Friday, April 19, 2019

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Srengenge dan Coban Gintung

19 Januari 2019, ini adalah hari kedua menginap di area Tumpak Sewu. Pagi ini di awali dengan cuaca yang cerah dan puncak Gunung Semeru jelas terlihat. Tujuan kali ini adalah Coban Srengenge, Coban Telaga Warna dan Coban Gintung yang dari Maps terlihat berdekatan.

Berangkat pagoi-pagi kami menuju ke arah Malang karena coban-coban di atas masuk ke wilayah Malang atau tepatnya di perbatasan. Karena masih pagi, jalan raya Lumajang-Malang masih agak sepi. Dan sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan berupa pegunungan dan hamparan hijau hutan-hutan dan perkebunan, dan masih terlihat jelas Gunung Semeru yang merupakan Gungung tertinggi di Pulau Jawa atau ketiga tertinggi di Indonesia.

Dari Tumpak Sewu ke pertigaan Coban Srengenge sekitar 6km dan dan dari jalan raya mengikuti jalan desa sekitar 6km lagi. Awalnya mengikuti Maps kami diarahkan ke gang kecil yang menanjak, kami melewati nya dan melanjutkan perjalanan hingga ke pertigaan yang jalannya lebih lebar tapi mobil tidak masuk. Jalan utama seharusnya di pertigaan selanjutnya. Bertanya ke penduduk lokal (ini harus karena jalannya suka membingungkan) adalah pilihan utama karena Maps tidak bisa di andalkan saat itu.

Masuk ke desa, kami harus berputar-putar, melewati kebun-kebun salak dan jalan-jalan yang banyak kondisinya kurang bagus. Dan lagi-lagi, bertanya ke masyarakat lokal adalah pilihan yang tepat. Pada akhirnya kami menemukan plang petunjuk arah ke Coban Srengenge dan langsung ke parkiran.

Parkiran ini berada di rumah penduduk dan warung yang juga menjadi loket masuk ke coban. Dan untuk diketahui, wisata Coban Srengenge ini dikelola dengan swadaya masyarakat setempat. Dan karena berada di Kampung/Dusun Sumberwangi, maka Coban Srengenge juga disebut dengan Coban Sumberwangi. Untuk biaya masuk kami membayar Rp. 5.000/orang dan sudah termasuk biaya parkir. Jarak dari parkiran ke coban sangat dekat hanya sekitar 75m melewati jalan cor-coran di pinggir sawah.

Di pinggir jalan terdapat makam Mbak Brintik yang namanya di sebut juga di papan informasi mengenai coban ini. Singkatnya, di jaman Belanda, area coban ini dulunya merupakan tempat bertapa Mbah Josari (coban tingkat 2). Dan srengenge sendiri artinya pelangi karena di siang hari saat matahari menyinari coban, kerap muncul pelangi (srengenge). Coban ini terdiri dari 3 tingkatan namun untuk saat ini cuman 2 coban yang dibuka sementara coban ketiga belum dibuka karena jalurnya yang sangat ekstrim.
Sejarah singkat Coban Srengenge
Berjalan  sedikit dari papan informasi ke arah pinggir lembah kita sudah bisa melihat Coban Srengenge tingkat 1. Terlihat aliran sungai tebagi menjadi beberapa bagian sehingga air yang jatuh membentuk air terjun kembar 3. 
Coban Srengenge tingkat 1 dari atas

Dari tingkat 1 kami langsung menuju tingkat 2. Melewati tangga-tangga cor-coran yang lumayan ekstrim sekitar 75m, sampailah kami di tingkat 2.

