Sunday, May 19, 2019

Air Terjun Putuk Truno di Prigen - Pasuruan

Bagi warga kota Surabaya dan sekitarnya yang ingin menikmati tempat wisata alam yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kota Surabaya, pasti pilihannya akan pergi ke tempat wisata di kota Batu atau Malang. Sebenarnya ada tempat wisata yang dekat dengan kota Surabaya, yaitu kawasan wisata Tretes Prigen di kabupaten Pasuruan, merupakan daerah pegunungan yang mempunyai banyak potensi pariwisata alam. Wana wisata air terjun merupakan salah satu daya tarik, salah satunya adalah air terjun Putuk Truno

Air Terjun Putuk Truno

Kali ini saya akan berbagi pengalaman selama mengunjungi tempat wisata di kawasan Tretes Prigen di Pasuruan yaitu air terjun Putuk Truno

Air Terjun Putuk Truno merupakan salah satu daya tarik wisata di kawasan wisata Tretes Prigen di daerah Pasuruan, suasana alamnya yang berhawa sejuk bisa membuat siapapun yang berkunjung kesini akan merasa nyaman dengan hawa sejuknya.

Letek, akses jalan atau rute menuju air terjun Putuk Truno di Tretes - Prigen Pasuruan
Air terjun Putuk Truno terletak di kaki gunung Welirang dan gunung Arjuno, lebih tepatnya di jalan Putuk Truno, desa Pecalukan, kecamatan Prigen kabupaten Pasuruan - Jawa Timur. Air terjun yang berada dikawasan wisata Tretes ini memiliki ketinggian air sekitar 45 m dan berjarak hanya sekitar 400 m dari air terjun Kakek Bodo.
Air terjun Putuk Truno di Tretes - Prigen Pasuruan
Dari kota Surabaya, lokasi air terjun Putuk Truno bisa di tempuh sekitar 1.5 jam dengan jarak 55 km menuju arah Tretes Prigen yang terkenal dengan wisata kuliner sate kelinci, Perjalanan menuju lokasi ini sedikit menanjak terutama setelah memasuki jalan raya Pandaan - Tretes. Sangat mudah menemukan lokasi air terjun Putuk Truno ini, karena akses jalannya yang dekat jalan raya dan lokasi air terjun Putuk Truno juga sangat dekat dengan lokasi air terjun Kakek Bodo yang sudah sangat terkenal itu.

Harga tiket masuk dan fasilitas air terjun Putuk Truno di Tretes - Prigen Pasuruan
Harga tiket masuk ke air terjun Putuk Truno sekitar Rp. 10.000 per orang, biaya parkir Rp.2.000 untuk sepeda motor dan Rp. 5.000 untuk roda empat. Dari lokasi pintu masuk, kita harus berjalan kaki 10 - 15 menit untuk sampai ke lokasi air terjun, medan jalannya tidak terlalu ekstrim, sangat mudah dilalui karena sudah tertata rapi, bersemen dan memudahkan pengunjung. Selama berjalan menuju lokasi air terjun, kita akan merasakan udara dingin dan keheningan alam, sampai terdengar suara gemuruh air menandakan kita makin dekat dengan lokasi air terjun Putuk Truno
Tiket masuk dan karcis parkir air terjun Putuk Truno

Jalan setapak menuju air terjun Putuk Truno

Disekitar lokasi air terjun banyak tempat duduk yang dibuat dari semen atau kayu untuk fasilitas pengunjung menikmati air terjun dari kejauhan tanpa harus berbasah-basahan. Daya tarik air terjun Putuk Truno benar-benar menarik pengunjung untuk turun menuju kolam penampungan air di bawah air terjun. Sembari memuaskan diri bermain air tak lupa berfoto ria dengan latar belakang kemegahan air terjun Putuk Truno. Gemuruh suara hempasan air, serta kencangnya tiupan angin membuat butiran-butiran air bisa dirasakan sampai ke tempat duduk di sekeliling tangga dan terasa dingin dan sejuk membasahi wajah kita ... sejuk.

