Friday, April 19, 2019

Jelajah Malang-Lumajang: Kunjungan Kedua ke Tumpak Sewu dan Coban Ciblungan

Tumpak Sewu atau Coban Sewu, seperti mempunyai daya mistis tersendiri, apalagi bagi pecinta air terjun, membuat yang pernah datang untuk kembali lagi. Khusus buat saya pribadi, setelah mengunjungi sekitar bulan Agustus tahun lalu, sekarang berselang 5 bulan kemudian kami kembali lagi. Kalau dulu bareng Revan dan Kusti kali ini bareng Revan dan Noey.
Panorama Tumpak Sewu
Panorama Tumpak Sewu
Panorama Tumpak Sewu
Jum’at, 18 Januari kamipun memulai lagi petualanagan menuju Tumpak Sewu via Goa Tetets.  Karena hari Jum’at kami harus kembali sebelum Jumatan, Berangkat sekitar jam 8, sampai di parkiran motor (sebenarnya bisa jalan kaki dari parkiran Tumpak Sewu) dan membayar ongkos parkir Rp. 5.000 dan HTM Rp. 5.000.

Kondisi trek yang kami lew ati tidak berubah, dalam artian tangga-tangganya masih seperti yang dulu belum ada perbaikan.tangga-tangga yang terus menuruni bukit terjal. Oh iya di warung yang dulu kami beristirahat sekarang terlihat ada air terjun di tebing sebelah kiri, mungkin lagi musim hujan hahahha. 

Sampai di Goa Tetes, terlihat debit air nya lebih besar dibanding dulu. Kali ini kami banyak menghabiskan waktu untuk bermain air di Goa Tetes. Kali ini kami memanjat bebatuan yang ada di sekitar Goa Tetes, melewati air terjun yang mengalir di bawahnya dan memasuki mulut goa. Karena sangat sepi dan hanya kami di area ini, kamipun bebas bermain di Goa Tetes.
View Goa Tetes
Bermain air di Goa Tetes
Bermain air di Goa Tetes


Bermain air di Goa Tetes
Dari Goa Tetes selanjutnya menuruni tebing melewati jalur air, di sini sudah tersedia pegangan, sebelumnya hanya berupa tali karet. Selanjutnya kembali turun hingga mencapai air terjun yang jatuh disepanjang tebing.
Terakhir adalah menuruni bukit hingga sampai di area sungai, ini adalah jalur tegak lurus tapi tersedia injakan dan pegangan namun tetap saja harus berhati-hati. Dan sampai di bawah kemudian menyusuri sungai hingga mencapai air terjun yang lumayan tinggi. Jadi air terjun ini berada di tengah-tengah antara Goa Tetes dan Tumpak Sewu/Coban Sewu. Keduanya masing-masing berjarak sekitar 150m ke air terjun ini.
Air terjun sebelum menuju Tumpak Sewu
Melewati jalan di celah bebatuan, melewati jalan di dekat air terjun, terasa bagai di dalam film-film petualangan hehehehe... Selanjutnya menyisiri bantaran sungai yang berwarna kecoklatan (padahal air terjun di sepanjang tebing sangat jernih), coklat karena salah satu aliran air Tumpak Sewu berasal dari sungai yang berwarna coklat karena penambangan pasir.

Sekitar 100m setelah air terjun (masih ada) loket masuk ke Tumpak Sewu dengan tarif yang masih sama Rp. 10.000/orang. Harap di catat, loket ini sudah masuk wilayah Malang yang mana Tumpak Sewu di sebut Coban Sewu jika melewati gerbang Malang. Sekitar 50m kemudian kita melewati jembatan besi yang cukup untuk satu orang. Sampai di seberang sungai kemudian menaiki sedikit bukit maka sampailah kita di area Tumpak Sewu. Keluar dari lembah, menyaksikan kemegahan Tumpak Sewu ini berasa berada di dunia lain.

Berbeda dengan kunjungan sebelumnya, sekarang debit air Tumpak Sewu lebih besar. Walaupun warna air dari aliran sungai (yang paling besar) tidak terlalu coklat tapi cukup membuat aliran sungai berwarna kecoklatan. Inilah bukti pepatah yang mengatakan “Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga” hahahha.

