Saturday, July 21, 2018

Desa Wisata Ciasihan Bagian 5: Curug Geblug

Mendengar nama Curug Geblug mungkin masih berasa asing bagi para pecinta curug ataupun traveler dari Bogor dan sekitarnya. Ini dikarenakan belum dibukanya akses resmi ke curug ini dan dalam waktu dekat akan dibuka akses dari Gunung Bunder/Salak Endah. Kalau dari Desa Ciasihan kita akan menempuh trek yang lumayan ekstrim dan cocok buat petualang karena curug ini jauh berada di atasnya Curug Kiara yang sudah lebih dulu dibuka apalagi dari Curug Ciparay dan Curug Seribu. Jadi untuk kesini memerlukan guide yang hafal trek ke Curug Geblug (kecuali kamu pernah ke sini sebelumnya).
Petualangan kali ini saya ditemani oleh Revan, Noey dan Betta. Sebelumnya kami berlima minus Lia pernah menjelajah Pulau Bangka selama 3H2M. Janjian jam 7 pagi yang molor 30 menit di depan Hermina kamipun berangkat menggunakan 2 motor. Karena sudah agak siang jalanan mulai macet, untuk di bonceng sama Valentino “Revan” Rossi jadi bisa selap-selip di antara kemacetan.
Karena sudah sering melewati jalur ke Desa Ciasihan jadi tidak perlu lagi saya jelaskan secara detil silahkan baca di blog di bawah. Di tengah perjalanan saya baru mendapatkan guide untuk jelajah curug ini melalui IG @curugkiara (Kang Rosad).
Sampai di Ciasihan (Kampung Riana), gerbang masuk kawasan ternyata sudah pindah lebih ke depan. Biaya masuk kawasan Rp. 10.000/orang dan motor Rp. 10.000. Dan kami langsung ke rumah orang tuanya Kang Rosad yang ada di depan pamflet wisata Curug Kiara. Setelah parkir, kami bertemu bapak nya kang Rosad dan di sepakati biaya guide Rp. 50.000/orang dan kami dikasih 2 orang guide ( adik-adik nya kang Rosad karena beliau sedang keluar) yaitu Robby dan Asep.
Jam 9.30 kami mulai trekking. Dari parkir kami mengambil jalan lurus hingga sampai di pos lama dekat curug buatan (aliran irigasi) kemudian naik bukit hingga mencapai jalur irigasi. Menyusuri saluran irigasi yang berada dipinggir tebing ini, pertama-tama kami melewat gerbang Curug walet yang baru sekitar sebulan di buka (akan dikunjungi setelah dari Curug Geblug). Tidak jauh dari gerbang Curug Walet kami melewati gerbang Curug Kiara yang sudah 2x saya kunjungi. 
Mulai trekking
Melewati jalan setapak di pinggir gerbang Curug Kiara kemudian kami turun hingga mencapai sungai yang juga aliran Curug Kiara dan Walet. Setelah menyeberang jembatan kayu yang terlihat semakin rapuh kami mengambil jalur kanan (jalur kiri adalah jalur lama ke Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari. Dari sini kami melewati ladang, salah satunya ladang tebu telor yang bunganya untuk dijual sebagai lalapan atau untuk sayur. Sempat mencoba, ternyata rasanya enak dan bisa buat mengganjal perut.
Tebu telor
Trek awal
Trek awal
Trek awal
Trek awal
Melewati ladang, kami mulai memasuki hutan tapi masih terlihat jalan setapak. Jalur nya masih jalur rata dan kita bisa jalan santai. Beriringan, Asep berada di depan dan Robby di belakang sementara kami berempat berada di tengah.
 
