Tuesday, July 24, 2018

Desa Wisata Ciasihan Bagian 6: Curug Kembar dan Curug Walet


Curug Geblug
Dari Curug Geblug, kami melanjutkan perjalanan ke Curug Kembar. Susur sungai hingga mencapai Curug Ketjeh 1 ada dua pilihan. Naik lagi menyusuri trek awal hingga pertigaan kemudian turun lagi ke Curug Kembar atau susur sungai. Kami memilih susur sungai karena treknya lebih pendek.

Kurang dari 200m susur sungai kemudian kami sampai ke sebuah leuwi yang airnya dalam dan tenang. Untuk melewatinya kita harus berenang, tapi di sisi tebing sebelah kiri ada jalan setapak setapak dan harus memanjatnya. Sampai di atas kita akan bertemu area landai, jadi bisa jalan santai tapi ingat di bagian kiri adalah tebing dimana dibawahnya adalah sungai dari aliran Curug Geblug.
Ketemu leuwi yang cantik
Jalur ke atas di sisi leuwi
Sampai di Curug Kembar, terlihat area sekitarnya sudah dirapihkan dan terlihat juga akses baru dari Gunung Bunder menuju Curug Geblug. Curug Kembar ini mengalir jatuh dari tebing bukit yang ada di seberang. Terdapat 2 curug sehingga disebut Curug Kembar. Meskipun tinggi tapi sayang debit airnya tidak terllau besar. Berbeda dengan foto yang diperlihatkan oleh guide kami ketika debit airnya besar. 
Curug Kembar
Curug Kembar

Curug Kembar
Sungai yang mengalir di area curug sangat unik, di kelilingi oleh tebing dan membentuk lembah/ngarai. Untuk turun ke bawahnya, kami mengambil sisi kanan. Hati-hati karena kalau terpelesat bisa fatal karena di bawah banyak bebatuan. Melewati sedikit leuwi yang lumayan dalam, kami sampai di tengah ngarai mini. Di sini kita bisa perosotan di bebatuannya dan dibantu oleh arus yang lumayan deras. Juga ada kolam-kolam yang bisa dipakai untuk berenang dan bermain air. 
Berenang di aliran sungai
Curug Kembar
Curug Kembar
Curug Kembar
Berenang di aliran sungai
Berbeda dengan air sungai yang sudah mengandung sulfur, air yang jatuh dari Curug Kembar terasa sangat dingin dan bisa diminum.
Di bawah Curug Kembar
Ngarai mini
Ngarai mini
Ngarai mini
Di aliran bawah terdapat pohon besar yang sudah roboh. Akibat arus air yang melewatinya, terbentuk semacam seluncuran, dimana air sungai mengalir melewati batang pohon tersebut. Unik… !!!. Hati-hati buat yang tidak bisa berenang karena kolam di bawah pohon ini sangat dalam.
Seluncuran di batang pohon
Seluncuran di batang pohon
Sudah jam 2.30, kamipun harus melanjutkan perjalanan karena kalau sudah main air pasti jadi lupa waktu. Trek balik, kami menyusuri sungai lagi. Menuju ke arah hulu sekitar 100-meter bertemu denga curug yang lumayan besar melewati bebatuan besar. Kami menyebutnya Curug Ketjeh 2 hahahaha. Dari curug ini kami naik bukit, melewati setapak dengan sesekali menebas semak karena menghalangi jalan.
Curug Ketjeh 2
Curug Ketjeh 2
Sepanjang jalan pulang, kami mapir di mata air untuk sekedar melepas dahaga, dan lagi-lagi, makan tebu telor untuk mengganjal perut.