Pemandangan dinding-dinding batu cadas yang menjulang mengelilingi air terjun  tampak terlihat segar, dan tanaman rambat berwarna hijau juga menghiasi sekeliling air terjun menambah suasana sejuk. Saat itu, di lokasi air terjun tidak terlihat sama sekali penjual makanan atau minuman, jadi jika kalian berencana mengunjungi air terjun Putuk Truno, tidak ada salahnya jika membawa bekal makanan atau minuman. Dan ingat, sayangi lingkungan dengan membuang bekas sisa makanan dan minuman di tempat yang sudah disediakan.
Aku dan air terjun Putuk Truno

Penginapan atau hotel di sekitar air terjun Putuk Truno di Tretes - Prigen Pasuruan
Kawasan Tretes - Prigen berudara sangat sejuk, dingin dan bebas dari kebisingan, di daerah ini juga banyak berdiri hotel, villa atau homestay yang disewakan untuk pengunjung. Banyak warga lokal yang kita temui disana menawarkan penginapan jika kalian berencana menginap dilokasi ini. Jika kurang nyaman dengan penginapan, Anda juga bisa memilih beberapa pilihan hotel yang ada di sekitar Tretes seperti hotel Surya & Cottages Prigen, hotel Royal Tretes, hotel Inna Tretes dan masih banyak pilihan hotel yang bisa Anda cek di aplikasi booking hotel online seperti Tiket.com atau Traveloka

Saya sudah merasakan sejuknya bermain air di air terjun Putuk Truno ini, sekarang giliran Anda yang berkesempatan merasakan kesegaran air terjun ini, selamat berlibur di Tretes - Prigen !

Pintu masuk air terjun Putuk Truno

Putuk Truno waterfall

Pengunjung menikmati air terjun Putuk Truno

Labels: ,

Friday, April 19, 2019

Jelajah Malang-Lumajang: Kunjungan Kedua ke Tumpak Sewu dan Coban Ciblungan

Tumpak Sewu atau Coban Sewu, seperti mempunyai daya mistis tersendiri, apalagi bagi pecinta air terjun, membuat yang pernah datang untuk kembali lagi. Khusus buat saya pribadi, setelah mengunjungi sekitar bulan Agustus tahun lalu, sekarang berselang 5 bulan kemudian kami kembali lagi. Kalau dulu bareng Revan dan Kusti kali ini bareng Revan dan Noey.
Panorama Tumpak Sewu
Panorama Tumpak Sewu
Panorama Tumpak Sewu
Jum’at, 18 Januari kamipun memulai lagi petualanagan menuju Tumpak Sewu via Goa Tetets.  Karena hari Jum’at kami harus kembali sebelum Jumatan, Berangkat sekitar jam 8, sampai di parkiran motor (sebenarnya bisa jalan kaki dari parkiran Tumpak Sewu) dan membayar ongkos parkir Rp. 5.000 dan HTM Rp. 5.000.

Kondisi trek yang kami lew ati tidak berubah, dalam artian tangga-tangganya masih seperti yang dulu belum ada perbaikan.tangga-tangga yang terus menuruni bukit terjal. Oh iya di warung yang dulu kami beristirahat sekarang terlihat ada air terjun di tebing sebelah kiri, mungkin lagi musim hujan hahahha. 

Sampai di Goa Tetes, terlihat debit air nya lebih besar dibanding dulu. Kali ini kami banyak menghabiskan waktu untuk bermain air di Goa Tetes. Kali ini kami memanjat bebatuan yang ada di sekitar Goa Tetes, melewati air terjun yang mengalir di bawahnya dan memasuki mulut goa. Karena sangat sepi dan hanya kami di area ini, kamipun bebas bermain di Goa Tetes.
View Goa Tetes
Bermain air di Goa Tetes
Bermain air di Goa Tetes


Bermain air di Goa Tetes
Dari Goa Tetes selanjutnya menuruni tebing melewati jalur air, di sini sudah tersedia pegangan, sebelumnya hanya berupa tali karet. Selanjutnya kembali turun hingga mencapai air terjun yang jatuh disepanjang tebing.
Terakhir adalah menuruni bukit hingga sampai di area sungai, ini adalah jalur tegak lurus tapi tersedia injakan dan pegangan namun tetap saja harus berhati-hati. Dan sampai di bawah kemudian menyusuri sungai hingga mencapai air terjun yang lumayan tinggi. Jadi air terjun ini berada di tengah-tengah antara Goa Tetes dan Tumpak Sewu/Coban Sewu. Keduanya masing-masing berjarak sekitar 150m ke air terjun ini.
Air terjun sebelum menuju Tumpak Sewu
Melewati jalan di celah bebatuan, melewati jalan di dekat air terjun, terasa bagai di dalam film-film petualangan hehehehe... Selanjutnya menyisiri bantaran sungai yang berwarna kecoklatan (padahal air terjun di sepanjang tebing sangat jernih), coklat karena salah satu aliran air Tumpak Sewu berasal dari sungai yang berwarna coklat karena penambangan pasir.