Berakhirnya jalur rata ini, kami sampai di sisi bukit. Mulai dari sini jalurnya menurun dengan kemiringan yang lumayan ekstrim. Anggap saja sedang mendaki/menuruni gunung, hanya saja jalur disini nyaris tidak terlihat. Kami harus mencapai sungai yang ada di lembah jauh dibawah sana. Menuruni bukit yang kadang-kadang sisi tebingnya tidak terlihat karena tertutup semak, memerlukan kewaspadaan, kalo perlu harus ngesot hahahahah.
Trek menurun menuju sungai
Trek menurun menuju sungai
Terjatuh
Trek menurun menuju sungai
Nanti bertemu perigaan ‘virtual’ atau pertigaan semu yang gak kelihatan hahahha. Ke kiri mengarah ke Curug Kembar dan kanan ke Curug Geblug. Karena jarang sekali manusia melewati jalur ini, kalau tidak ada guide dijamin nyasar hahahaha. Juga mengikuti jalur ini siap-siap berpegangan pada akar pohon, kayu ataupun perosotan di batu besar sehingga pakaian dijamin kotor. Juga perlu diingat, jalur ini bertanah gembur dan rawan longsor, dan sempat juga sebuah batu besar longsor karena diinjek Robby. Juga kami menemukan beberapa sumber mata air yang bisa untuk minum.
Sumber mata air
Hampir 2 jam trekking akhirnya kami sampai di bawah, di aliran sungai. Seolah-olah mengucapkan selamat datang, di bawah kami di sambut oleh sebuah air terjun, hilang semua capek..... Meski kecil tapi curug ini ada 3 undakan yang berada di sisi bukit dan jatuh ke sungai yang merupakan aliran dari Curug Geblug. Bebatuan di sini berwarna coklat kemerahan yang bearti mengandung sulfur atau alirannya melewati kawah. Tapi airnya tentu saja sangat jernih, bening dan dingin. Kami menamakan curug ini, Curug Ketjeh 1 hehehehe.
Curug Ketjech 1
Curug Ketjech 1
Curug Ketjech 1
Curug Ketjech 1
Sekitar Curug Ketjech 1
Melanjutkan ke Curug Geblug, memakan waktu sekitar 15 menit lagi susur sungai. Namanya susur sungai tentu saja mengikuti alur sungai, melewati bebatuan besar dan arus. Satu kali menyeberangi sungai kemudian menyusuri sisi kiri akhirnya memanjat sisi bukit dan akhirnya sampai di jalur yang yang sedang dibersihkan (jalur ke Gunung Bunder). Dari sini cuman beberapa meter sudah sampai di Curug Geblug. Dan waktu menunjukkan jam 11.30 artinya kami menghabiskan waktu 2 jam untuk sampai ke sini. 
Trek dari Curug Ketjeh 1 ke Curug Geblug
Trek dari Curug Ketjeh 1 ke Curug Geblug
Trek dari Curug Ketjeh 1 ke Curug Geblug
Trek dari Curug Ketjeh 1 ke Curug Geblug
Trek dari Curug Ketjeh 1 ke Curug Geblug
Curug Geblug bersembunyi di balik tebing batu. Tinggi curug sekitar 10-15 meter, mempunyai debit yang besar padahal di musim kemarau. Pastilah debitnya akan sangat besar jika kami datang di musim hujan. Mempunyai leuwi/kolam yang luas yang dikelilingi tebing tegak lurus, tak dapat dipungkiri menjadikan salah satu curug favorit yang jarang dikunjungi. Hanya saja, sayang ada coretan-coretan di bebatuan besar seakan-akan pengunjung sebelumnya ingin menunjukkan eksistensinya di sini.
Curug Geblug
Curug Geblug
Berfoto di Curug Geblug
Berfoto di Curug Geblug
Selain mengambil foto dari depan, kita juga bisa mengambil foto dari sisi tebing sebelah kiri tapi hati-hati jangan sampai selfie nya kebablasan mundur ke belakang. Dari sisi kanan kita akan berada di bawah tetesan-tetesan air yang jatuh dari atas. 
View dari sisi kanan
View dari sisi kanan
 Karena sudah menunjukkan hampir tengah hari kami memasak air untuk kopi dan mie instan. Cukup untuk mengganjal perut. 
Masak mie instant
Di curug ini kami tidak berenang karena berencana berenang di curug selanjutnya, di Curug Kembar atau Curug Walet. Setelah puas mengambil foo, membereskan peralatan masak dan membersihkan sampah sekalian sampah-sampah yang ditinggal oleh pengunjung sebelumnya, kami melanjutkan perjalanan ke Curug Kembar.
Trek pulang sambil bawa sampah
Baca juga:
- Curug Kembar dan Curug Walet
- Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari
- Curug Kiara
- Curug Cikuluwung Herang dan Curug Emas
- Curug Saderi, Curug Batu Sirep/Curug Batu Alam, Curug Kembar/Curug Tebing dan Curug Hordeng 
- Curug Saderi dan Curug Cimanglid
- Curug Cikawah dan Curug Gleweran

