Friday, April 19, 2019

Jelajah Malang-Lumajang: Kunjungan Kedua ke Tumpak Sewu dan Coban Ciblungan

Tumpak Sewu atau Coban Sewu, seperti mempunyai daya mistis tersendiri, apalagi bagi pecinta air terjun, membuat yang pernah datang untuk kembali lagi. Khusus buat saya pribadi, setelah mengunjungi sekitar bulan Agustus tahun lalu, sekarang berselang 5 bulan kemudian kami kembali lagi. Kalau dulu bareng Revan dan Kusti kali ini bareng Revan dan Noey.
Panorama Tumpak Sewu
Panorama Tumpak Sewu
Panorama Tumpak Sewu
Jum’at, 18 Januari kamipun memulai lagi petualanagan menuju Tumpak Sewu via Goa Tetets.  Karena hari Jum’at kami harus kembali sebelum Jumatan, Berangkat sekitar jam 8, sampai di parkiran motor (sebenarnya bisa jalan kaki dari parkiran Tumpak Sewu) dan membayar ongkos parkir Rp. 5.000 dan HTM Rp. 5.000.

Kondisi trek yang kami lew ati tidak berubah, dalam artian tangga-tangganya masih seperti yang dulu belum ada perbaikan.tangga-tangga yang terus menuruni bukit terjal. Oh iya di warung yang dulu kami beristirahat sekarang terlihat ada air terjun di tebing sebelah kiri, mungkin lagi musim hujan hahahha. 

Sampai di Goa Tetes, terlihat debit air nya lebih besar dibanding dulu. Kali ini kami banyak menghabiskan waktu untuk bermain air di Goa Tetes. Kali ini kami memanjat bebatuan yang ada di sekitar Goa Tetes, melewati air terjun yang mengalir di bawahnya dan memasuki mulut goa. Karena sangat sepi dan hanya kami di area ini, kamipun bebas bermain di Goa Tetes.
View Goa Tetes
Bermain air di Goa Tetes
Bermain air di Goa Tetes


Bermain air di Goa Tetes
Dari Goa Tetes selanjutnya menuruni tebing melewati jalur air, di sini sudah tersedia pegangan, sebelumnya hanya berupa tali karet. Selanjutnya kembali turun hingga mencapai air terjun yang jatuh disepanjang tebing.
Terakhir adalah menuruni bukit hingga sampai di area sungai, ini adalah jalur tegak lurus tapi tersedia injakan dan pegangan namun tetap saja harus berhati-hati. Dan sampai di bawah kemudian menyusuri sungai hingga mencapai air terjun yang lumayan tinggi. Jadi air terjun ini berada di tengah-tengah antara Goa Tetes dan Tumpak Sewu/Coban Sewu. Keduanya masing-masing berjarak sekitar 150m ke air terjun ini.
Air terjun sebelum menuju Tumpak Sewu
Melewati jalan di celah bebatuan, melewati jalan di dekat air terjun, terasa bagai di dalam film-film petualangan hehehehe... Selanjutnya menyisiri bantaran sungai yang berwarna kecoklatan (padahal air terjun di sepanjang tebing sangat jernih), coklat karena salah satu aliran air Tumpak Sewu berasal dari sungai yang berwarna coklat karena penambangan pasir.

Sekitar 100m setelah air terjun (masih ada) loket masuk ke Tumpak Sewu dengan tarif yang masih sama Rp. 10.000/orang. Harap di catat, loket ini sudah masuk wilayah Malang yang mana Tumpak Sewu di sebut Coban Sewu jika melewati gerbang Malang. Sekitar 50m kemudian kita melewati jembatan besi yang cukup untuk satu orang. Sampai di seberang sungai kemudian menaiki sedikit bukit maka sampailah kita di area Tumpak Sewu. Keluar dari lembah, menyaksikan kemegahan Tumpak Sewu ini berasa berada di dunia lain.

