Wednesday, April 17, 2019

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Kaca dan Coban Rais


Malam kedua di Songgoriti-Malang.
Malam ini saya hanya istirahat di kamar sementara Revan dan Noey jalan-jalan ke Alun-alun Batu yang tidak jauh jaraknya dari penginapan. Jadwal besok adalah ke Rais dan siangnya perjalanan menuju Probolinggo (Air Terjun Madakaripura).
Sekitar jam 7 pagi kami sudah checkout dan berangkat menuju Coban Rais. Coban ini berjarak 10 km lebih dari penginapan tapi ke arah Malang kota dan Probolinggo. Coban Rais berada di satu kawasan dengan Batu Flower Garden, salah satu wana wisata yang menjadi andalan kota Batu. Jadi, di jamin kalau  ke sini gak bakalan nyasar!.
Gerbang Coban Rais
Sampai di parkiran motor, kami bayar Rp. 5.000, dan menurut juru parkir untuk ke Coban Rais bisa menggunakan ojeg Rp. 25.000 sekali jalan dan ada Coban Kaca (baru dibuka) yang berada di atas Coban Rais dengan tarif Rp. 70.000 PP. Meninggalkan barang-barang di motor kemudian berjalan sekitar 100m dan bertemu pangkalan ojeg. Setelah mendapatkan penjelasan panjang lebar akhirnya kami sepakat  ke Coban Kaca dengan tarif Rp. 70.000 PP. Perjalanan ke Coban Kaca mempunyai trek sepanjang kira-kira 6km.
Awal perjalanan kami melewati jalan licin di rumput dan semak-semak menyusuri kaki Gunung Panderman yang dari jauh terlihat puncaknya. Keluar dari semak-semak kemudian memasuki jalur gunung yang berupa jalan setapak hanya saja dipakai buat motor. Agak-agak mirip dengan jalur ke Curug Penganten dan Curug Lalay di Gunung Sanggabuana. 
Jalur menuju Coban Kaca
Kondisi jalan yg ekstrim
Menyusuri pinggang bukit, di sebelah kiri terlihat jurang yang sangat dalam. Dengan kondisi jalan yang licin, yang kalau hujan jalur ini tidak boleh dilalui, si Bapak ojeg berpesan kalau di beberapa titik dipersilahkan untuk turun karena kondisi yang sangat ekstrim. Memutari bukit hingga sampai di satu titik yang membuat saya harus turun kemudian dilanjutkan hingga sampai di dekat Coban Kaca tingkat 2.
Setelah turun ojeg, kami jalan sekitar 50m ke Coban Kaca tingkat 2. Coban ini tidak terllau tinggi hanya sekitar 4-5m tapi airnya sangat jernih dan dingin. Air Coban Kaca ini mengalir memasuki hutan lindung hingga sampai ke Coban Rais yang ada di bawah.
Coban Kaca tingkat 2
Berjalan ke atas sekitar 100m kami sampai di Coban Kaca tingkat 1 yang merupakan coban utama. Coban ini memunyai ketinggian sekitar 30-40m, debit air tidak terlalu besar meskipun begitu air nya sangat jernih dan dingin karena berada di hulu sungai. Suasananya masih sangat asri, dikelilingi oleh hutan perawan.
Coban Kaca tingkat 1
Coban Kaca tingkat 1
Setelah mengambil foto-foto kami melanjutkan perjalanan dan janjian dengan Bapak Ojeg untuk diantar ke gerbang Coban Rais. Melewati Batu Flower Garden dan berenti gerbang Coban Rais. Di loket kita bayar Rp. 10.000. Dan dekat loket terdapat 2 jalur, yang kiri arah bawah/lembah merupakan jalur khusus ojeg yang biayanya Rp. 25.000 sekali jalan. 
Batu Flower Garden
Salah satu spot di Batu Flower Garden
Salah satu spot di Batu Flower Garden
Untuk pejalan kaki kita mengambil jalur kanan menyusuri saluran irigasi dan pipa-pipa air. Karena sudah memasuki kawasan hutan lindung, kita akan disuguhi pemandangan hijau dari pepohonan dan suara-suara makluk hutan seperti serangga dan burung-burung. Jalur menuju coban ini tidak ekstrim, landai namun lumayan jauh, dan tidak kami prediksi sebelumnya.
Salah satu spot menuju Coban Rais
Salah satu spot menuju Coban Rais
Salah satu spot menuju Coban Rais
Terus mengikuti jalur pipa air yang terlihat sangat banyak, yang menguras air dari hulu sungai sehingga terisisa sedikit yang mengalir di sungai. Juga terlihat bak-bak penampungan air di sepanjang jalur ke coban. Sekitar 45 menit berjalan sampailah di sebuah warung yang sekaligus tempat pangkalan ojeg. Di belakang warung terdapat aliran sungai dan coban kecil. Kemudian kita berjalan menaiki bukit yang tidak terlalu inggi hingga terlihat Coban Rais di kejauhan, karena coban ini memang sangat tinggi dan cukup membuat saya agak tekejut karena di luar dugaan tingginya.
Tingginya Coban Rais dilihat dari kejauhan
Coban Rais
Tidak terlihat banyak pengunjung ke sini. Bisa dihitung dengan jari. Dari jauh coban ini bisa diprediksi mempunyai ketinggian sekitar 80 atau lebih, tapi saya perkirakan bisa sampai 100m. Di kelilingi tebing-tebing curam dan pepohonan yang membuat rindang. Hanya saja, di saung tempat pengunjung beristirahat banyak sekali sampah menumpuk sampai berserakan kemana-mana.
Tak beberapa lama kemudian datang rombongan anak-anak muda dan kami pun memutuskan kembali. Berjalan sampai warung, istirahat sejenak dan Noey melanjutkan ke parkiran menggunakan ojeg saya dan Revan berjalan kaki. Di parkiran, kami istirahat makan siang, persiapan buat ke Probolinggo.
 