Labels: , , , , , , , , , , , ,

Wednesday, March 7, 2018

Desa Wisata Ciasihan Bagian 4 : Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari

Setelah dari Curug Kiara, kami melanjutkan ke Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari yang berada di satu jalur.
Menuju curug-curug tersebut kami harus balik dulu ke pertigaan Curug Kiara-Curug Bendungan. hanya beberapa meter dari pertigaan ada jalan setapak menuju ke arah aungai. Hanya berjarak sekitar 100m kita sudah sampai di sungai, kemudian menyeberangi sungai melalui jembatan kayu. Di ujung jembatan langsung ambil jalan ke kiri. Jalannya pada saat itu masih jalan setapak dan basah. Menyusuri bukit dipinggir sungai terdengar suara-suara pengunjung di Curug Kiara. Habis jalan setapak kemudian kami menemukan jalan berbatu yang sedang dikerjakan. Jadi sebenarnya jalur ini belum di buka resmi hehehehe. Terlihat beberapa pekerja jalan yang sedang istirahat , mereka memberi tahu lokasi curug yang ada di depan.
Nah, habis jalan  berbatu yang belum selesai dikerjakan, selanjutnya kami memasuki jalan Tanah tapi dikiri kanannya sudah mulai dibersihkan. Kemudian melewati jalan yang lumayan licin menurun menuju sungai. Nah sampai di sungai yang sangat jernih dan dingin ini, di sebelah kanan di kejauhan terlihat Curug Batu Ampar.
Untuk mencapai curug ini kita harus berjalan sekitar 50 meter. Curugnya tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 5-6 meter. Tapi curug ini sangat lah istimewa karena masih sangat alami dan berada di hulu sungai Cikuluwung. Sudah terbayang kan jernih dan dingin airnya???.
Curug Batu Ampar
Curug Batu Ampar
Curug Batu Ampar
Walaupun hujan dan dingin, tidak menghalangi teman-teman untuk menceburkan diri menikmati curug ini. Kebetulan juga leuwi nya tidak terlalu dalam, hanya sedada, jadi pas sekali untuk bermain air.
Curug Batu Ampar
Curug Batu Ampar
Curug Batu Ampar
Curug Batu Ampar
Karena sudah mulai sore, sebagian besar rombongan kembali. Sementara saya, Revan dan Kang Dani menyusuri sungai, melihat mencari lokasi curug lainnya. Bebatuan sepanjang sungai ini sangat licin, karena jarang sekali di lewati. Bebatuannya sangat unik, seperti tersusun, dan banyak terdapat lobang-lobang. Perjalanan  berhenti di sebuah leuwi cantik dengan beberapa curugnya. Airnya tidak terlalu dalam.
Curug Batu Susun (atas)
Curug Batu Susun (atas)
Persis di bawah curug kecil ini terdapat curug yang agak tinggi. Karena berupa tebing 90 derajat jadi kami hanya bisa menikmati dari atas, nah area inilah yang disebut Curug Batu Susun.
Curug Batu Susun
Curug Batu Susun
Curug Batu Susun
Selanjutnya kami menuju curug terakhir, Curug Bidadari. Rute curug ini, kami harus kembali ke pertigaan sebelum turun menuju Curug Batu Ampar. Kami mengambil jalur ke kiri, ke jalan yang menanjak. Jalannya masih alami, belum dipersihkan, tapi bisa terlihat jalur setapak. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan Abay dan Putri, yang ternyata baru kembali. Menuruni bukit untuk ke sungai, kami sudah melihat Curug Bidadari.
Debit air di Curug Bidadari ini lumayan besar tapi leuwinya tidak terlalu dalam. Di bawah terdapat bebatuan yang membentuk curug-curug kecil. Hanya beberapa meter kemudian langsung jurang menganga, nah jatuhan air di tebing inilah yang disebut Curug Ciparay. Jadi sangat riskan dan berbahaya sekali bermain di area bawah curug ini.
Curug Bidadari
Curug Bidadari
Curug Bidadari
Di sini, hujan mulai lebat. Kami pun menuju atas, ke area curug. Masih ada beberapa foto session buat Revan dan Kang Dani hahahhaha.
Curug Bidadari
Curug Bidadari
Setelah puas di area curug ini, dalam suasana hujan kamipun kembali ke titik berkumpul, yaitu parkiran dekat masjid. Setelah pada ganti pakaian dan sholat kamipun konvoi kembali pulang.
============
Catatan:
Setelah 3 kali kunjungan ke Desa Ciasihan, jadi saya mendapatkan kesimpulan mengenai curug-curug di sini. Aliran Curug Cikuluwung Herang/Bendungan selanjutnya ke Cirug Kiara, selanjutnya mengalir ke sungai yang ada di samping Curug Ciparay. Sementara itu di aliran lain, Curug Ciparay sendiri adalah aliran dari Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun hingga Curug Bidadari. Aliran ke dua sungai ini masih bisa diminum airnya. Selanjutnya kedua aliran sungai ini bertemu di area Curug Ciparay, selanjutnya bercampur dengan aliran Curug Muara Herang yang sudah tercemar belerang. Selanjutnya sungai ini menuju Curug Seribu. Karena sungainya sudah tercemar belerang makanya bebatuannya berwarna kecoklatan, sementara hulu sungai Cikuluwung berwarna hitam dan berlumut.