Berbeda dengan kunjungan sebelumnya, sekarang debit air Tumpak Sewu lebih besar. Walaupun warna air dari aliran sungai (yang paling besar) tidak terlalu coklat tapi cukup membuat aliran sungai berwarna kecoklatan. Inilah bukti pepatah yang mengatakan “Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga” hahahha.

Kali ini kami melakukan hal yang dulu terlewatkan, yaitu menaiki tebing yang ada di sisi sebelah kanan. Di atas kami bertemu bapak pemilik peginapan yang menjadi guide bagi 2 orang tamu. Di atas tebing ini juga ada area yang lumayan luas dan rata, membuat kita leluasa menikmati air terjun dengan leluasa. Dari atas sini terlihat pelangi yang muncul akibat perpaduan sinar matahari dan tampias akibat derasnya debit air.

Untuk foto-foto antimainstream kita bisa mengambil posisi di atas sebuah batu yang agak menonjol. Untuk mendapatkan foto yang ciamik, fotografer nya bisa mengambil dari bawah sehingga didapat object foto dengan latar ketinggian Tumpak Sewu. Tentu saja untuk ke batu tersebut butuh keberanian. Hati-hati jangan sampai terpeleset karena di bawahnya langsung ke bebatuan. 
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan

View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan
Pelangi di Tumpak Sewu
Karena hari Jum’at, hanya beberapa orang saja di area ini. Dan karena hari Jum’at juga kami harus buru-buru kembali sebelum tengah hari. Untuk trek pulang, kami mengambil rute seperti waktu datang yaitu via Goa Tetes. Di air terjun sebelum Goa Tetes kami berenang, menikmati air yang jernih bak kristal. Sangat menyegarkan....

Sampai di penginapan, bersih-bersih dan lanjut sholat Jumat di mesjid yang tidak jauh dari penginapan. Selanjutnya checkout sekitar jam 14.00.

Karena Noey belum pernah ke Coban Ciblungan (saya dan Revan sudah pernah), kami mampir sebentar karena lokasinya yang tidak begitu jauh dari jalan raya Malang-Lumajang.

Coban Ciblungan
Coban Ciblungan
Melanjutkan perjalanan ke Malang yang berjarak sekitar 2 jam, kami mampir makan siang di warung yang dulu kami pernah mampir. Mengejutkan, mbak yang jaga warung ingat sama kita dan sapaan pertamanya “Ke Tumpak Sewu lagi ya mas?”, “Mbak yang dulu gak ikut? (maksudnya Kusti yang dulu ikut).... mudah-mudahan kalau dikasih umur panjang kami akan kembali lagi ke Tumpak Sewu... Aamiin...!

Baca juga link terkait:
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
- Coban Srengenge dan Coban Gintung  
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru 
- Coban Kaca dan Coban Rais 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar 
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu

Labels: , , , , , , ,

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Srengenge dan Coban Gintung

19 Januari 2019, ini adalah hari kedua menginap di area Tumpak Sewu. Pagi ini di awali dengan cuaca yang cerah dan puncak Gunung Semeru jelas terlihat. Tujuan kali ini adalah Coban Srengenge, Coban Telaga Warna dan Coban Gintung yang dari Maps terlihat berdekatan.

Berangkat pagoi-pagi kami menuju ke arah Malang karena coban-coban di atas masuk ke wilayah Malang atau tepatnya di perbatasan. Karena masih pagi, jalan raya Lumajang-Malang masih agak sepi. Dan sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan berupa pegunungan dan hamparan hijau hutan-hutan dan perkebunan, dan masih terlihat jelas Gunung Semeru yang merupakan Gungung tertinggi di Pulau Jawa atau ketiga tertinggi di Indonesia.

Dari Tumpak Sewu ke pertigaan Coban Srengenge sekitar 6km dan dan dari jalan raya mengikuti jalan desa sekitar 6km lagi. Awalnya mengikuti Maps kami diarahkan ke gang kecil yang menanjak, kami melewati nya dan melanjutkan perjalanan hingga ke pertigaan yang jalannya lebih lebar tapi mobil tidak masuk. Jalan utama seharusnya di pertigaan selanjutnya. Bertanya ke penduduk lokal (ini harus karena jalannya suka membingungkan) adalah pilihan utama karena Maps tidak bisa di andalkan saat itu.