Kali ini kami melakukan hal yang dulu terlewatkan, yaitu menaiki tebing yang ada di sisi sebelah kanan. Di atas kami bertemu bapak pemilik peginapan yang menjadi guide bagi 2 orang tamu. Di atas tebing ini juga ada area yang lumayan luas dan rata, membuat kita leluasa menikmati air terjun dengan leluasa. Dari atas sini terlihat pelangi yang muncul akibat perpaduan sinar matahari dan tampias akibat derasnya debit air.

Untuk foto-foto antimainstream kita bisa mengambil posisi di atas sebuah batu yang agak menonjol. Untuk mendapatkan foto yang ciamik, fotografer nya bisa mengambil dari bawah sehingga didapat object foto dengan latar ketinggian Tumpak Sewu. Tentu saja untuk ke batu tersebut butuh keberanian. Hati-hati jangan sampai terpeleset karena di bawahnya langsung ke bebatuan. 
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan

View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan
Pelangi di Tumpak Sewu
Karena hari Jum’at, hanya beberapa orang saja di area ini. Dan karena hari Jum’at juga kami harus buru-buru kembali sebelum tengah hari. Untuk trek pulang, kami mengambil rute seperti waktu datang yaitu via Goa Tetes. Di air terjun sebelum Goa Tetes kami berenang, menikmati air yang jernih bak kristal. Sangat menyegarkan....

Sampai di penginapan, bersih-bersih dan lanjut sholat Jumat di mesjid yang tidak jauh dari penginapan. Selanjutnya checkout sekitar jam 14.00.

Karena Noey belum pernah ke Coban Ciblungan (saya dan Revan sudah pernah), kami mampir sebentar karena lokasinya yang tidak begitu jauh dari jalan raya Malang-Lumajang.

Coban Ciblungan
Coban Ciblungan
Melanjutkan perjalanan ke Malang yang berjarak sekitar 2 jam, kami mampir makan siang di warung yang dulu kami pernah mampir. Mengejutkan, mbak yang jaga warung ingat sama kita dan sapaan pertamanya “Ke Tumpak Sewu lagi ya mas?”, “Mbak yang dulu gak ikut? (maksudnya Kusti yang dulu ikut).... mudah-mudahan kalau dikasih umur panjang kami akan kembali lagi ke Tumpak Sewu... Aamiin...!

Baca juga link terkait:
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
- Coban Srengenge dan Coban Gintung  
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru 
- Coban Kaca dan Coban Rais 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar 
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu

Labels: , , , , , , ,

Jelajah Malang-Lumajang: Sumber Telu,Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit


Masih di hari yang sama, dari Coban Srengenge dan Coban Gintung, kami kembali ke penginapan di Tumpak Sewu. Tujuan kami adalah makan siang di warung penginapan karena meskipun ini adalah daerah wisata, jujur saja, agak susah mencari makan besar.