Trek pulang dari Curug Kembar
Trek pulang dari Curug Kembar
Trek pulang dari Curug Kembar
Trek pulang dari Curug Kembar
Menikmati air dari alam
Menikmati air dari alam
Tebu Telor
Curug Walet
Singkat cerita kami sampai di gerbang Curug Walet, sudah sore, hampir jam 4. Karena sudah sampai di sini tidak ada salahnya mampir sebentar supaya tidak penasaran. Sudah tidak terlihat pengunjung ataupun penjaga di loket Curug Walet. Oke, kami berempat plus Asep menuju Curug Walet.
Gerbang Curug Walet
Oh iya, tadinya saya pikir ke Curug Walet sama seperti ke Curug Kiara, karena berada persis di bawahnya. Tapi ternyata berbeda hahahaha. Setelah menuruni tangga kemudian menyusuri setapak yang berbelok di sisi tebing hingga mencapai sungai.
Trek awal menuju Curug Walet
Trek awal menuju Curug Walet
Trek awal menuju Curug Walet
Trek awal menuju Curug Walet
Di bawah kita harus melewati jembatan kayu untuk mencapai seberang. Tidak jauh dari jembatan terlihat curug kecil yang dinamakan Curug Kanteh Payung.
Menyeberangi sungai
Curug Kanteh Payung
Curug Kanteh Payung
Dari Curug Kanteh Payung kita masih harus susur sungai sekitar 15 menit. Suasana di lembah ini begitu senyap dan temaram ditambah lagi karena sudah sore.
Trek dari Curug Kanteh Payung ke Curug Geblug
Trek dari Curug Kanteh Payung ke Curug Geblug

Trek dari Curug Kanteh Payung ke Curug Geblug
Begitu sampai di Curug Walet terlihat pemandangan yang begitu menakjubkan. Terlihat air terjun yang jatuh melewati tebing-tebing dan membentuk 3 undakan. Di undakan bawah terlihat kolam yang begitu bening berwarna hijau tosca.
Curug Walet
Curug Walet
Curug Walet with Noey dan Revan
Curug Walet tingkat 3
Curug Walet tingkat 3
Untuk mencapai undakan atas, kita harus naik melewati tangga hingga mencapai undakan 2. Terdapat curug yang lebih kecil dari undakan 3. Terdapat juga kolam di bawah curug kedua ini yang tak kalah bagusnya dengan curug di bawah.
Curug Walet tingkat 2
Curug Walet tingkat 2
Untuk mencapai curug yang paling atas, kita harus memanjat bebatuan yang berwarna hijau karena ditumbuhi lumut. Begitu sampai atas, terlihatlah curug utama yang sangat menakjubkan. Meski mempunyai tinggi yang tak lebih dari 10 meter, tapi curug ini istimewa karena berada di ketinggian dengan air yang sangat jernih dan dihiasi bebatuan berlumut hijau, laksana lukisan alam.
2 kolam yang terlihat dari atas
Curug Walet tingkat 1
Curug Walet tingkat 1
Curug Walet tingkat 1
Kalau masih pagi atau siang ingin rasanya berenang di curug ini, tapi jam sudah menujukkan hampir jam  5 sore, dan kami harus segera kembali.

Sampai di rumah Asep sudah Magrib, ganti pakaian, dan sholat. Di sini kita bisa pesan makan dan minum juga. Jam 6.30 kami meninggalkan kampung Riana, menembus dinginnya malam.
Bonus sunset
Baca juga:
- Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari
- Curug Kiara
- Curug Cikuluwung Herang dan Curug Emas
- Curug Saderi, Curug Batu Sirep/Curug Batu Alam, Curug Kembar/Curug Tebing dan Curug Hordeng
- Curug Saderi dan Curug Cimanglid
- Curug Cikawah dan Curug Gleweran