Dibandingkan dengan air terjun tingkat 1, air terjun tingkat 2 ini lebih spektakuler karena lebih tinggi dan lebar membentuk seperti tirai. Area ini berada persis di bipinggir jurang yang menganga, lebar dan dalam tapi tidak terlihat dasar lembahnya. Jarak antara pinggir coban ke pinggir lembah sekitar 25m. di area yang rata ini disediakan spot selfie dan bangku-bangku untuk istirahat serta kamar ganti. 
Spot selfie dipinggir tebing
Meskipun ada kamar ganti, saya sarankan jangan berenang di area ini, karena area nya sempit dan aliran air nya langsung jatuh ke jurang. Aliran air yang jatuh dari tingkat 2 ini membentuk Coban Srengenge tingkat 3 yang pastinya akan lebih tinggi dari kedua coban di atasnya.
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Dari coban tingkat 2 ini kami kembali lagi ke tingkat 1. Untuk memoto atau mendekati coban tingkat 1 ini kita harus menyeberang aliran sungai. Karena berada dibibir jurang kita harus berhati-hati sekali karena arusnya lumayan kuat, tapi untuk pegangan disediakan pagar bambu. Sampai di seberang terdapat saung dan taman. Dari sini kita bisa mengambil foto coban tingkat 1 ini keseluruhan. Karena area di depan coban lebih luas dibanding area di tingkat 2, kita lebih leluasa berfoto di sini.
Batas antara coban tingkat 1 dan 2
Meskipun coban tingkat 1 ini lebih rendah dibanding tingkat 2 namun terlihat lebih indah karena aliran air yang mengalir diantara bebatuan menjadi beberapa coban. Bebatuan yang menonjol di depan coban bisa dijadikan spot foto. Hanya saja, harus diperhatikan kondisi cuaca, karena kalau tiba-tiba arus sungai sangat deras, kita bisa terperangkap di seberang sungai.
Coban Srengenge tingkat 1
Coban Srengenge tingkat 1
Coban Srengenge tingkat 1
Spot foto lain di tingkat 1 ini adalah di gazebo yang berada di pinggir tebing yang agak agak menjorok ke sungai. Di sini umumnya pengujung berfoto karena terlihat coban keseluruhan tanpa harus menyeberangi sungai.

Selanjutnya, kami berencana mengunjungi coban yang terdekat dari lokasi Coban Srengenge  terlihat di Maps adalah Coban Tiga Warna. Mengandalkan Maps, berkeliling jalan-jalan desa dan melewati perkebunan akhirnya sampai di jalan masuk Coban Telaga Warna, namun sayang menurut warga lokal, coban ini ditutup karena ada masalah dengan pengelolaan. Rencana mau mengambil foto dari atas melewati jalan yang sudah tertutp, ternyata kami tidak melihat coban ini dari atas. Di sana hanya tersisa bekas saung, kamar kecil dan kolam.

Selanjutnya menuju Coban Gintung. Perjalanan menuju coban ini juga tidak kalau seru dan banyak dramanya. Mengikuti Maps yang suka salah dan sering berputar-putar dan memasuki perkarangan rumah penduduk. Maklum karena jalan desa ini banyak gang dan pekebunan. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah pembangkit listrik mini (PLTA Mini) yang mirip genset. Kemudian melewati jalan berupa tanah merah, menyusuri perbukitan yang dibawahnya mengalir anak sungai yang berair jernih yang menjadi bahas bakar PLTA Mini.
PLTA mini

Sampai akhirnya motor kami tidak bisa lewat lagi dan terpaksa parkir di jalan d ipinggir hutan. Selanjutnya kami trekking. Pemandangan di sekitarya terlihat seperti lukisa, dimana di bawah terlihat sungai mengalir dengan latar pegunungan dengan hutan-hutan lebat. Diantar celah-celah tebing terlihat satu air terjun yang besar dan tinggi dan sepertinya  belum dieksplore. Entah apa nama air terjun tersebut.
Jalan menuju coban

View menuju Coban Gintung dgn latar coban tak bernama
Menuruni bukit hingga akhirnya kami sampai di Coban Gintung yang tersembunyi di sudut lembah. Coban ini agak-agak mirip dengan Curug Pangeran yang ada di Bogor. Air terjunnya yang mempunyai ketinggian sekitar 5m dan kolamnya berwarna hijau tosca. Meskipun terlihat kecil namun dari bentuk kolamnya kita bisa memprediksi bahwa kolamnya dalam.
Coban Gintung dari atas