Dari penginapan kami menuju arah Tempursari, sebuah kecamatan yang berbatasan dengan Pronojiwo. Dari penginapan ambil kanan ke arah kota Lumajang, melewati gerbang Goa Tetes, Coban Kapas Biru dan Coban Kabut Pelangi. Namun sebelum mencapai perbatasan Tempursari kami melihat ada plang petunjuk arah ke Sumber Telu. Karena tidak kuat godaan, kami pun putar arah ke Sumber Telu yaitu memasuki jalan kecil ke dalam area perkebunan salak.
Lokasi parkiran
Tidak beberapa jauh masuk perkebunan salak, ampailah kami di area parkiran di depan rumah warung yang sekaligus menjadi loket masuk. Biaya masuk Rp. 5.000/orang dan biaya parkir Rp. 5.000. Di parkiran cuman ada motor kami, bearti tidak ada pengunjung lain. Dari spanduk yang ada terbaca bahwa lokasi ini selain ada Sumber Telu, juga ditawarkan wisata petik buah Salak dan Panorama Coban Kapas Biru.  Namun sepertinya kalah pamor dengan gerbang Coban Kapas Biru yang sebelumnya kami kunjungi sehingga spot wisata ini jadi sepi.
Pertigaan Sumber Telu-Coban Kapas Biru
Menuju Sumber Telu
Dalam suasana gerimis, dari parkir, memasuki kebun salak, sekitar 50m kami bertemu pertigaan, ke kanan ke Sumber Telu dan lurus ke Panorama Coban Kapas Biru. Tujuan pertama adalah Sumber Telu, kami mengambil arah kanan. Melewati jalan tanah hanya sekitar 100m kemudian kami menuruni bukit hingga sampai di anak sungai yang berair jernih dan dingin.
Suasana adem
Di seberang sungai terlihat sisi tebing dimana terlihat sumber mata air yang keluar dari celah-celah bebatuan. Untuk ke seberang kami melewatin jembatan gantung dari bambu. Di seberang tersedia  tempat istirahat berupa bangku-bangku kayu, saung di bukit sebelah kanan dan toilet/kamar ganti di sebelah kiri. Di kelilingi oleh pepohonan yang rapat, sungai yang mengalir dan bebatuan yang berlumut hijau menjadikan lokasi ini tempat yang tepat buat beistirahat dan menenangkan pikiran.

Nah, Sumber Telu sendiri bearti 3 sumber mata air, ini dikarenakan ada 3 lokasi sumber kumuplan mata air (kalau mata airnya sih banyak banget hahahha..). Tapi sebenarnya sumber mata air ini mengalir di sepanjang tebing tapi kumpulan sumber mata air ini ada 3. Sumber mata air yang besar berada persis di depan jembatan, sumber ini mempunyai mata air membentuk air terjun mini dan melewati bebatuan bertingkat dan jatuh di kolam yang dangkal.
Sumber Telu #1

Sumber Telu #1
Sumber kedua, yang berada di tengah tidak kalah catiknya, berada di bawah pepohonan yang teduh, agak mirip-mirip lokasi bertapa di film-film silat hahahha, juga mempunya kolam yang dangkal.
Sementara sumber ketiga, berada di kiri dan memanjang dan di kirinya lagi masih ada sumber-sumber mata air kecil-kecil. Semua sumber ini bisa diminum langsung, lebih fresh dibanding air mineral botolan. Semua sumber ini bermuara ke anak sungai didepannya dan selanjutnya jatuh membentuk Coban Kapas Biru yang sebelumnya sudah kami kunjungi.
Sumber Telu #2

Sumber Telu #3
Dan tidak lengkap rasanya kalau ke sini tidak merasakan kesejukan air di lokasi yang unik ini. Sumber pertama adalah pilihan yang tepat karena debit airnya yang paling besar dan punya bebatuan yang bisa di panjat. Berada di bawah aliran air yang sangat sejuk ini menjadikan badan segar dan di re-charge kembali.
Berendam di Sumber Telu
Berbasah-basah, kemudian kami menuju Panorama Coban Kapas Biru. Setelah melewati perkebunan salak kemudian menyusuri jalan dengan cor-coran yang berada di sisi bukit/tebing. Selanjutnya melewati anak-anak tangga yang sangat licin. Karena jalurnya lumayan curam sehingga kita harus ekstra hati-hati ketika menuruni anak tangga. Banyak nya semak-semak disepanjang jalur dan licinnya anak-anak tangga menandakan lokasi ini sangat jarang dilalui pengunjung. Terus kebawah kita bisa melihat dari dekat air terjun terakhir ketika kami ke Coban Kapas Biru.
Jalan ke Coban Kapas Biru yang terbengkalai

Sampai di tempat yang agak terbuka, kami bisa melihat Coban Kapas Biru di sisi kanan, tapi tidak bisa melihat view coban secara keseluruhan. Jadi kata ‘Panorama’ ini kurang tepat, karena kalau kita terus menuruni bukit akan sampai ke Coban Kapas Biru, jadi boleh dikata bahwa ini adalah jalur lain menuju Coban Kapas Biru. Karena sudah ke Coban Kapas Biru sebelumnya maka kamipun tidak meneruskan perjalanan dan kembali ke parkiran.
View Coban Kapas Biru

Untuk selanjutnya, seperti rencana awal kami aka mengunjungi coban kembar yang terlihat ketika melewati jalur ke Coban Kabut Pelangi, yang menurut penjaganya di sebut Coban Gampit (atau Gambit?) yang kalau dicari-cari di Goole saya tidak menemukan referensinya.