Baca juga link terkait:
- Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Coban Ciblungan (kunjungan kedua)
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
- Coban Srengenge dan Coban Gintung 
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar 
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu 

Labels: , , , , , ,

Wednesday, February 27, 2019

Jelajah Malang-Lumajang: Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat

Minggu, 13 Januari 2019. Ini adalah hari kedua di Malang. Tujuan kami kali ini adalah ke Sumber Pitu yang ada di Desa Pujon Kidul, kec. Pujon. Dari Songgoriti sekitar jam 7 pagi, kami mengikuti jalan yang kemaren menuju Coban Rondo tapi nanti di suatu pertigaan ada papan petunjuk arah ke Sumber Pitu yaitu ke kanan. Di sini kita sudah memasuki Desa Wisata Pujon Lor.
Desa wisata ini tertata rapih. Jalannya agak kecil dan terlihat ramai, dan macet ketika kami kembali dari Sumber Pitu dengan banyaknya bis-bis pariwisata. Di kiri kanan banyak terdapat tempat makan, toko cendera mata dll. Jalan ini juga mengarah ke Kediri dan Blitar. Memasuki gerbang desa Pujon Kidul tidak beberapa jauh setelah belokan menurun di sebelah kiri terlihat ucapan selamat datang di Desa Wisata Pujon Kidul.
Gerbang desa
Memasuki jalan desa, kondisi jalan masih bagus, beraspal. Terlihat di kiri kanan banyak kebun apel dengan pemandangan perbukitan di kejauhan, sangat indah apalagi cuaca sedang cerah. Ini juga banyak ditawarkan wisata petik apel.
Sampai di ujung jalan beraspal, kami memasuki daerah hutan lindung. Kondisi jalan sudah sangat jelek, berupa tanah merah, dan tak heran karena lokasi ini adalah lokasi wisata offroad. Kondisi jalan yang kadang berlumpur dan kadang licin membuat penumpang kadang-kadang harus turun. Karena banyak menemui persimpangan kita harus tetap mengikuti papan petunjuk arah yang di sediakan.
Salah satu view di perjalanan
Kondisi jalan yang hancur
Di titik terakhir sampailah kami di parkiran motor yang juga lokasi perkemahan. Ada beberapa tenda saat kami datang dan pengunjungnya sudah duluan jalan ke Sumber Pitu. Terdapat beberapa warung disini dan sekaligus yang jaga loket. Untuk tiket masuk kita hanya bayar Rp.5.000 dan parkir Rp. 5.000.
Sampai di lokasi parkir
Karena masih sangat pagi, jam 7.30, kami sarapan dulu dengan mie instan yang dibikin oleh bapak yang jaga. Sambil ngolor ngidul sampai dapat info katanya ada curug yang baru buka di sekitar sana yang membuat kami penasaran dan ingin mengunjunginya abis dari sini.
Sekitar jam 8 kami mulai trekking, mengikuti jalan setapak. Oh iya, di sini pohonnya dipenuhi dengan pohon Eucalyptus bukan pinus ya, yang konon katanya pinus itu kurang bagus buat lingkungan karena menghabiskan banyak air tanah. Jalan setapak yang kami ikutin berada di sisi tebing yang di sebelah kanannya berupa lembah yang sangat dalam. Terlihat perbukitan dan kota Batu dari kejauhan.
Jalur trekking
Jalur trekking
Terus mendaki sampai habis area pepohonan Eucalypthus kemudian memasuki area perkebunan dan reruputan. Karena areanya terbuka dan tinggi terlihat pemandangan yang menakjubkan. Pemandangan ini terus dapat kita nikmati hingga bertemu deretan pohon-pohon mati bekas terbakar. Meskipun mati, pepohonan ini memberikan nuansa lain dan eksotik.