Masuk ke desa, kami harus berputar-putar, melewati kebun-kebun salak dan jalan-jalan yang banyak kondisinya kurang bagus. Dan lagi-lagi, bertanya ke masyarakat lokal adalah pilihan yang tepat. Pada akhirnya kami menemukan plang petunjuk arah ke Coban Srengenge dan langsung ke parkiran.

Parkiran ini berada di rumah penduduk dan warung yang juga menjadi loket masuk ke coban. Dan untuk diketahui, wisata Coban Srengenge ini dikelola dengan swadaya masyarakat setempat. Dan karena berada di Kampung/Dusun Sumberwangi, maka Coban Srengenge juga disebut dengan Coban Sumberwangi. Untuk biaya masuk kami membayar Rp. 5.000/orang dan sudah termasuk biaya parkir. Jarak dari parkiran ke coban sangat dekat hanya sekitar 75m melewati jalan cor-coran di pinggir sawah.

Di pinggir jalan terdapat makam Mbak Brintik yang namanya di sebut juga di papan informasi mengenai coban ini. Singkatnya, di jaman Belanda, area coban ini dulunya merupakan tempat bertapa Mbah Josari (coban tingkat 2). Dan srengenge sendiri artinya pelangi karena di siang hari saat matahari menyinari coban, kerap muncul pelangi (srengenge). Coban ini terdiri dari 3 tingkatan namun untuk saat ini cuman 2 coban yang dibuka sementara coban ketiga belum dibuka karena jalurnya yang sangat ekstrim.
Sejarah singkat Coban Srengenge
Berjalan  sedikit dari papan informasi ke arah pinggir lembah kita sudah bisa melihat Coban Srengenge tingkat 1. Terlihat aliran sungai tebagi menjadi beberapa bagian sehingga air yang jatuh membentuk air terjun kembar 3. 
Coban Srengenge tingkat 1 dari atas

Dari tingkat 1 kami langsung menuju tingkat 2. Melewati tangga-tangga cor-coran yang lumayan ekstrim sekitar 75m, sampailah kami di tingkat 2.

Dibandingkan dengan air terjun tingkat 1, air terjun tingkat 2 ini lebih spektakuler karena lebih tinggi dan lebar membentuk seperti tirai. Area ini berada persis di bipinggir jurang yang menganga, lebar dan dalam tapi tidak terlihat dasar lembahnya. Jarak antara pinggir coban ke pinggir lembah sekitar 25m. di area yang rata ini disediakan spot selfie dan bangku-bangku untuk istirahat serta kamar ganti. 
Spot selfie dipinggir tebing
Meskipun ada kamar ganti, saya sarankan jangan berenang di area ini, karena area nya sempit dan aliran air nya langsung jatuh ke jurang. Aliran air yang jatuh dari tingkat 2 ini membentuk Coban Srengenge tingkat 3 yang pastinya akan lebih tinggi dari kedua coban di atasnya.
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Dari coban tingkat 2 ini kami kembali lagi ke tingkat 1. Untuk memoto atau mendekati coban tingkat 1 ini kita harus menyeberang aliran sungai. Karena berada dibibir jurang kita harus berhati-hati sekali karena arusnya lumayan kuat, tapi untuk pegangan disediakan pagar bambu. Sampai di seberang terdapat saung dan taman. Dari sini kita bisa mengambil foto coban tingkat 1 ini keseluruhan. Karena area di depan coban lebih luas dibanding area di tingkat 2, kita lebih leluasa berfoto di sini.
Batas antara coban tingkat 1 dan 2
Meskipun coban tingkat 1 ini lebih rendah dibanding tingkat 2 namun terlihat lebih indah karena aliran air yang mengalir diantara bebatuan menjadi beberapa coban. Bebatuan yang menonjol di depan coban bisa dijadikan spot foto. Hanya saja, harus diperhatikan kondisi cuaca, karena kalau tiba-tiba arus sungai sangat deras, kita bisa terperangkap di seberang sungai.
Coban Srengenge tingkat 1
Coban Srengenge tingkat 1
Coban Srengenge tingkat 1
Spot foto lain di tingkat 1 ini adalah di gazebo yang berada di pinggir tebing yang agak agak menjorok ke sungai. Di sini umumnya pengujung berfoto karena terlihat coban keseluruhan tanpa harus menyeberangi sungai.