Labels: , , , , , , , , , ,

Saturday, July 21, 2018

Desa Wisata Ciasihan Bagian 5: Curug Geblug

Mendengar nama Curug Geblug mungkin masih berasa asing bagi para pecinta curug ataupun traveler dari Bogor dan sekitarnya. Ini dikarenakan belum dibukanya akses resmi ke curug ini dan dalam waktu dekat akan dibuka akses dari Gunung Bunder/Salak Endah. Kalau dari Desa Ciasihan kita akan menempuh trek yang lumayan ekstrim dan cocok buat petualang karena curug ini jauh berada di atasnya Curug Kiara yang sudah lebih dulu dibuka apalagi dari Curug Ciparay dan Curug Seribu. Jadi untuk kesini memerlukan guide yang hafal trek ke Curug Geblug (kecuali kamu pernah ke sini sebelumnya).
Petualangan kali ini saya ditemani oleh Revan, Noey dan Betta. Sebelumnya kami berlima minus Lia pernah menjelajah Pulau Bangka selama 3H2M. Janjian jam 7 pagi yang molor 30 menit di depan Hermina kamipun berangkat menggunakan 2 motor. Karena sudah agak siang jalanan mulai macet, untuk di bonceng sama Valentino “Revan” Rossi jadi bisa selap-selip di antara kemacetan.
Karena sudah sering melewati jalur ke Desa Ciasihan jadi tidak perlu lagi saya jelaskan secara detil silahkan baca di blog di bawah. Di tengah perjalanan saya baru mendapatkan guide untuk jelajah curug ini melalui IG @curugkiara (Kang Rosad).
Sampai di Ciasihan (Kampung Riana), gerbang masuk kawasan ternyata sudah pindah lebih ke depan. Biaya masuk kawasan Rp. 10.000/orang dan motor Rp. 10.000. Dan kami langsung ke rumah orang tuanya Kang Rosad yang ada di depan pamflet wisata Curug Kiara. Setelah parkir, kami bertemu bapak nya kang Rosad dan di sepakati biaya guide Rp. 50.000/orang dan kami dikasih 2 orang guide ( adik-adik nya kang Rosad karena beliau sedang keluar) yaitu Robby dan Asep.
Jam 9.30 kami mulai trekking. Dari parkir kami mengambil jalan lurus hingga sampai di pos lama dekat curug buatan (aliran irigasi) kemudian naik bukit hingga mencapai jalur irigasi. Menyusuri saluran irigasi yang berada dipinggir tebing ini, pertama-tama kami melewat gerbang Curug walet yang baru sekitar sebulan di buka (akan dikunjungi setelah dari Curug Geblug). Tidak jauh dari gerbang Curug Walet kami melewati gerbang Curug Kiara yang sudah 2x saya kunjungi. 
Mulai trekking
Melewati jalan setapak di pinggir gerbang Curug Kiara kemudian kami turun hingga mencapai sungai yang juga aliran Curug Kiara dan Walet. Setelah menyeberang jembatan kayu yang terlihat semakin rapuh kami mengambil jalur kanan (jalur kiri adalah jalur lama ke Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari. Dari sini kami melewati ladang, salah satunya ladang tebu telor yang bunganya untuk dijual sebagai lalapan atau untuk sayur. Sempat mencoba, ternyata rasanya enak dan bisa buat mengganjal perut.
Tebu telor
Trek awal
Trek awal
Trek awal
Trek awal
Melewati ladang, kami mulai memasuki hutan tapi masih terlihat jalan setapak. Jalur nya masih jalur rata dan kita bisa jalan santai. Beriringan, Asep berada di depan dan Robby di belakang sementara kami berempat berada di tengah.
 