Sekitar 100m setelah air terjun (masih ada) loket masuk ke Tumpak Sewu dengan tarif yang masih sama Rp. 10.000/orang. Harap di catat, loket ini sudah masuk wilayah Malang yang mana Tumpak Sewu di sebut Coban Sewu jika melewati gerbang Malang. Sekitar 50m kemudian kita melewati jembatan besi yang cukup untuk satu orang. Sampai di seberang sungai kemudian menaiki sedikit bukit maka sampailah kita di area Tumpak Sewu. Keluar dari lembah, menyaksikan kemegahan Tumpak Sewu ini berasa berada di dunia lain.

Berbeda dengan kunjungan sebelumnya, sekarang debit air Tumpak Sewu lebih besar. Walaupun warna air dari aliran sungai (yang paling besar) tidak terlalu coklat tapi cukup membuat aliran sungai berwarna kecoklatan. Inilah bukti pepatah yang mengatakan “Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga” hahahha.

Kali ini kami melakukan hal yang dulu terlewatkan, yaitu menaiki tebing yang ada di sisi sebelah kanan. Di atas kami bertemu bapak pemilik peginapan yang menjadi guide bagi 2 orang tamu. Di atas tebing ini juga ada area yang lumayan luas dan rata, membuat kita leluasa menikmati air terjun dengan leluasa. Dari atas sini terlihat pelangi yang muncul akibat perpaduan sinar matahari dan tampias akibat derasnya debit air.

Untuk foto-foto antimainstream kita bisa mengambil posisi di atas sebuah batu yang agak menonjol. Untuk mendapatkan foto yang ciamik, fotografer nya bisa mengambil dari bawah sehingga didapat object foto dengan latar ketinggian Tumpak Sewu. Tentu saja untuk ke batu tersebut butuh keberanian. Hati-hati jangan sampai terpeleset karena di bawahnya langsung ke bebatuan. 
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan

View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan
Pelangi di Tumpak Sewu
Karena hari Jum’at, hanya beberapa orang saja di area ini. Dan karena hari Jum’at juga kami harus buru-buru kembali sebelum tengah hari. Untuk trek pulang, kami mengambil rute seperti waktu datang yaitu via Goa Tetes. Di air terjun sebelum Goa Tetes kami berenang, menikmati air yang jernih bak kristal. Sangat menyegarkan....

Sampai di penginapan, bersih-bersih dan lanjut sholat Jumat di mesjid yang tidak jauh dari penginapan. Selanjutnya checkout sekitar jam 14.00.

Karena Noey belum pernah ke Coban Ciblungan (saya dan Revan sudah pernah), kami mampir sebentar karena lokasinya yang tidak begitu jauh dari jalan raya Malang-Lumajang.

Coban Ciblungan
Coban Ciblungan
Melanjutkan perjalanan ke Malang yang berjarak sekitar 2 jam, kami mampir makan siang di warung yang dulu kami pernah mampir. Mengejutkan, mbak yang jaga warung ingat sama kita dan sapaan pertamanya “Ke Tumpak Sewu lagi ya mas?”, “Mbak yang dulu gak ikut? (maksudnya Kusti yang dulu ikut).... mudah-mudahan kalau dikasih umur panjang kami akan kembali lagi ke Tumpak Sewu... Aamiin...!

Baca juga link terkait:
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
- Coban Srengenge dan Coban Gintung  
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru 
- Coban Kaca dan Coban Rais 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar 
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu

Labels: , , , , , , ,

Jelajah Malang-Lumajang: Sumber Telu,Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit


Masih di hari yang sama, dari Coban Srengenge dan Coban Gintung, kami kembali ke penginapan di Tumpak Sewu. Tujuan kami adalah makan siang di warung penginapan karena meskipun ini adalah daerah wisata, jujur saja, agak susah mencari makan besar.