Selanjutnya, kami berencana mengunjungi coban yang terdekat dari lokasi Coban Srengenge  terlihat di Maps adalah Coban Tiga Warna. Mengandalkan Maps, berkeliling jalan-jalan desa dan melewati perkebunan akhirnya sampai di jalan masuk Coban Telaga Warna, namun sayang menurut warga lokal, coban ini ditutup karena ada masalah dengan pengelolaan. Rencana mau mengambil foto dari atas melewati jalan yang sudah tertutp, ternyata kami tidak melihat coban ini dari atas. Di sana hanya tersisa bekas saung, kamar kecil dan kolam.

Selanjutnya menuju Coban Gintung. Perjalanan menuju coban ini juga tidak kalau seru dan banyak dramanya. Mengikuti Maps yang suka salah dan sering berputar-putar dan memasuki perkarangan rumah penduduk. Maklum karena jalan desa ini banyak gang dan pekebunan. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah pembangkit listrik mini (PLTA Mini) yang mirip genset. Kemudian melewati jalan berupa tanah merah, menyusuri perbukitan yang dibawahnya mengalir anak sungai yang berair jernih yang menjadi bahas bakar PLTA Mini.
PLTA mini

Sampai akhirnya motor kami tidak bisa lewat lagi dan terpaksa parkir di jalan d ipinggir hutan. Selanjutnya kami trekking. Pemandangan di sekitarya terlihat seperti lukisa, dimana di bawah terlihat sungai mengalir dengan latar pegunungan dengan hutan-hutan lebat. Diantar celah-celah tebing terlihat satu air terjun yang besar dan tinggi dan sepertinya  belum dieksplore. Entah apa nama air terjun tersebut.
Jalan menuju coban

View menuju Coban Gintung dgn latar coban tak bernama
Menuruni bukit hingga akhirnya kami sampai di Coban Gintung yang tersembunyi di sudut lembah. Coban ini agak-agak mirip dengan Curug Pangeran yang ada di Bogor. Air terjunnya yang mempunyai ketinggian sekitar 5m dan kolamnya berwarna hijau tosca. Meskipun terlihat kecil namun dari bentuk kolamnya kita bisa memprediksi bahwa kolamnya dalam.
Coban Gintung dari atas

Sepertinya area ini baru akan dikelola, ini terlihat dari area coban yang baru dibersihkan, batu-batu yang tersusun untuk membendung air dan membentuk kolam serta tanaman-tanaman hias yang baru ditanam. Karena masih tanah merah, jalan turun menuju coban jadi licin apalagi basah terkena gerimis. Revan dan Noey sepertinya tidak tahan untuk menikmati kesegaran air terjun ini. Cukup berendam dipinggiran kolam sudah terasa kesejukan coban ini. Coban yang terasa seperti air terjun milik pribadi karena tidak ada lagi pengunjung lain selain kami. Dan belum adanya loket dan penjaga sehingga saat kami datang, masuk ke area ini masih gratis.
Coban Gintung
Coban Gintung
Coban Gintung
Dari Coban Gintung selanjutnya kami menuju penginapan untuk makan siang dan persiapan untuk ke coban berikutnya. 