Dari pertigaan setelah jembatan besar dimana dibawahnya terdapat Coban Wolu/Coban Sriti, kami ambil kanan yang terlihat gapura yang juga merupakan perbatasan Pronojiwo dan Tempursari. Memasuki Tempursari kita melewati jalan yang berada di pegunungan, melewati aspal mulus dan dengan jalan berkelok-kelok.

Di Maps terlihat jarak yang ditempuh adalah 15km, yang ternyata saya salah men-tag lokasi, lokasi yang di tag adalah Coban Tiga Bidadari. Setelah menempuh 10km lebih perjalanan dan bertanya kepada penduduk lokal ternyata di sekitar sana tidak ada air terjun dan jalannya mengarah ke wilayah pantai.

Karena salah jalan, kamipun kembali lagi ke arah semula, setelah 7km ke arah balih dan bertanya ke penduduk lokal dengan kata kunci ‘lokasi penambangan pasir’ akhirnya kamipun menemukan jalan masuk ke Coban Gampit. Ternyata jalan ke coban ini tidak begitu jauh dari gerbang Tempursari. Di pertigaan terdapat warung kecil dan ternyata jalannya ditutup dengan portal dan ada tulisan peringatan bahwa tanah disana adalah tanah negara. Jadi penambanga yang ada di bawah adalah ilegal? Gak tau lah, tapi yang pasti ada celah kecil di portal yang bisa dilewatin oleh motor.

Melewatin jalan menurun berupa cor-coran, jalan yang kami liat waktu perjalanan ke Coban Kabut Pelangi, melewatin hutan dan perbukitan. Sekitar 200m kamipun sampai di Coban Gampit yang ada di bukit sebelah kanan. Coban nya ada 2 yang berdekatan, melewati bebatuan diantar celah bukit. Kamipun mengambil beberapa foto di coban ini. Karena ini bukan tujuan wisata jadi area ini tidak dikelola dan dibiarkan apa adanya.
Coban Gampit
Selanjutnya menuju penambangan pasir, dimana ada coban kecil bukit nya. Terus menuju ke bawah, ke area sungai, kemudian sampai di area yang rata yang mana hanya ada pasir dan bebatuan. Sudah tidak terlihat seorangpun pekerja di sini. Sampai di depan coban kecil yang dimaksud, kami serasa berada di negeri antah berantah. Di tengah penambangan pasir dan dikelilingi oleh perbukitan dan tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Coban yang gak ada namanya

Coban yang gak ada namanya
Setelah mengambil beberapa foto, hari semakin sore, sudah menjelang magrib dan cuaca gerimis kamipun meninggalkan lokasi dengan hati yang sudah tidak penasaran lagi.

Baca juga link terkait:
- Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Coban Ciblungan (kunjungan kedua)
- Coban Srengenge dan Coban Gintung  
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru 
- Coban Kaca dan Coban Rais 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar 
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu

Labels: , , , , , , ,

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Kabut Pelangi

Kembali dari Coban Kapas Biru, kami beristirahat sebentar di warung dekat pintu masuk coban. Menikmati buah salak Pondoh yang baru dipetik dari kebun dan membelinya 2 kg yang harga sekilonya Rp. 5.000. Salak di sini sangat manis dan harganya Rp. 2.500-5.000 per kilogram tergantung ukuran. Biasanya salak-salak ini di jual pengepul yang kemudian di distribusikan umumnya ke kota-kota di Jawa dan sebagian lagi ke luar pulau Jawa.