Sepertinya area ini baru akan dikelola, ini terlihat dari area coban yang baru dibersihkan, batu-batu yang tersusun untuk membendung air dan membentuk kolam serta tanaman-tanaman hias yang baru ditanam. Karena masih tanah merah, jalan turun menuju coban jadi licin apalagi basah terkena gerimis. Revan dan Noey sepertinya tidak tahan untuk menikmati kesegaran air terjun ini. Cukup berendam dipinggiran kolam sudah terasa kesejukan coban ini. Coban yang terasa seperti air terjun milik pribadi karena tidak ada lagi pengunjung lain selain kami. Dan belum adanya loket dan penjaga sehingga saat kami datang, masuk ke area ini masih gratis.
Coban Gintung
Coban Gintung
Coban Gintung
Dari Coban Gintung selanjutnya kami menuju penginapan untuk makan siang dan persiapan untuk ke coban berikutnya. 

Info:
Nama  : Coban Srengenge/Coban Sumberwangi
Alamat : Kp. Sumberwangi, Ds. Tirtomarto-kec. Ampelgading-Malang
Biaya   : Rp. 5.000 sudah termasuk parkiran/HTM

Nama  : Coban Gintung

Labels: , , , , , , ,

Thursday, October 11, 2018

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Ciblungan dan Coban Talun

Lepas tengah hari, kembali dari Tumpak Sewu, kami beberes sekaligus check-out dari penginapan. Rencana awal mau ke Coban Kabut Pelangi terpaksa kami batalkan karena sudah siang, sementara perjalalanan ke Malang memakan waktu sekitar 1 jam. Sebagai gantinya kami mengunjungi Coban Ciblungan.

Coban Ciblungan
Coban ini tidak begitu jauh dari Tumpak Sewu atau dari tempat kami menginap. Hanya berjarak sekitar 3 km menuju Malang, jadi perjalanan di tempuh kurang dari 10 menit. Dari jalan raya Malang-Lumajang  sudah terlihat spanduk yang menunjukkan arah ke coban ini. Dari jalan raya ke lokasi parkiran coban sekitar 200-300m.


Sampai di sebuah warung yang sekaligus menjadi tempat parkir, kami membayar tiket masuk Rp. 5.000 dan parkir motor Rp. 5.000. warung ini juga berfungsi sebagai loket masuk ke coban. Lokasi coban sekitar 50 m dari parkiran. Melewati jalan setapak yang sudah di cor, kami sampai di lokasi coban. Menurun sedikit kami sampai di pinggir sungai.
Parkiran Coban Ciblungan
Coban Ciblungan dari jauh

Coban Ciblungan ini sangat unik. Boleh dikatakan sebagai miniaturnya Tumpak Sewu, merupakan gabungan dari banyak air terjun/ mata air. Air terjun yang mengelilingi tebing, keluar/mengalir dari celah bebatuan. Di atasnya ada satu aliran yang berasal dari sungai. Air nya benar-benar bening dan dingin. Kalau saja kemarennya kami ke sana pastilah bisa berenang menikmati kesejukkan airnya.
Coban Ciblungan (Utama)

Coban Ciblungan (Utama)

Coban Ciblungan (Utama)
Di seberang sungai terdapat bak penampungan air yang airnya dari pipa-pipa untuk keperluan warga. Untuk mencapai ke seberang sungai kita harus berhati-hati karena bebatuannya sangat licin, menandakan bahwa lokasi coban ini tidak terlalu banyak pengunjung.

Tidak jauh dari air terjun utama, di bagian bawah juga terdapat air tejun yang tidak kalah menariknya. Hanya saja sulit mengambil foto dari depan.
Coban Ciblungan 2
Coban Ciblungan 2
Coban Ciblungan 2
Tidak lama kami di coban ini, karena memutuskan malam ini menginap di Batu, jadi menambah waktu perjalanan menjadi 3 jam. Sebenarnya berat meninggalkan daerah ini karena di sini masih banyak air terjun yang belum dikunjungi seperti Coban Srengenge, Coban Kembar, Coban Gintung, Coban Temu, etc. yah... mungkin suatu saat kami harus kembali lagi ke sini...
Menempuh 3 jam perjalanan ke Batu, akhirnya kami sampai sekitaran magrib. Menginap di sebuah hotel yang tidak terlalu mahal dengan fasilitas kolam renang dan sarapan pagi, seolah-olah menjadi klimaks perjalanan kami selama 5 hari belakang.