Info:
Nama  : Coban Srengenge/Coban Sumberwangi
Alamat : Kp. Sumberwangi, Ds. Tirtomarto-kec. Ampelgading-Malang
Biaya   : Rp. 5.000 sudah termasuk parkiran/HTM

Nama  : Coban Gintung

Labels: , , , , , , ,

Wednesday, April 17, 2019

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Putri Ayu, Grojogan Sewu dan Coban Kodok


Seperti yang saya ceritakan sebelumnya bahwa di sekitar Sumber Pitu ada coban lain yang baru dibuka. Janjian dengan bapak penjaga Sumber Pitu untuk mengantar ke Coban yang disebut Coban Putri Ayu ini, ternyata si bapak sedang mengantar tamu sehingga kami diantar oleh anaknya. Saya berboncengan dengan guide kami (saya lupa namanya hahahha) sementara Revan dan Noey bawa motor sendiri-sendiri.

Berbalik arah, sampai di suatu pertigaan ke arah kiri (dari Sumber Pitu), memasuki wilayah hutan dan perkebunan. Jalannya berupa tanah merah. Hanya terlihat satu rumah slama perjalanan kami ke Coban Putri Ayu. Melewati jalan licin dan melewati anak sungai kemudian menaiki bukit-bukit landai serta beberapa pekerja yang sedang memperbaiki akses jalan masuk. 
Jalan menuju Lembah Putri Ayu
Dari pertigaan sekitar 1-2km sampailah kami di lembah yang disebut Lembah Putri Ayu. Parkir di pinggir tebing sudah terlihat dua air terjun. Di sisi kanan terlihat air terjun yang lumayan besar (sepertinya buatan??) sementara di bawahnya berupa bukit yang sedang dibersihkan sehingga aliran airnya membawa tanah merah.
Coban Putri Ayu

Coban Putri Ayu
Yang menarik adalah, sebuah air terjun yang berada di lembah sempit, kalau di Google Maps coban ini disebut Coban Buntung. Untuk mendekati coban ini kita harus memanjat bebatuan yang sedikit licin. Di depan coban terdapat pelataran yang lumayan luas. Coban sendiri mempunyai ketinggian sekitar 15m berair bening dan dingin. 
Coban Putri Ayu/Coban Buntung
Coban Putri Ayu/Coban Buntung
Kami hanya sebentar di sini karena fasilitas dan pendukung nya belum tersedia, masih tahap pembangunan atas swadaya masyarakat. Juga karena mulai gerimis kami meninggakan lokasi ini yang masih gratis ini. Setelah memberi tips pada guide, kamipun berpisah.

Lewat tengah hari kami istirahat sambil melihat-lihat peta kira-kira lokasi curug mana yang bisa di kunjungi. Kami pun sepakat untuk mengunjungi Grojogan Sewu yang berada kira-kira 1 jam perjalanan dari Batu.

Ke Grojogan Sewu ini sangat gampang, karena berada di pinggir jalan raya Malang-Kediri/Blitar (Desa Bendosari). Karena kita mengikuti jalan utama jadi kondisi jalannya ramai yang didominasi oleh bis-bis antar kota. Jalan raya ini berada di pinggir sungai yang lumayan besar dan berarus deras, dan biasanya sungai ini juga dipakai untuk wisata arung jeram. Hanya saja saat itu air sungainya berwarna coklat, bau dan banyak sampah.

Sampai di petunjuk arah Gorjogan Sewu, kami parkir di pinggir jalan dekat bantaran sungai. Kemudian menyeberangi sungai melalui sebuah jembatan permanen. Berjalan kira-kira 100m kemudian kami sampai di loket pembayar. Tiap pengunjung dikenakan ongkos masuk Rp. 5.000. dari loket kemudian berjalan sekitar 50m kita sudah bisa melihat Grojogan Sewu.
Grojogan Sewu
Grojogan Sewu
Begitu memasuki area air terjun kita disambut dengan banguan bernuansa China, dengan didominasi warna merah. Di tengah-tengah terdapat gazebo, dan di kanan terdapat toilet dan ruang ganti. Unik nya di sini terdapat tempat sembahyang umat Islam (mushola), Hindu dan Budha sehingga kita bisa mencium aroma dupa di sini.