Dari parkiran kami menuju Coban Kabut Pelangi yang jarak parkirannya tidak begitu jauh dari parkiran Coban Kapas Biru. Dari parkiran Coban Kapas Biru ambil kiri, kira-kira 200m kita sudah sampai di parkiran Coban Kabut Pelangi. Sampai di parkiran, sebenarnya kami berniat makan siang dan ternyata di sini tidak ada warung makan yang ada hanya warung yang menjual minuman yang tidak jauh dari parkiran dan gerobak Bakso Malang. Karena sudah lapar kami makan bakso Malang. Habis makan bakso kami kemudian ke loket untuk membayar tiket masuk Rp. 5.000/orang dan parkir motor Rp. 5.000.
Area parkir Coban Kabut Pelangi
Dari perkir kemudian kami memulai trek. Mirip dengan trek ke Coban Kapas Biru, hanya saja trek di sini lebih landai. Sampai di pinggir tebing, memandang ke perbukitan di depan kami, sudah terlihat pemandangan yang memukau. Terlihat di bawah lembah aliran sungai yang sama dengan aliran sungai ke Coban Kapas Biru hanya saja trek kali ini menuju ke arah kanan alias menjauhi Coban Kapas Biru.
Coban Sriti di kejauhan
Trek ke Coban Kabut Pelangil
Di seberang lembah terlihat jalan kecil berkelok-kelok yang mengarah ke bibir sungai. Terlihat di kejauhan penambangan pasir. Di sebelah kanan, di batas pandangan kami terlihat juga coban yang mengalir langsung ke sungai. Kami berharap bisa menyeberangi sungai untuk mengunjungi coban-coban tersebut.
Coban kembar di seberang lembah
Terus menelusuri pinggang bukit dengan kondisi jalan menurun. Meskipun jalan setapak terlihat jelas tetap harus berjalan hati-hati karena terkadang kita melewati bebatuan dan melewati jembatan kecil yang tentu saja dipinggir lembah.

Jalan menurun ini akhirnya berakhir di sebuah anak sungai yang merupakan aliran dari Coban Kabut Pelangi. di pinggir sungai terdapat saung tempat berjualan dan beristirahat, sayang saungnya sedang kosong karena hari itu bukan hari libur/weekend. Berada di saung ini, kita bisa beristirahat sambil menikmati sebuah air terjun yang sangat tinggi yang jatuh di tebing di seberang sungai. Air terjun yang tidak bernama, atau setidaknya kami tidak tahu nama air terjun ini. Di sini juga kami bertemu dengan 2 orang traveler dan salah seorangnya menjadi temanan di IG.
Salah satu coban yang di lewati
Salah satu coban yang di lewati
Salah satu coban yang di lewati
Menyeberang sungai yang tidak begitu dalam, kemudian melewati bebatuan, dan berjalan kembali memasuki lembah sempit diantara 2 tebing tinggi. Berada di lembah sempit ini kadang-kadang tersirat pikiran jelek, seandainya ada air bah tentulah kami tidak bisa melarikan diri, apalagi saat itu cuaca gerimis. Tidak begitu jauh dari coban yang kami temui tadi kemudian kami bertemu lagi dengan satu coban lagi meskipun tidak sebesar dan setinggi yang tadi namun membuat perjalanan ini semakin berkesan. Sebuah coban lagi, tak bernama...
Salah satu coban yang di lewati
Menyisir tebing dan kembali memasuki aliran sungai, kami bertemu dengan sekeluarga wisatawan mancanegara alias bule tanpa guide. Sampai di titik ini kami sudah bisa melihat Coban Kabut Pelangi di kejauhan.

Meskipun jauh, berjarak sekitar 100m, coban ini terlihat benar-benar spektakuler. Lebih besar dan lebih tinggi dibanding Coban Kapas Biru yang barusan kami kunjungi. Berada di ujung lembah, dikelilingi tebing-tebing tegak lurus dan dihiasi hijaunya tanaman. Selain lebih besar, yang membedakan lagi dengan Coban Kapas Biru adalah bebatuan tebingnya tidak coklat tapi abu-abu/kehitaman diselimuti tanaman hijau. Karena besarnya debit coban ini, hampir semua area di sekitarnya di penuhi kabut akibat tampiasnya sehingga semakin mendekat akan membuat badan kita basah ditambah lagi dengan cuaca gerimis.
Coban Kabut Pelangi di kejauhan
Coban Kabut Pelangi
Mendekati area coban, berjarak sekitar 50m terdapat gazebo kecil untuk berteduh, namun tetap saja basah. Jadi kalau kalian ingin berfoto di sini usahakan bawa HP anti air atau di lindungi dengan anti air. Dan hati-hati menggunakan Kamera karena akan basah dan bisa membuat rusak.