Dari penginapan kami menuju arah Tempursari, sebuah kecamatan yang berbatasan dengan Pronojiwo. Dari penginapan ambil kanan ke arah kota Lumajang, melewati gerbang Goa Tetes, Coban Kapas Biru dan Coban Kabut Pelangi. Namun sebelum mencapai perbatasan Tempursari kami melihat ada plang petunjuk arah ke Sumber Telu. Karena tidak kuat godaan, kami pun putar arah ke Sumber Telu yaitu memasuki jalan kecil ke dalam area perkebunan salak.
Lokasi parkiran
Tidak beberapa jauh masuk perkebunan salak, ampailah kami di area parkiran di depan rumah warung yang sekaligus menjadi loket masuk. Biaya masuk Rp. 5.000/orang dan biaya parkir Rp. 5.000. Di parkiran cuman ada motor kami, bearti tidak ada pengunjung lain. Dari spanduk yang ada terbaca bahwa lokasi ini selain ada Sumber Telu, juga ditawarkan wisata petik buah Salak dan Panorama Coban Kapas Biru.  Namun sepertinya kalah pamor dengan gerbang Coban Kapas Biru yang sebelumnya kami kunjungi sehingga spot wisata ini jadi sepi.
Pertigaan Sumber Telu-Coban Kapas Biru
Menuju Sumber Telu
Dalam suasana gerimis, dari parkir, memasuki kebun salak, sekitar 50m kami bertemu pertigaan, ke kanan ke Sumber Telu dan lurus ke Panorama Coban Kapas Biru. Tujuan pertama adalah Sumber Telu, kami mengambil arah kanan. Melewati jalan tanah hanya sekitar 100m kemudian kami menuruni bukit hingga sampai di anak sungai yang berair jernih dan dingin.
Suasana adem
Di seberang sungai terlihat sisi tebing dimana terlihat sumber mata air yang keluar dari celah-celah bebatuan. Untuk ke seberang kami melewatin jembatan gantung dari bambu. Di seberang tersedia  tempat istirahat berupa bangku-bangku kayu, saung di bukit sebelah kanan dan toilet/kamar ganti di sebelah kiri. Di kelilingi oleh pepohonan yang rapat, sungai yang mengalir dan bebatuan yang berlumut hijau menjadikan lokasi ini tempat yang tepat buat beistirahat dan menenangkan pikiran.

Nah, Sumber Telu sendiri bearti 3 sumber mata air, ini dikarenakan ada 3 lokasi sumber kumuplan mata air (kalau mata airnya sih banyak banget hahahha..). Tapi sebenarnya sumber mata air ini mengalir di sepanjang tebing tapi kumpulan sumber mata air ini ada 3. Sumber mata air yang besar berada persis di depan jembatan, sumber ini mempunyai mata air membentuk air terjun mini dan melewati bebatuan bertingkat dan jatuh di kolam yang dangkal.
Sumber Telu #1

Sumber Telu #1
Sumber kedua, yang berada di tengah tidak kalah catiknya, berada di bawah pepohonan yang teduh, agak mirip-mirip lokasi bertapa di film-film silat hahahha, juga mempunya kolam yang dangkal.
Sementara sumber ketiga, berada di kiri dan memanjang dan di kirinya lagi masih ada sumber-sumber mata air kecil-kecil. Semua sumber ini bisa diminum langsung, lebih fresh dibanding air mineral botolan. Semua sumber ini bermuara ke anak sungai didepannya dan selanjutnya jatuh membentuk Coban Kapas Biru yang sebelumnya sudah kami kunjungi.
Sumber Telu #2

Sumber Telu #3
Dan tidak lengkap rasanya kalau ke sini tidak merasakan kesejukan air di lokasi yang unik ini. Sumber pertama adalah pilihan yang tepat karena debit airnya yang paling besar dan punya bebatuan yang bisa di panjat. Berada di bawah aliran air yang sangat sejuk ini menjadikan badan segar dan di re-charge kembali.
Berendam di Sumber Telu
Berbasah-basah, kemudian kami menuju Panorama Coban Kapas Biru. Setelah melewati perkebunan salak kemudian menyusuri jalan dengan cor-coran yang berada di sisi bukit/tebing. Selanjutnya melewati anak-anak tangga yang sangat licin. Karena jalurnya lumayan curam sehingga kita harus ekstra hati-hati ketika menuruni anak tangga. Banyak nya semak-semak disepanjang jalur dan licinnya anak-anak tangga menandakan lokasi ini sangat jarang dilalui pengunjung. Terus kebawah kita bisa melihat dari dekat air terjun terakhir ketika kami ke Coban Kapas Biru.
Jalan ke Coban Kapas Biru yang terbengkalai

