung ke GWD karena banyak kapal-kapal yang disewakan di sini dan bisa nego langsung dengan pemilik kapal.
Grand Watu Dodol (GWD)
Grand Watu Dodol (GWD)
Setelah sarapan dan persiapan sekitar jam 9 kamipun berangkat menuju Pulau Tabuhan. Perjalanan ke Pulau Tabuhan ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit. Di awal-awal perjalanan melewati Selat Bali ini terasa arus dan ombak yang lumayan besar. Jadi buat kalian yang suka mabok laut harus mempersiapkan minum obat anti mabok. Mendekati Pulau Tabuhan ombaknya sudah reatif tenang.
Di atas kapal
Sepanjang perjalanan kita disuguhi dengan pemandangan yang menakjubkan. Menjauhi pantai terlihat barisan pegunungan berlapis-lapis. di bagian depan terlihat Gunung Merapi (bukan Gunung Merapi yang Jogjakarta loh ya...), kemudian di belakangnya adalah Gunung Ijen dan terakhir Gunung Raung. Sementara itu di sebelah kanan terlihat Gunung Baluran yang berada di Situbondo. Nah kalo dari jauh ini terlihat bahwa pegunungn ini berada dalam satu rangkaian.
View sepanjang perjalanan
3. Pulau Tabuhan
Mendekati Pulau Tabuhan, sudah tidak berasa arus alias tenang. Kapal kami mendarat di pantai berpasir putih karena disini tidak ada jetty/pelabuhan. Pulau ini adalah pulau konservasi, jadi tidak ada penghuninya tapi di sini ada satu warung kecil yang menjual aneka makanan dan minuman ringan.
Merapat di Pulau Tabuhan
Merapat di Pulau Tabuhan
Merapat di Pulau Tabuhan
Merapat di Pulau Tabuhan
Merapat di Pulau Tabuhan
Awalnya kami berencana mengelilingi pulau kecil ini (menurut info dari guide hanya memakan waktu sekitar 30 menitan). Tapi sisi pulau yang menghadap laut lepas, ombaknya lumayan besar sehingga kami batal mengelilingi pulau ini.
salah satu sudut Pulau Tabuhan
salah satu sudut Pulau Tabuhan
salah satu sudut Pulau Tabuhan
Menikmati bagian pantai yang berombak tenang yang menghadap ke Banyuwangi dengan view pegunungan memberikan kesan tersendiri. Dengan pasir putih dengan riak kecil ombak dengan air yang sangat bening dengan gradasi warna putih biru membuat kami tergoda untuk berenang meski cuaca terik.
Beni and family
Awal kami datang, hanya ada 2 kapal yang bersandar. Tapi semakin siang semakin banyak kapal yang datang.  Karena sudah semakin siang dan pengunjung mulai ramai, kami melanjutkan snorkeling dan mengunjungi Pulau menjangan.

4. Pulau Menjangan
Sebenarnya Pulau Menjangan masuk wilayah Bali tepatnya Taman Nasional Bali Barat. Tujuan utama ke Pulau Menjangan dan Pulau Tabuhan adalah snorkeling. Kami melakukan snorkeling di sekitar Pulau Menjangan ini di dua spot.
Lokasi snorkeling 1
Lokasi snorkeling 1
Lokasi snorkeling 2
Hanya saja kondisi koral di dua spot ini boleh dikatakan sama. Sebagian besar adalah karang mati, dan menurut info dari guide kami ini diakibatkan oleh “coral bleaching”. Ini diakibatkan oleh perubahan iklim an sinar matahari. Koral-koral yang mati ini terutama di bagian laut yang dangkal dan panas. Sungguh sangat disayangkan dan di luar dugaan karena tidak seperti yang diharapkan. sangat berbeda sekali dengan kondisi koral yang ada di Bawean, yang masih terjaga dan asri. Saya tidak tahu apa ini juga terjadi di spot lain karena kami hanya snorkeling di dua spot.
Sisa koral di antara koral-koral yang sudah mati
Sisa koral di antara koral-koral yang sudah mati
Sisa koral di antara koral-koral yang sudah mati
Free dive
Free dive
Free dive
Free dive
Di jeda antara dua keiatan snorkeling ini, kami melewati Pura Ganesha yang berada di salah satu sudut Pulau Menjangan. Karena sekarang hanya diperuntukkan buat beribadah, tamu-tamu hanya bisa mendekati dan berfoto dari kapal.
Berfoto dengan latar Pura Ganesha
Pura Ganesha
Tujuan terakhir adalah mendarat di Pulau Menjangan persis di pintu gerbang Taman Nasional Bali Barat. Melewati jetty kecil kemudian melewati gapura, terlihat para pekerja sedang merenovasi dan mempercantik kantor sekretariat Taman Nasional. Perlu di catat, disini hanya ada kantor jadi tidak akan kita temui kantin atau warung-warung.
Gerbang Taman Nasional Bali Barat
Salah satu sudut Taman Nasional
Salah satu daya tarik wisatawan datang ke sini adalah, rusa/menjangan yang merupakan rusa spesies asli pulau ini. Dengan lanscape padang savana dan pohon-pohon berkayu putih dan berduri ditambah adanya rusa-rusa liar membuat kesan seolah-olah berada di Afrika.... (belum pernah sih ke Afrika cuman bisa lihat di TV hahahhaa).
Berasa di Afrika
Berasa di Afrika
Berbeda dengan rusa Bawean, rusa-rusa di sini besar-besar. Terkesan jinak, cuman sayang mereka menjauh ketika didekati hahahha. Jadi kita hanya bisa mengambil foto mereka dari jauh. Mudah-mudahan rusa-rusa ini terjaga kelestariannya dan juga Pulau ini, pulau yang menjadi rumah mereka.
Rusa endemic Pulau Menjangan
Rusa endemic Pulau Menjangan
Baca juga link terkait:
- Pantai Watu Dodol dan Jawatan Perhutani Benculuk
- Pantai Wedi Ireng dan Pantai Pulau Merah
- Air Terjun Jagir dan Desa Adat Osing 

Labels: , , , , , , , , , ,