Di dekat coban ini ada dua batu besar yang saling berhadapan dan di selimuti lumut hijau sehingga kita bisa berfoto di sini. Epic.....!!!!. Tidak perlu berenang untuk basah karena berada di atas batu tersebut sudah membuat badan kita basah seperti mandi di bawah shower. Dan berada di batas batu ini juga kita bisa melihat langsung dari dekat betapa megahnya coban ini dan menyaksikan hempasan air menerjang bebatuan di bawahnya. Dan tentu saja tetap berhati-hati ketika berada di sekitar coban ini, jangan terlalu dekat....!!
Coban Kabut Pelangi dari dekat
Coban Kabut Pelangi dari dekat
Setelah mengambil beberapa foto, dan sudah semakin sore kami kemudian kembali. Sampai di saung yang tadi kami lewati, saya tergoda untuk mencari jalan menuju coban-coban yang ada di seberang aliran Sungai Besukbang. Menyusuri anak sungai yang merupakan aliran Coban Kabut Pelangi kemudian sampai dipinggiran sungai Besukbang yang berarus angat deras. Terlihat area penambangan pasir/batu sungai.

Di seberang terlihat seorang penambang sedang istirahat. Karena kerasnya suara aliran sungai, dan si bapak memberi isyarat tidak bisa menyeberang sungai, dan kalau ke seberang harus memutar. Karena tidak bisa menyeberang kamipun memutuskan kembali. Kembali melewati jalan yang tadi kami lalui, tapi kali ini menanjak. Dan tenagapun benar-benar terkuras, selain treknya panjang dan menanjka juga karena sebagian besar tenaga sudah terpakai sewaktu ke Coban Kapas Biru. Meskipun begitu, lelahpun terbayarkan dengan mengingat sudah mengunjungi 2 air terjun dalam satu hari, Coban Kapas Biru dan Coban Kabut Pelangi

Info:
Nama  : Coban  Kabut Pelangi
Alamat : Ds. Mulyoharjo, kec. Pronojiwo-Lumajang-Jawa Timur
Biaya: HTM: Rp. 5.000 Parkir: Rp. 5.000


Baca juga link terkait:
- Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Coban Ciblungan (kunjungan kedua)
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
- Coban Srengenge dan Coban Gintung 
- Coban Kapas Biru 
- Coban Kaca dan Coban Rais 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar 
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu

Labels: , , , , ,

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Kapas Biru

Seolah-olah ingin membayar dendam yang tak sampai, akhirnya kali ini kami mengunjungi lagi perbatasan Lumajang-Malang. Kunjungan sebelumnya bulan September 2018 hanya ke Tumpak Sewu dan Coban Ciblungan tapi kali ini kami ingin mengunjungi lebih banyak coban (air terjun) di sekitaran perbatasan Lumajang-Malang.

Dari Madakaripura di Probolinggo kami menuju Lumajang dengan jarak tempuh sekitar 3 jam. Berbeda arah dari kunjungan sebelumnya yang dimulai dari Malang. Karena jalur yang kami lewati adalah jalur propinsi maka kondisi jalannya padat dipenuhi oleh bis-bis dan truk-truk. Memasuki kota Lumajang selanjutnya menuju ke arah Malang karena tujuan kami adalah area wisata di sekitar Tumpak Sewu yang ada di perbatasan Lumajang-Malang. 