Jalur menuju Sumber Pitu
Tempat beristirahat
Selanjutnya kembali mengikuti jalan setapak sepanjang sisi tebing dan kemudian menuruni bukit hingga ke lembah.
Salah satu view menuju Sumber Pitu
Sampai di bawah terlihat satu air terjun, air terjun ini tunggal, inilah yang namanya Sumber Siji (Coban Siji). Coban ini adalah aliran dari Coban Papat yang berada di atasnya, sumber airnya berasal dari celah bebatuan. Jadi bisa dibilang ini adlah hulu dari sebuah aliran sungai. Aliran dari Sumber Siji ini menyatu dengan aliran dari Sumber Pitu yang mengalir dari sebelah kiri. Karena ada pengunjung (yang berkemah tadi malam) maka kami melanjutkan ke Sumber Pitu terlebih dahulu.
Akhirnya sampai ke area Sumber Siji
Sebenarnya dari bawah sudah terlihat Sumber Pitu yang airnya mengalir dari bebatuan di tebing-tebing. Untuk mendekati air terjun, kami harus melewati jalan setapak, di lembah sempit dan tangga-tangga tanah yang lumayan terjal. Di sediakan pegangan berupa tali sepanjang tebing. Sekitar 100 meter mendaki kita akan berada langsung di bawah air terjun.
Trek dari Sumber Siji ke Sumber Pitu
Berada di depan Sumber Pitu
Meskipun namanya Sumber Pitu yang artinya sumber mata air yang keluar dari celah bebatuan yang berjumlah tujuh, namun kalau dihitung banyak sekali air terjunnya, lebih dari tujuh. Terlihat pemandangan kontras di bebatuan tebing, berwarna coklat di atas air terjun dan berwarna hijau di area jatuhnya air karena di tumbuhi tanaman menjalar. Air terjun ini mengingatkan saya pada Air Terjun Benang Kelambu di Lombok. Rangkaian air terjun ini membentuk laksana tirai air. dan tak dapat diragukan lagi, air di sini sangat jernih, bening dan sangat dingin, dan dijadikan sumber air warga dan ini terlihat adanya saluran pipa dan bak penampungan. Jadi kalau kalian berkunjung kesini harap menjaga kebersihan lingkungan di sini. Dan untunglah di area dan di sepanjang jalan ke sini tidak ada penjual makanan dan minuman sehingga relatif bersih.
Sumber Pitu
Sumber Pitu
Sumber Pitu
Selanjutnya ke Sumber Papat. Air terjun ini tersembunyi di balik bukit sebelah kanan. Untuk kesana kita harus melewati jalan setapak ke sisi kanan memutar bukit. Dari atas bukit sini kita bisa melihat Sumber Pitu dari atas. Hanya sekitar 150-200m kita akan bertemu dengan Sumber Papat.
Sama seperti Sumber Pitu, Sumber Papat juga airnya berasal dari air yang keluar dari celah bebatuan. Sumber Papat bearti ada 4 sumber mata air. Hanya saja, area sekitar air terjun tidak dibersihkan sehingga terkesan terbengkalai dipenuhi tanaman. Dan di sini ada makam dan musholla kecil, saya tidak tahu apakah ini petilasan atau makam  orang yang dituakan, tapi yang membuat heran, lokasinya sangat jauh dari pemukiman dan berada di puncak bukit dan hutan. Karena merasa tidak nyaman kami buru-buru meninggalkan lokasi ini.
Sumber Papat
Selanjutnya kembali ke Sumber Pitu dan mengambil beberapa foto dan selanjutnya ke Sumber Siji. Sampai di Sumber Siji, sudah tidak terlihat pengunjung jadi kami bisa bebas mengambil beberapa foto. Jam 10.30 kami meninggalkan lokasi Sumber Pitu dan sampai kembali ke parkiran sekitar jam 12.00.
Sumber Siji/Grojogan Siji
Sumber Siji/Grojogan Siji