22 Agustus 2018
Coban Talun
Hari ini adalah hari terakhir di Malang. Karena penerbangan kami sekitar jam 13.30, masih ada waktu untuk mengunjungi satu spot di Batu. Tidak terlalu buru-buru, sarapan santai sambil menikmati suasana Batu.
Menikmati suasana pagi

Sekitar jam 8 pagi kami berangkat menuju Coban Talun yang jaraknya tidak begitu jauh dari penginapan, kurang dari 10 menit. Jalanan terasa sepi karena hari ini adalah Hari Raya Qurban. Kota ini mirip dengan kawasan Puncak di Bogor atau Lembang di Bandung. Kota yang padat dengan rumah-rumah, villa, hotel, tempat makan, object wisata dan tempat hiburan. Dikelilingi oleh perbukitan dan terlihat villa-villa di lereng-lereng bukit. Sepanjang jalan banyak terdapat kebun-kebun apel yang menjadi ikon kota ini.
Kota Batu
Berfoto di kebun apel
Sampai di kawasan wisata Coban Talun, kami membayar tiket Rp. 10.000/orang dan parkir Rp. 5.000/motor. Terlihat kawasan ini ditata lumayan baik dan rapih.
Di kawasan ini bukan hanya wisata Air Terjun tapi juga bisa buat perkemahan, outbond/gathering, spot foto etc. Karena udaranya sejuk, kawasan ini juga bisa digunakan buat sekedar bersantai.
Setelah parkir, kami harus trekking sekitar 1 km menuju Coban Talun, melewati kebun dan Hutan Pinus. Di perjalanan kita harus menyeberangi sungai melalui jembatan dimana aliran sungai inilah yang membentuk Coban Talun. Tidak jauh dari jembatan ini, di aliran atas terdapat dam/bendungan kecil. Dari jembatan, memasuki Hutan Pinus, di sini kita menemukan spot foto, ayunan, dan saung-saung, hanya saja kita harus membayar lagi untuk memeasuki spot ini. Terus berjalan, memasuki jalan setapak dengan tanah merah yang berdebu karena musim kemarau, terlihat pemandangan hutan di sekeliling dan Gunung Semeru di kejauhan. Jalan menurun ini berakhir sampai di lembah dimana terdapat aliran sungai dan tentu saja, Coban Talun.
Menuju Coban Talun
Spot foto
View hutan pinus
View Gn. Semeru
Menuju Coban Talun
Coban ini lumayan tinggi, sekitar 75m (baca di mbah Google hahahha), debit air masih deras meskipun sedang musim kemarau. Airnya lumayan sejuk dan bening. Tidak terdapat area yang dalam. Dari aliran utama, coban ini membentuk beberapa air terjun kecil-kecil.
Coban Talun
Coban Talun

Coban Talun
Karena hari libur, banyak pengunjung yang datang ke area ini, kebanyakan berkelompok-kelompok. Umumnya mereka tidak berenang,  hanya berfoto-foto dengan latar belakang air terjun yang tinggi ini. terdapat bebatuan besar dan tebing sebagai spot foto tanpa harus mendekati air terjun.
Kusti dan Coban Talun
Kusti dan Coban Talun
Coban Talun
Jika lapar dan haus, jangan kuatir, terdapat beberapa warung makan di bawah pepohonan besar tepat di bawah tangga turun/naik. Juga terdapat beberapa toilet/ruang ganti di sini. Buat yang berkemah juga bisa di area ini, terdapat area yang rata sehingga kita bisa mendirikan tenda.
Lewat jam 10 pagi, kami segera kembali ke penginapan. Bersantai sejenak, sebelum melanjutkan perjalanan ke Malang dan selanjutnya terbang ke Jakarta.














Labels: , , , , , , , ,