Mendekati wilayah perbatas, suasana jalan mulai sepi, view di sepanjang perjalanan di dominasi oleh pegunungan. Di Jembatan Gladak Perak kami berhenti sebentar untuk mengambil foto. Jembatan ini mempunyai panjang sekitar 100m dan dibawahnya mengalir sungai  Besuk Sat dan pemandangan berupa perbukitan hijau sejauh mata memandang. Harap di catat bahwa area ini berada di lereng Gunung Semeru. Jembatan ini ada dua, yang kami lewati adalah jembatan baru sementara di sebelah kanan adalah jembatan zaman Belanda, lebih kecil dan hanya di batasi oleh bambu... ngeri ya guys hehehhe.
Jembatan Gladak Perak
Melanjutkan perjalan, melewati perbukitan yang mengingatkan saya akan perjalanan dari Praya ke Gili via Pusuk. Setelah melewati perbukitan selanjutnya jalan menurun hingga memasuki kawasan wisata, dan ini ditandai dengan mulai banyaknya pohon-pohon salak, dimana-mana salak, di sini salak, disana salak... salak, salak dan salak hahahhaha. 

Sampai di gerbang Tumpak Sewu, kami langsung menuju parkiran (gerbang Lumajang bukan Malang), karena pas ke sini dulu ada penginapan yang sedang dibangun. Benar saja, di depan parkiran, penginapannya sudah selesai. Penginapan ini juga terdapat tempat makan, jadi kami makan di sini hampir 3x sehari selama di sini hahaha. Dan karena kami menginap di sini, kami tidak bayar ongkos parkir. Oh iya, sewa kamar di sini Rp. 150.000/malam.   
      
Setelah menaroh barang-barang dan beberes, kami masuk lagi ke Panorama Tumpak Sewu, meskipun dulu sudah pernah ke sini tapi kali ini sekalian menemani Noey. Karena sudah sore, gerbang Panorama sudah tidak ada yang jaga, jadi masuknya tidak ada pungutan. 

Sampai di Panorama sudah hampir sunset, meskipun begitu cuaca cerah sehingga air terjun yang ada di bawah terlihat jelas berbeda dengan kunjungan sebelumnya yang berkabut. Hanya sebentar di sini karena tidak beberapa lama kemudian azan magrib.

Malam, kami makan malam di warung ibu penginapan, menunya lumayan enak, favorit saya adalah ayam penyet dan nasi goreng. Kalo kalian menginap di sini, warung ibu ini bisa menjadi pilihan mengingat warung makan agak susah di sini.