Labels: , , , , , , , ,

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo

Mengunjungi Malang-Lumajang untuk kedua kalinya, tapi petualangan kali ini kami menunjungi Air Terjun Madakaripura di Probolinggo. Kunjungan pertama yaitu pada tanggal  17-22 Agustus 2018. Petualangan kali ini dimulai tanggal 12-18 Januari 2019. Sebenarnya 12-20 Januari tapi 2 hari terakhir ada yang sakit jadinya kita gak kemana-mana.
Di temani Revan dan Noey kami naik Kereta Api Gajayana dari Gambir sekitar jam 5.40 sore dan ini adalah perjalanan pertama saya menggunakan kereta api ke daerah jawa, paling jauh cuman ke Bandung hehehe. Ternyata tiket kereta ke Malang lumayan mahal Rp. 650.000 padahal sebulan sebelumnya sekitar Rp. 450.000.
Dari kantor langsung ke Gambir dan terlihat antrian panjang di mesin pencetak karcis buat yang sudah pesan online. Meskipun sudah ada barcode dan tinggal di scan dan langsung keluar karcis tapi mayoritas calon penumpang masih mengetik manual sehingga antrian jadi panjang. Sesudah mengeprint karcis kamipun naik ke lantai atas menunggu kereta. Dan kereta datang dan berangkatnya ontime.
Suasana di kereta Gajayana
Suasana di kereta terasa nyaman dan toiletnya lumayan bersih. Hanya saja karena perjalanan malam kita tidak bisa melihat pemandangan keluar. Waktu tempuh dari Stasiun Gambir ke Stasiun Malang sekitar 15 jam dan berhenti di kota-kota seperti Cirebon, Jogja, Madiun,Kediri, Blitar etc (hanya itu yang bisa saya ingat karena kebanyakan tidur). Memasuki kabupaten Malang sudah mulai pagi dan barulah terihat pemandangan di  2 jam terakhir. Terlihat pemandangan pegunungan, persawahan dan lembanh-lembah dalam serta menyaksikan matahari terbit.
View dari jendela kereta
Sampai di stasiun Malang lewat jam 9 pagi. Dari stasiun kami langsung menuju tempat penyewaan motor yang sudah kami pesan sebelumnya. Harap di catat, di stasiun ini dilarang beroperasi ojeg atau taksi online dan penyewaan. Setelah mendapatkan 2 motor dengan sewa Rp 80.000 untuk Vario dan Rp. 70.000/24 jam untuk Beat, kami langsung menuju Batu. Di tengah perjalanan kami istirahat di warung makan depan Universitas Muhammadiyah.
Jarak dari Malang ke Batu sekitar 1 jam. Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari lokasi penginapan yang sebelumnya kami booking di daerah Songgoriti. Sampai di Songgoriti sekitar jam 12 siang, setelah telponan dengan pemilik penginapan akhirnya kami menemukan lokasi nya. Penginapannya sangat sederhana dengan tarif Rp. 125.000/malam tanpa AC dan air panas (di sini udaranya sangat dingin).
Habis zuhur kami berangkat menuju Coban Rondo dan Labirin yang berada di Pujon, lokasi wisata yang lumayan dekat dengan Songgoriti dengan jarak sekitar 6km. Jalan menuju Coban Rondo sangat mulus, hanya saja penuh belokan/tikungan tajam. Melewati perbukitan dengan pohon-pohon pinus dengan pemandangan kota Batu.
Jalur menuju Coban Rondo
Sampai di loket Coban Rondo kami membayar biaya masuk terusan Rp. 35.000 (Coban dan Labirin) serta biaya parkir Rp. 4.000, jadi di dalam kita gak usah bayar parkir lagi. Pertama-tama kita menemukan wana wisata Labirin tapi kami lanjut terus menuju Coban Rondo yang berjarak sekitar 2km.
Pintu masuk Coban Rondo