Sampai di tempat yang agak terbuka, kami bisa melihat Coban Kapas Biru di sisi kanan, tapi tidak bisa melihat view coban secara keseluruhan. Jadi kata ‘Panorama’ ini kurang tepat, karena kalau kita terus menuruni bukit akan sampai ke Coban Kapas Biru, jadi boleh dikata bahwa ini adalah jalur lain menuju Coban Kapas Biru. Karena sudah ke Coban Kapas Biru sebelumnya maka kamipun tidak meneruskan perjalanan dan kembali ke parkiran.
View Coban Kapas Biru

Untuk selanjutnya, seperti rencana awal kami aka mengunjungi coban kembar yang terlihat ketika melewati jalur ke Coban Kabut Pelangi, yang menurut penjaganya di sebut Coban Gampit (atau Gambit?) yang kalau dicari-cari di Goole saya tidak menemukan referensinya.

Dari pertigaan setelah jembatan besar dimana dibawahnya terdapat Coban Wolu/Coban Sriti, kami ambil kanan yang terlihat gapura yang juga merupakan perbatasan Pronojiwo dan Tempursari. Memasuki Tempursari kita melewati jalan yang berada di pegunungan, melewati aspal mulus dan dengan jalan berkelok-kelok.

Di Maps terlihat jarak yang ditempuh adalah 15km, yang ternyata saya salah men-tag lokasi, lokasi yang di tag adalah Coban Tiga Bidadari. Setelah menempuh 10km lebih perjalanan dan bertanya kepada penduduk lokal ternyata di sekitar sana tidak ada air terjun dan jalannya mengarah ke wilayah pantai.

Karena salah jalan, kamipun kembali lagi ke arah semula, setelah 7km ke arah balih dan bertanya ke penduduk lokal dengan kata kunci ‘lokasi penambangan pasir’ akhirnya kamipun menemukan jalan masuk ke Coban Gampit. Ternyata jalan ke coban ini tidak begitu jauh dari gerbang Tempursari. Di pertigaan terdapat warung kecil dan ternyata jalannya ditutup dengan portal dan ada tulisan peringatan bahwa tanah disana adalah tanah negara. Jadi penambanga yang ada di bawah adalah ilegal? Gak tau lah, tapi yang pasti ada celah kecil di portal yang bisa dilewatin oleh motor.

Melewatin jalan menurun berupa cor-coran, jalan yang kami liat waktu perjalanan ke Coban Kabut Pelangi, melewatin hutan dan perbukitan. Sekitar 200m kamipun sampai di Coban Gampit yang ada di bukit sebelah kanan. Coban nya ada 2 yang berdekatan, melewati bebatuan diantar celah bukit. Kamipun mengambil beberapa foto di coban ini. Karena ini bukan tujuan wisata jadi area ini tidak dikelola dan dibiarkan apa adanya.
Coban Gampit
Selanjutnya menuju penambangan pasir, dimana ada coban kecil bukit nya. Terus menuju ke bawah, ke area sungai, kemudian sampai di area yang rata yang mana hanya ada pasir dan bebatuan. Sudah tidak terlihat seorangpun pekerja di sini. Sampai di depan coban kecil yang dimaksud, kami serasa berada di negeri antah berantah. Di tengah penambangan pasir dan dikelilingi oleh perbukitan dan tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Coban yang gak ada namanya

Coban yang gak ada namanya
Setelah mengambil beberapa foto, hari semakin sore, sudah menjelang magrib dan cuaca gerimis kamipun meninggalkan lokasi dengan hati yang sudah tidak penasaran lagi.

Baca juga link terkait:
- Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Coban Ciblungan (kunjungan kedua)
- Coban Srengenge dan Coban Gintung  
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru 
- Coban Kaca dan Coban Rais 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar 
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu

Labels: , , , , , , ,

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Srengenge dan Coban Gintung

19 Januari 2019, ini adalah hari kedua menginap di area Tumpak Sewu. Pagi ini di awali dengan cuaca yang cerah dan puncak Gunung Semeru jelas terlihat. Tujuan kali ini adalah Coban Srengenge, Coban Telaga Warna dan Coban Gintung yang dari Maps terlihat berdekatan.