Pagi-pagi, agak mendung, sekitar jam 8 kami berangkat menuju Coban Kapas Biru, coban yang menjadi alasan utama untuk kembali lagi ke Lumajang. Jarak dari Tumpak Sewu ke parkiran Coban Kapas Biru sekitar 3km. Di sebelah kanan terdapat spanduk besar yang menunjukkan arah coban ini. Masuk sekitar 50m kami sudah sampai di parkiran yang dikelilingi oleh perkebunan salak.
Karena belum ada penjaga loket, kami bermaksud langsung ke arah coban. Sebelumnya mampir dulu di sebuah warung dan mendapatkan informasi mengenai coban dan treknya dari bapak tua  penjaga warung. 
Salak-salak dan salak
Memasuki perkebunan dan melewati jalan setapak di antara pohon-pohon salak. Selanjutnya sampai di pinggir bukit. Di bawah dan dikejauhan sudah terlihat perbukitan dengan sungai yang mengalir meliuk diantar celah bukit. Di kejauhan sudah terlihat satu coban yang berada di sisi tebing sebelah kanan. Tebing-tebing yang mengelilingi lembah ini mempunyai ketinggian bervariasi antar 150-200m
Selanjutnya menuruni tangga tegak lurus. Karena anak tangganya dari besi, dan habis hujan jadi sangat licin dan harus berhati-hati sewaktu turun. Sampai di bawah di tanah yang agak rata kemudian berjalan kembali. Tidak beberapa jauh terlihat lagi curug dibagian kanan yang agak tertutup pepohonan. Di sebelah kiri juga terlihat coban yang tinggi setinggi tebing tempat dia jatuh meskipun debitnya tidak terlalu tinggi. Di kejauhan, di puncak tebing terlihat Coban Wolu atau Coban Sriti yang fenomenal dengan total ketinggian 150m.
Jalur menuju coban
Salah satu coban yang kita temui di jalur trek
Salah satu coban yang kita temui di jalur trek
Salah satu coban yang kita temui di jalur trek
Menuruni lereng bukit hingga sampai ke tempat agak rata dimana ada aliran air jernih air dari tebing dan mengalir ke sungai yang berwarna coklat. Kembali menaiki bukit dan memutar dan terlihat lagi 1 coban yang jatuh di antara rimbunnya pepohonan. 
Coban Jago Gereng/Greng
Terus menyusuri jalan landai sampailah kami di dekat persawahan yang tidak terlalu luas. Dari sini kita bisa melihat coban yang besar dari tebing bukit yang menurut bapak yang bekerja di sawah, nama coban tersebut adalah Coban Jago Gereng/Greng (kira-kira begitulah namanya hahahha).
Sampai di Coban Kapas Biru
Dari sawah, jalannya sudah rata, dan tidak begitu jauh berjalan kita sudah berada di hadapan Coban Kapas Biru. Berada di tengan jalan sini bearti kita melihat 2 pemandangan coban yang saling berhadapan..... emeijing banget ya guys..... Kami menaroh barang-barang di saung, satu-satunya saung yang ada di sini. Saung ini dikelilingi pepohonan dan rumpun-rumpun bambu dan karena berada di bawh lembah, suasanan di sini sangat asri dan sejuk, mirip padepokan kungfu di film-film Mandarin hahahha. Di sini juga sudah ada 2 orang pengunjung lain, jadi sangat sepi tidak seperti wisata air terjun umumnya. 
Coban Kapas Biru
Coban Kapas Biru
Di depan kami terlihat coban yang sangat spektakuler. Dengan ketinggian sekitar 100m dan mempunyai tebing tegak lurus dan sangat unik karena berwarna coklat kemerahan. Anak sungai Besukbang ini di puncak nya terlihat kecil dan ketika melewati celah sempit kemudian jatuh di ketinggian dan karena debitnya yang sangat besar, aliran air ini membesar sampai ke bawah seingga terlihat seperti kerucut.

Air sungai yang jernih dan dingin ini mengalir melewati celah-celah bebatuan kemudain mengalir seperti coban-coban yang banyak di sepanjang tebing-tebing curam ini ke Sungai Besukbang-Glidik yang berhulu di Gunung Semeru. Tidak ada salahnya berendam dan bermain air di anak sungai coban ini. 

Untuk berfoto di dekat air tejun haruslah ekstra hati-hati karena harus melewati bebatuan yang sangat licin dan berlumut. Ditambah dengan angin dan tampias yang dhasilkan oleh hempasan air terjun yang jatuh ke kolam membuat posisi berdiri tidak stabil. Untuk berfoto dekat air terjun, kami menggunakan hp tahan air bukan kamera karena takut rusak. Karena derasnya air terjun, sangat-sangat tidak disarankan mendekati kolamnya, cukup berfoto di bebatuannya saja.
Berfoto dekat Coban Kapas Biru
Semakin siang semakin ramai pengunjung ke coban ini, meskipun tidak seramai pengunjung coban-coban yang mainstream. Beristirahat sebentar di saung sebelum melanjutkan perjalalanan pulang yang lumayan menguras tenaga ini. 

Nah buat kalian pecinta air terjun, coban ini harus masuk ke wishlist kalian. Untuk ke sini jangan lupa siapkan fisik dan mental, serta perbekalan karena di sepanjang jalur menuju coban ini tidak bakalan ada warung. Dan jangan lupa, jaga terus kelestariannya dengan cara tidak merusak lingkungan yang dilewai dan jangan membuang sampah sembarangan.....

Informasi:
Nama   : Coban (Air Terjun) Kapas Biru
Lokasi : Dusun Mulyoarjo, Ds. Pronojiwo. Lumajang-Jawa Timur
Biaya: HTM Rp. 7.000 parkir Rp. 5.000
 
Baca juga link terkait:
- Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Coban Ciblungan (kunjungan kedua)
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit

Labels: , , , , ,