Link terkait:
- Curug Kiara
- Curug Cikuluwung Herang dan Curug Emas
- Curug Saderi, Curug Batu Sirep/Curug Batu Alam, Curug Kembar/Curug Tebing dan Curug Hordeng 
- Curug Saderi dan Curug Cimanglid
- Curug Cikawah dan Curug Gleweran

Labels: , , , , , , , , , , ,

Tuesday, March 6, 2018

Desa Wisata Ciasihan Bagian 3. : Curug Cikuluwung Herang (Curug Bendungan) dan Curug Kiara

Setelah mengunjungi Curug Kiara minggu sebelumnya tanggal 27 Januari. Minggu depannya 4 Februari 2018 saya kembali ke Desa Ciasihan. Kali ini bareng teman-teman dari Traveler-Backpacker (TRACK) Kaskus Regional Bogor. Terakhir kamu jalan bareng ke Puraseda, hunting Curug dari Curug Cikoneng sampai Curug Salawe.
Berangkat pagi ternyata di jalan dari rumah ke tempat berkumpul di depan IPB Dramaga, hujan sangat lebat. Sempat istirahat sebentar di SPBU dan mengisi bensin, akhirnya perjalanan lanjut. Terkumpul ada 16 orang  yang berkumpul disusul Kang Danny yang gabung kemudian, jadi total peserta jadi 17 orang dengan menggunakan 10 motor.
Mampir di minimarket buat membeli bekal
Karena jalur yang kami lewati sudah sering di bahas di blog-blog sebelumnya termasuk ke Ciasmara, jadi tidak saya ceritakan dengan detail. Sampai di Desa Ciasihan, dipertigaan Ciasihan-Cibatok-Cemplang, kami menunggu Kang Danny, setelah terkumpul, kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi, saat itu suasana gerimis.
Sampai di loket wisata, kami membayar tiket masuk Rp.5.000 per orang. Kemudian dilanjutkan ke lokasi parkir di area masjid. Dari parkir, dilanjutkan trekking sekitar 200 m. Kabut tebal menyelimuti perjalanan kami.
Cuaca berkabut
Cuaca berkabut
Sampai di loket pembayaran, ternyata tiketnya naik dari Rp. 10.000 minggu lalu menjadi Rp. 20.000. Mau gak mau kami tetap membayar meski protes karena naik 100% dalam rentang 1 minggu.
Setelah membayar tiket masuk, kami melanjutkan perjalanan. Menyusuri sisi bukit sepanjang jalur irigasi, kita harus extra hati-hati. Di sisi kiri dimana terdapat jurang di selimuti kabut sehingga kita juga tidak bisa melihat Gunung Salak.
Trek melewati saluran irigasi
Trek melewati saluran irigasi dengan Susana kabut
Tujuan pertama yaitu (kembali lagi) ke Curug Cikuluwung Herang (sekarang di sebut Curug Bendungan). Jalan beriringan sekitar 30 menit kami sampai di bendungan yang diselimuti kabut tebal. Tapi tetap bisa berfoto bersama hehehehe...
Sampai di irigasi Cikuluwung
Lanjut sekitar 50 meter kami sampai ke curug. Gak menunggu lama, meski kondisi sangat dingi, semua menceburkan diri ke kolam.
Curug Cikuluwung