Berakhirnya jalur rata ini, kami sampai di sisi bukit. Mulai dari sini jalurnya menurun dengan kemiringan yang lumayan ekstrim. Anggap saja sedang mendaki/menuruni gunung, hanya saja jalur disini nyaris tidak terlihat. Kami harus mencapai sungai yang ada di lembah jauh dibawah sana. Menuruni bukit yang kadang-kadang sisi tebingnya tidak terlihat karena tertutup semak, memerlukan kewaspadaan, kalo perlu harus ngesot hahahahah.
Trek menurun menuju sungai
Trek menurun menuju sungai
Terjatuh
Trek menurun menuju sungai
Nanti bertemu perigaan ‘virtual’ atau pertigaan semu yang gak kelihatan hahahha. Ke kiri mengarah ke Curug Kembar dan kanan ke Curug Geblug. Karena jarang sekali manusia melewati jalur ini, kalau tidak ada guide dijamin nyasar hahahaha. Juga mengikuti jalur ini siap-siap berpegangan pada akar pohon, kayu ataupun perosotan di batu besar sehingga pakaian dijamin kotor. Juga perlu diingat, jalur ini bertanah gembur dan rawan longsor, dan sempat juga sebuah batu besar longsor karena diinjek Robby. Juga kami menemukan beberapa sumber mata air yang bisa untuk minum.
Sumber mata air
Hampir 2 jam trekking akhirnya kami sampai di bawah, di aliran sungai. Seolah-olah mengucapkan selamat datang, di bawah kami di sambut oleh sebuah air terjun, hilang semua capek..... Meski kecil tapi curug ini ada 3 undakan yang berada di sisi bukit dan jatuh ke sungai yang merupakan aliran dari Curug Geblug. Bebatuan di sini berwarna coklat kemerahan yang bearti mengandung sulfur atau alirannya melewati kawah. Tapi airnya tentu saja sangat jernih, bening dan dingin. Kami menamakan curug ini, Curug Ketjeh 1 hehehehe.
Curug Ketjech 1
Curug Ketjech 1
Curug Ketjech 1
Curug Ketjech 1
Sekitar Curug Ketjech 1
Melanjutkan ke Curug Geblug, memakan waktu sekitar 15 menit lagi susur sungai. Namanya susur sungai tentu saja mengikuti alur sungai, melewati bebatuan besar dan arus. Satu kali menyeberangi sungai kemudian menyusuri sisi kiri akhirnya memanjat sisi bukit dan akhirnya sampai di jalur yang yang sedang dibersihkan (jalur ke Gunung Bunder). Dari sini cuman beberapa meter sudah sampai di Curug Geblug. Dan waktu menunjukkan jam 11.30 artinya kami menghabiskan waktu 2 jam untuk sampai ke sini. 
Trek dari Curug Ketjeh 1 ke Curug Geblug
Trek dari Curug Ketjeh 1 ke Curug Geblug
Trek dari Curug Ketjeh 1 ke Curug Geblug
Trek dari Curug Ketjeh 1 ke Curug Geblug
Trek dari Curug Ketjeh 1 ke Curug Geblug
Curug Geblug bersembunyi di balik tebing batu. Tinggi curug sekitar 10-15 meter, mempunyai debit yang besar padahal di musim kemarau. Pastilah debitnya akan sangat besar jika kami datang di musim hujan. Mempunyai leuwi/kolam yang luas yang dikelilingi tebing tegak lurus, tak dapat dipungkiri menjadikan salah satu curug favorit yang jarang dikunjungi. Hanya saja, sayang ada coretan-coretan di bebatuan besar seakan-akan pengunjung sebelumnya ingin menunjukkan eksistensinya di sini.
Curug Geblug
Curug Geblug
Berfoto di Curug Geblug
Berfoto di Curug Geblug
Selain mengambil foto dari depan, kita juga bisa mengambil foto dari sisi tebing sebelah kiri tapi hati-hati jangan sampai selfie nya kebablasan mundur ke belakang. Dari sisi kanan kita akan berada di bawah tetesan-tetesan air yang jatuh dari atas. 
View dari sisi kanan
View dari sisi kanan
 Karena sudah menunjukkan hampir tengah hari kami memasak air untuk kopi dan mie instan. Cukup untuk mengganjal perut. 
Masak mie instant
Di curug ini kami tidak berenang karena berencana berenang di curug selanjutnya, di Curug Kembar atau Curug Walet. Setelah puas mengambil foo, membereskan peralatan masak dan membersihkan sampah sekalian sampah-sampah yang ditinggal oleh pengunjung sebelumnya, kami melanjutkan perjalanan ke Curug Kembar.
Trek pulang sambil bawa sampah
Baca juga:
- Curug Kembar dan Curug Walet
- Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari
- Curug Kiara
- Curug Cikuluwung Herang dan Curug Emas
- Curug Saderi, Curug Batu Sirep/Curug Batu Alam, Curug Kembar/Curug Tebing dan Curug Hordeng 
- Curug Saderi dan Curug Cimanglid
- Curug Cikawah dan Curug Gleweran

Labels: , , , , , , , , , , , ,