Berangkat pagoi-pagi kami menuju ke arah Malang karena coban-coban di atas masuk ke wilayah Malang atau tepatnya di perbatasan. Karena masih pagi, jalan raya Lumajang-Malang masih agak sepi. Dan sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan berupa pegunungan dan hamparan hijau hutan-hutan dan perkebunan, dan masih terlihat jelas Gunung Semeru yang merupakan Gungung tertinggi di Pulau Jawa atau ketiga tertinggi di Indonesia.

Dari Tumpak Sewu ke pertigaan Coban Srengenge sekitar 6km dan dan dari jalan raya mengikuti jalan desa sekitar 6km lagi. Awalnya mengikuti Maps kami diarahkan ke gang kecil yang menanjak, kami melewati nya dan melanjutkan perjalanan hingga ke pertigaan yang jalannya lebih lebar tapi mobil tidak masuk. Jalan utama seharusnya di pertigaan selanjutnya. Bertanya ke penduduk lokal (ini harus karena jalannya suka membingungkan) adalah pilihan utama karena Maps tidak bisa di andalkan saat itu.

Masuk ke desa, kami harus berputar-putar, melewati kebun-kebun salak dan jalan-jalan yang banyak kondisinya kurang bagus. Dan lagi-lagi, bertanya ke masyarakat lokal adalah pilihan yang tepat. Pada akhirnya kami menemukan plang petunjuk arah ke Coban Srengenge dan langsung ke parkiran.

Parkiran ini berada di rumah penduduk dan warung yang juga menjadi loket masuk ke coban. Dan untuk diketahui, wisata Coban Srengenge ini dikelola dengan swadaya masyarakat setempat. Dan karena berada di Kampung/Dusun Sumberwangi, maka Coban Srengenge juga disebut dengan Coban Sumberwangi. Untuk biaya masuk kami membayar Rp. 5.000/orang dan sudah termasuk biaya parkir. Jarak dari parkiran ke coban sangat dekat hanya sekitar 75m melewati jalan cor-coran di pinggir sawah.

Di pinggir jalan terdapat makam Mbak Brintik yang namanya di sebut juga di papan informasi mengenai coban ini. Singkatnya, di jaman Belanda, area coban ini dulunya merupakan tempat bertapa Mbah Josari (coban tingkat 2). Dan srengenge sendiri artinya pelangi karena di siang hari saat matahari menyinari coban, kerap muncul pelangi (srengenge). Coban ini terdiri dari 3 tingkatan namun untuk saat ini cuman 2 coban yang dibuka sementara coban ketiga belum dibuka karena jalurnya yang sangat ekstrim.
Sejarah singkat Coban Srengenge
Berjalan  sedikit dari papan informasi ke arah pinggir lembah kita sudah bisa melihat Coban Srengenge tingkat 1. Terlihat aliran sungai tebagi menjadi beberapa bagian sehingga air yang jatuh membentuk air terjun kembar 3. 
Coban Srengenge tingkat 1 dari atas

Dari tingkat 1 kami langsung menuju tingkat 2. Melewati tangga-tangga cor-coran yang lumayan ekstrim sekitar 75m, sampailah kami di tingkat 2.

Dibandingkan dengan air terjun tingkat 1, air terjun tingkat 2 ini lebih spektakuler karena lebih tinggi dan lebar membentuk seperti tirai. Area ini berada persis di bipinggir jurang yang menganga, lebar dan dalam tapi tidak terlihat dasar lembahnya. Jarak antara pinggir coban ke pinggir lembah sekitar 25m. di area yang rata ini disediakan spot selfie dan bangku-bangku untuk istirahat serta kamar ganti. 
Spot selfie dipinggir tebing
Meskipun ada kamar ganti, saya sarankan jangan berenang di area ini, karena area nya sempit dan aliran air nya langsung jatuh ke jurang. Aliran air yang jatuh dari tingkat 2 ini membentuk Coban Srengenge tingkat 3 yang pastinya akan lebih tinggi dari kedua coban di atasnya.
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Dari coban tingkat 2 ini kami kembali lagi ke tingkat 1. Untuk memoto atau mendekati coban tingkat 1 ini kita harus menyeberang aliran sungai. Karena berada dibibir jurang kita harus berhati-hati sekali karena arusnya lumayan kuat, tapi untuk pegangan disediakan pagar bambu. Sampai di seberang terdapat saung dan taman. Dari sini kita bisa mengambil foto coban tingkat 1 ini keseluruhan. Karena area di depan coban lebih luas dibanding area di tingkat 2, kita lebih leluasa berfoto di sini.
Batas antara coban tingkat 1 dan 2
Meskipun coban tingkat 1 ini lebih rendah dibanding tingkat 2 namun terlihat lebih indah karena aliran air yang mengalir diantara bebatuan menjadi beberapa coban. Bebatuan yang menonjol di depan coban bisa dijadikan spot foto. Hanya saja, harus diperhatikan kondisi cuaca, karena kalau tiba-tiba arus sungai sangat deras, kita bisa terperangkap di seberang sungai.
Coban Srengenge tingkat 1
Coban Srengenge tingkat 1
Coban Srengenge tingkat 1
Spot foto lain di tingkat 1 ini adalah di gazebo yang berada di pinggir tebing yang agak agak menjorok ke sungai. Di sini umumnya pengujung berfoto karena terlihat coban keseluruhan tanpa harus menyeberangi sungai.