Curugnya sendiri mempunyai ketinggian sekitar 25-30m dengan debit air yang tinggi sehingga area sekitarnya selalu basah terkena tampias. Airnya jernih dan sejuk. Meskipun ada tulisan dilarang berenang dan terdapat pembatas buat pengunjung tapi ternyata diperbolehkan berenang di sekitar air terjun.
Karena suasananya sangat rindang karena dinaungi oleh pohon-pohon besar membuat air terjun ini banyak di kunjungi wisatawan terutama keluarga juga karena aksesnya yang sangat gampang.

Melihat Maps, ternyata sekitar sini terdapat Coban Perawan, sementara jam sudah menunjukkan pukul 15.30. karena penasaran kamipun menuju Coban Perawan yang berjarak sekitar 3km. Sampai di lokasi ternyata coban ini tidak bisa diakses kecuali menyeberangi sungai meskipun kecil tapi berarus deras. Kamipun kembali ke arah pulang dan sempat mampir di salah satu penjual duren yang banyak di jalur Malang-Kediri ini. Lumayan enak, Rp. 200.000 dapat 3 butir.
Menikmati duren
Masih penasaran, melihat peta terdapat Coban Kodok yang tdak jauh dari posisi kami berada. Berjarak sekitar 7km atau 15 menit perjalanan. Mengikuti Google Maps, memasuki perkampungan dan perbukitan akhirnya kamipun sampai di Coban Kodok. Sayang sekali kondisi cobannya kering sekali, sangat berbeda dengan foto yang kami lihat di Maps. Memang kalau dilihat, coban ini sangat tinggi, mempunyai tebing berwarna kehitaman. Mungkin kami datang pada saat yang kurang tepat tapi setidaknya sudah mengobati rasa penasaran.
Jalan menuju Coban Kodok
Coban Kodok
Baca juga link terkait:
- Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Coban Ciblungan (kunjungan kedua)
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
- Coban Srengenge dan Coban Gintung 
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Kaca dan Coban Rais