Awalnya saya tidak berniat berenang di sini, tapi melihat Kang Dani dan Lukman berang dan naik ke tebing saya pun ikut-ikutan naik. Perlu keberanian dan bantuan untuk bisa naik ke atas.
Naik ke tebing
Naik ke tebing
Naik ke tebing
Naik ke tebing
It's me...!!!!
Awalnya cuman naik di tebing bagian bawah dan loncat-loncat ke kolam. Tapi pas Lukman dan Kang Danny ke atas, ternyata ada curug di atasnya. Saya pun ikut ke atas, tapi harus melewati curug yang berarus deras. Harus hati-hati, kalo gak, bisa ke bawa arus dan jatuh ke kolam. Di atas, curugnya gak terlalu tinggi, tapi kolamnya luas dan gak terlalu dalam. Di sini, kabut nya tebal di banding di bawah. Nah, jika kalian ke sini, coba lah ke curug di atasnya, hanya saja perlu sedikit usaha.
Curug di atas Curug Bendungan
Curug di atas Curug Bendungan
View dari atas
View dari atas
Dari atas, cara cepat kembali lagi tentu saja dengan cara loncat. Cobalah loncat dari sisi yang lebih tinggi, pasti lebih seru.
Setelah puas berenang di curug, kami melanjutkan ke Curug Kiara.Rute yang di tempuh sama dengan rute ke curug ini. Jadi kita balik lagi hingga ada petunjuk arah ke Curug Kiara. Dari jalur irigasi ke Curug Kiara sekitar 50m. Selanjutnya turun melewati tangga vertical. hati-hati turun di sini, lambat-lambat asal selamat. Di bawah sudah ada beberapa rombongan yang sedang mengambil foto. Begitu kita datang, langsung suasana jadi rusuk, kami yang memang sudah basah-basah langsung menceburkan diri. Melewati leuwi yang tidak terlalu dalam, kami menyeberang ke atas, ke curug utama. Di curug utama, tidak ada yang berani masuk karena tidak terlalu luas dan arusnya deras. kami hanya berada di bebatuan besar di sekitaran curug mengambil bebrapa foto.
Curug Kiara
Curug Kiara
Curug Kiara
Curug Kiara
Selanjutnya kami banyak berenang di aliran bawah yang leuwinya tidak terlalu dalam dan dikeliling tebing eksotis.



Puas berenang, kami pun menyiapkan makan siang. Ada yang memasak mie, pizza, brondong dan roti.Gak usah heran ya, kok sempat-sempatnya memasak pizza hehheh. Terima kasih sama Putri yang udah menyiapkan semuanya 😃.
Makan siang
Asyiknya rame-rame...
Asyiknya rame-rame...
Berada di luar air, ternyata membuat badan malah menggigil hehhehe. Dan meski cuaca tidak mendukung, pengunjung malah bertambah. Selesai menyantap makanan, beres-beres dan bersih-bersih (ini harus!!!), kami pun melanjutkan perjalanan menuju Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari.

Link terkait:
- Curug Geblug
- Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari
- Curug Kiara
- Curug Cikuluwung Herang dan Curug Emas
- Curug Saderi dan Curug Cimanglid
- Curug Cikawah dan Curug Gleweran

Labels: , , , , , , , , , , ,