Selanjutnya, kami berencana mengunjungi coban yang terdekat dari lokasi Coban Srengenge  terlihat di Maps adalah Coban Tiga Warna. Mengandalkan Maps, berkeliling jalan-jalan desa dan melewati perkebunan akhirnya sampai di jalan masuk Coban Telaga Warna, namun sayang menurut warga lokal, coban ini ditutup karena ada masalah dengan pengelolaan. Rencana mau mengambil foto dari atas melewati jalan yang sudah tertutp, ternyata kami tidak melihat coban ini dari atas. Di sana hanya tersisa bekas saung, kamar kecil dan kolam.

Selanjutnya menuju Coban Gintung. Perjalanan menuju coban ini juga tidak kalau seru dan banyak dramanya. Mengikuti Maps yang suka salah dan sering berputar-putar dan memasuki perkarangan rumah penduduk. Maklum karena jalan desa ini banyak gang dan pekebunan. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah pembangkit listrik mini (PLTA Mini) yang mirip genset. Kemudian melewati jalan berupa tanah merah, menyusuri perbukitan yang dibawahnya mengalir anak sungai yang berair jernih yang menjadi bahas bakar PLTA Mini.
PLTA mini

Sampai akhirnya motor kami tidak bisa lewat lagi dan terpaksa parkir di jalan d ipinggir hutan. Selanjutnya kami trekking. Pemandangan di sekitarya terlihat seperti lukisa, dimana di bawah terlihat sungai mengalir dengan latar pegunungan dengan hutan-hutan lebat. Diantar celah-celah tebing terlihat satu air terjun yang besar dan tinggi dan sepertinya  belum dieksplore. Entah apa nama air terjun tersebut.
Jalan menuju coban

View menuju Coban Gintung dgn latar coban tak bernama
Menuruni bukit hingga akhirnya kami sampai di Coban Gintung yang tersembunyi di sudut lembah. Coban ini agak-agak mirip dengan Curug Pangeran yang ada di Bogor. Air terjunnya yang mempunyai ketinggian sekitar 5m dan kolamnya berwarna hijau tosca. Meskipun terlihat kecil namun dari bentuk kolamnya kita bisa memprediksi bahwa kolamnya dalam.
Coban Gintung dari atas

Sepertinya area ini baru akan dikelola, ini terlihat dari area coban yang baru dibersihkan, batu-batu yang tersusun untuk membendung air dan membentuk kolam serta tanaman-tanaman hias yang baru ditanam. Karena masih tanah merah, jalan turun menuju coban jadi licin apalagi basah terkena gerimis. Revan dan Noey sepertinya tidak tahan untuk menikmati kesegaran air terjun ini. Cukup berendam dipinggiran kolam sudah terasa kesejukan coban ini. Coban yang terasa seperti air terjun milik pribadi karena tidak ada lagi pengunjung lain selain kami. Dan belum adanya loket dan penjaga sehingga saat kami datang, masuk ke area ini masih gratis.
Coban Gintung
Coban Gintung
Coban Gintung
Dari Coban Gintung selanjutnya kami menuju penginapan untuk makan siang dan persiapan untuk ke coban berikutnya. 

Info:
Nama  : Coban Srengenge/Coban Sumberwangi
Alamat : Kp. Sumberwangi, Ds. Tirtomarto-kec. Ampelgading-Malang
Biaya   : Rp. 5.000 sudah termasuk parkiran/HTM

Nama  : Coban Gintung

Labels: , , , , , , ,