Labels: , , , , , , ,

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Kaca dan Coban Rais


Malam kedua di Songgoriti-Malang.
Malam ini saya hanya istirahat di kamar sementara Revan dan Noey jalan-jalan ke Alun-alun Batu yang tidak jauh jaraknya dari penginapan. Jadwal besok adalah ke Rais dan siangnya perjalanan menuju Probolinggo (Air Terjun Madakaripura).
Sekitar jam 7 pagi kami sudah checkout dan berangkat menuju Coban Rais. Coban ini berjarak 10 km lebih dari penginapan tapi ke arah Malang kota dan Probolinggo. Coban Rais berada di satu kawasan dengan Batu Flower Garden, salah satu wana wisata yang menjadi andalan kota Batu. Jadi, di jamin kalau  ke sini gak bakalan nyasar!.
Gerbang Coban Rais
Sampai di parkiran motor, kami bayar Rp. 5.000, dan menurut juru parkir untuk ke Coban Rais bisa menggunakan ojeg Rp. 25.000 sekali jalan dan ada Coban Kaca (baru dibuka) yang berada di atas Coban Rais dengan tarif Rp. 70.000 PP. Meninggalkan barang-barang di motor kemudian berjalan sekitar 100m dan bertemu pangkalan ojeg. Setelah mendapatkan penjelasan panjang lebar akhirnya kami sepakat  ke Coban Kaca dengan tarif Rp. 70.000 PP. Perjalanan ke Coban Kaca mempunyai trek sepanjang kira-kira 6km.
Awal perjalanan kami melewati jalan licin di rumput dan semak-semak menyusuri kaki Gunung Panderman yang dari jauh terlihat puncaknya. Keluar dari semak-semak kemudian memasuki jalur gunung yang berupa jalan setapak hanya saja dipakai buat motor. Agak-agak mirip dengan jalur ke Curug Penganten dan Curug Lalay di Gunung Sanggabuana. 
Jalur menuju Coban Kaca
Kondisi jalan yg ekstrim
Menyusuri pinggang bukit, di sebelah kiri terlihat jurang yang sangat dalam. Dengan kondisi jalan yang licin, yang kalau hujan jalur ini tidak boleh dilalui, si Bapak ojeg berpesan kalau di beberapa titik dipersilahkan untuk turun karena kondisi yang sangat ekstrim. Memutari bukit hingga sampai di satu titik yang membuat saya harus turun kemudian dilanjutkan hingga sampai di dekat Coban Kaca tingkat 2.
Setelah turun ojeg, kami jalan sekitar 50m ke Coban Kaca tingkat 2. Coban ini tidak terllau tinggi hanya sekitar 4-5m tapi airnya sangat jernih dan dingin. Air Coban Kaca ini mengalir memasuki hutan lindung hingga sampai ke Coban Rais yang ada di bawah.
Coban Kaca tingkat 2
Berjalan ke atas sekitar 100m kami sampai di Coban Kaca tingkat 1 yang merupakan coban utama. Coban ini memunyai ketinggian sekitar 30-40m, debit air tidak terlalu besar meskipun begitu air nya sangat jernih dan dingin karena berada di hulu sungai. Suasananya masih sangat asri, dikelilingi oleh hutan perawan.
Coban Kaca tingkat 1
Coban Kaca tingkat 1
Setelah mengambil foto-foto kami melanjutkan perjalanan dan janjian dengan Bapak Ojeg untuk diantar ke gerbang Coban Rais. Melewati Batu Flower Garden dan berenti gerbang Coban Rais. Di loket kita bayar Rp. 10.000. Dan dekat loket terdapat 2 jalur, yang kiri arah bawah/lembah merupakan jalur khusus ojeg yang biayanya Rp. 25.000 sekali jalan. 
Batu Flower Garden
Salah satu spot di Batu Flower Garden
Salah satu spot di Batu Flower Garden
Untuk pejalan kaki kita mengambil jalur kanan menyusuri saluran irigasi dan pipa-pipa air. Karena sudah memasuki kawasan hutan lindung, kita akan disuguhi pemandangan hijau dari pepohonan dan suara-suara makluk hutan seperti serangga dan burung-burung. Jalur menuju coban ini tidak ekstrim, landai namun lumayan jauh, dan tidak kami prediksi sebelumnya.
Salah satu spot menuju Coban Rais
Salah satu spot menuju Coban Rais
Salah satu spot menuju Coban Rais
Terus mengikuti jalur pipa air yang terlihat sangat banyak, yang menguras air dari hulu sungai sehingga terisisa sedikit yang mengalir di sungai. Juga terlihat bak-bak penampungan air di sepanjang jalur ke coban. Sekitar 45 menit berjalan sampailah di sebuah warung yang sekaligus tempat pangkalan ojeg. Di belakang warung terdapat aliran sungai dan coban kecil. Kemudian kita berjalan menaiki bukit yang tidak terlalu inggi hingga terlihat Coban Rais di kejauhan, karena coban ini memang sangat tinggi dan cukup membuat saya agak tekejut karena di luar dugaan tingginya.
Tingginya Coban Rais dilihat dari kejauhan
Coban Rais
Tidak terlihat banyak pengunjung ke sini. Bisa dihitung dengan jari. Dari jauh coban ini bisa diprediksi mempunyai ketinggian sekitar 80 atau lebih, tapi saya perkirakan bisa sampai 100m. Di kelilingi tebing-tebing curam dan pepohonan yang membuat rindang. Hanya saja, di saung tempat pengunjung beristirahat banyak sekali sampah menumpuk sampai berserakan kemana-mana.
Tak beberapa lama kemudian datang rombongan anak-anak muda dan kami pun memutuskan kembali. Berjalan sampai warung, istirahat sejenak dan Noey melanjutkan ke parkiran menggunakan ojeg saya dan Revan berjalan kaki. Di parkiran, kami istirahat makan siang, persiapan buat ke Probolinggo.
 
Baca juga link terkait:
- Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Coban Ciblungan (kunjungan kedua)
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
- Coban Srengenge dan Coban Gintung 
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar 
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu 

Labels: , , , , , ,