Di tengah perjalanan terlihat plang penunjuk arah ke Coban Tengah namun sayang berdasarkan info, harus pakai guide karena lokasiny jauh dan aksesnya juga semi offroad. Sampai di parkiran, terlihat banyak sekali pengunjung hari itu, maklum weekend.
Landmark Coban Rondo
Di sepanjang pinggiran parkiran berjejer warung-warung yan menjual aneka makanan dan minuman serta cendera mata. Dari parkiran ke air terjun jaraknya sangat dekat, hanya beberapa puluh meter saja berjalan sudah kelihatan coban ini yang mempunyai keinggian sekitar 80m. Nah pasti ada yang nanya kenapa namanya Coban Rondo (Janda)?, ini ada sejarahnya, kisah cinta yang beakhir tragis, kalian bisa baca di Wikipedia berikut.
Coban Rondo
Coban Rondo
Di sini tersedia taman-taman dengan bangku-bangku dan saung tempat beristirahat. Ada juga jembatan di sungai yang bisa dipakai untuk berselfie dengan latar belakang air terjun. Di seberang sungai, melewati jembatan terdapat rumah pohon/pelataran yang dipakai untuk spot selfie dengan latar air terjun.
Salah satu spot foto
Salah satu spot foto
Hanya saja, sekarang sudah dilarang untuk mendekat ke air terjun, dalam jarak sekitar 50m sudah dipasang barikade dan tanda dilarang mendekat. Dan ini beralasan karena pas kami berada di sini tiba-tiba ada batu longsor dari tebing. Gak terbayang kan kalau ada pengunjung yang berada di bawahnya, pastilah sangat fatal akibatnya kalau tertimpa reruntuhan tebing.
Sedang asik berfoto, tiba-tiba hujan, dan sesuai himbauan, semua pengunjung harus menjauh dari area coban. Menunggu hujan reda sekalian istirahat dan menikmati sempol, yaitu makanan tradisional berupa daging tumbuk yang di kasih tepung, dibuat seperti sate, di goreng dan dimakan dengan aneka saus. Harganya tidak mahal cukup Rp. 1.000/tusuk.
Masih gerimis, kami melanjutkan perjalanan ke Labirin. Jalanan tertutup dengan kabut, jarak pandang sangat dekat.  sampai di lokasi, Revan dan Noey ke parkiran sementara saya menunggu dekat labirin.
Buat kalian yang belum tau apa itu labirin..... labirin adalah sebuah sistem yang berliku-liku dan simpang siur yang mengarah ke titik tengah. Nah di sini labirinnya berupa taman yang ditengahnya terdapat air mancur kecil. Untuk bisa ke tengah kalian perlu teman yang mengarahkan dari tower yang ada di pinggir labirin, kalau gak, bisa-bisa kalian berputar-putar tidak karuan. Atau bisa juga, teman kalian berbuat usil menunjukkan jalan yang salah hahahha. Di sini, Revan dan Noey yang masuk ke Labirin dan saya yang memberi arahan dari tower.
Labirin Coban Rondo
Di dekat sini juga terdapat spot foto, berupa kotak-kotak persegi, berwarna-warni yang disusun seolah-olah membentuk optical illusion. kalian bisa berfoto-foto di sini, tenang aja gak usah bayar !!!.
Dengan aneka permainan yang ada di wana wisata ini, tidak salah Coban Rondo menjadi salah satu favorit warga untuk menghabiskan weekend. Jia kalian ke Batu/Pujon, jangan ewatkan spot yang satu ini!
Salah satu spot foto

Baca juga link terkait:
- Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Coban Ciblungan (kunjungan kedua
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
- Coban Srengenge dan Coban Gintung 
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar 
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Kaca dan Coban Rais
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu 

Labels: , , , , , ,