Thursday, May 16, 2019

Jelajah Jawa Tengah Bagian 9: Curug Nangga

Dari Baturaden kami melanjutkan perjalanan ke arah Tasikmalaya dan Garut. Kedua kota ini tidak terlalu jauh dari perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dan jalur ini juga kami pilih karena mendekati arah pulang ke Bogor via tol yang ada di Garut.
 
Sebelum mencapai Tasikmalaya, kami mampir terlebih dahulu ke Curug Nangga. Curug ini berada di Desa Petahunan, masih di Banyumas. Dari Baturaden melewati Purwokerto dan selanjutnya ke arah Ajibarang. Di Ajibarang ada nanti ada pertigaan ke Cilacap (kiri) dan Tegal (kanan). Nanti kita ambil arah kanan. Jalan yang kita lewati adalah jalan propinsi yang banyak kendaraan berat seperti truk dan bis serta macet di beberapa titik. 
Melewati petunjuk arah ke Curug Cipendok,tapi kami tidak ke curug ini karena takut nanti kemalaman sampai di Tasikmalaya. Karena ke Curug Nangga tidak ada petunjuk arah jadi kami mengikuti arahan dari Google Maps. 
Melewati jalan desa di sebuah pertigaan di kiri jalan. Terlihat di Maps jarak dari jalan raya ke curug sekitar 7km, tidak terllau jauh mengingat jalannya juga lumayan bagus. Hanya saja, ternyata jalannya menanjak panjang, jadi buat yang mau ke sini pastikan kendaraan kalian fit. Sampai di lokasi, terdapat parkiran berupa halaman rumah warga yang hanya muat untuk beberapa mobil. Di sini kami harus membayar uang parkir Rp. 10.000. Sebenarnya kalo parkiran resmi ada di dekat loket masuk tapi jalan masuknya sempit hanya pas untuk 1 mobil.
Selanjutnya kami berjalan kaki hingga loket. Di kiri kanan hanya terdapat beberapa rumah dan warung yang penghuninya menyapa agar kami mampir ke warung mereka. Sampai di loket ternyata belum ada petugasnya  dan kami membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000/orang ketika pulang.
Dari loket, kondisi jalan sudah mulai menurun dan berupa jalan batu. Meskipun begitu, di depan mata sudah terlihat pemandangan yang begitu memukau. Tidak terduga !. Ternyata ada sekeping surga tersembunyi di balik bebukitan ini. Begitu sampai di sebuah saung kosong di pinggir sawah, barulah terlihat dengan jelas yang ada di depan mata. 
Memulai trek menuju Curug Nangga
Sejauh mata memandang terlihat persawahan berupa terasering-terasering yang berada di lembah-lembah hingga ke puncak-puncak bukit. Sementara itu terlihat undakan-uandakan Curug Nangga yang begitu kontras dengan lingkungan sekitarnya.
Pemandangan hijau di sekitar Curug Nangga
Pemandangan hijau di sekitar Curug Nangga
Revan dan Noey terus ke bawah ke arah curug. Sementara itu saya di temani Sugi memainkan drone. Dengan drone terlihat jelas pemandangan yang tidak terlihat oleh mata. Terlihat hamparan sawah yang menghijau bak hamparan karpet. Sawah-sawah ini terhampar dari puncak-puncak bukit hingga ke lembah. Di celah tebing yang tertutup terlihat curug yang tinggi, menurut penduduk lokal curug ini bernama Curug Penganten. Tadinya saya ingin mendekati curug ini lebih dekat tapi drone tidak bisa lagi mendekat karena jarak maksimum.
Areal view Curug Nangga
Areal view dari sebagian terasering
Dari atas terlihat terasering sawah yang sangat-sangat luas, terasering yang jarang sekali kita lihat di Bogor, Sukabumi ataupun Bali. Sawah yang masih hijau terlihat selaras dengan hutan-hutan yang berada di sekelilingnya. Di area curug terlihat dua aliran sungai yang menyatu/bermuara tepat di bawah Curug Nangga. Aliran yang di sebelah kanan terlihat lebih kecil di banding aliran dari Curug Nangga.
Areal view Curug Nangga
Areal view Curug Nangga
Areal view Curug Nangga
Setelah bermain drone, saya ke bawah menyusul Ibnu, Noey dan Revan sementara Sugi menunggu di saung samping sawah. Jalan menuju ke lembah/sungai lumayan menurun dan sedikit terjal tapi sudah berupa cor-coran. Berjalan di antara sawah, tidak lama sudah terlihat Curug Nangga dengan tingkatan-tingkatannya. Terlihat jelas bahwa tingkatan kedua lebih tinggi dibanding tingkatan satu dan yang lainnya. Di bagian atas tingkatan pertama terlihat tingkatan-tingkatan yang lebih kecil. 
View Curug Nangga di sekitar persawahan
Sampai di bawah terlihat 3 teman sedang asik berfoto-foto di depan sungai. Berada dekat dengan curug ini kita tidak bisa melihat tingkatan curug keseluruhan. Kebetulan debit sungai sangat deras. Untuk mendekati curug lebih dekat kita harus menyeberangi sungai melewati batu cadas yang terlihat membentang selebar sungai. tidak ada jembatan ataupun tali/pegangan sehingga kita benar-benar harus hati-hati.
Ibnu dan Noey di depan Curug Nangga
View Curug Nangga keseluruhan
Setelah Ibnu dan Revan menyeberang dan hanya sampai ke tingkat 3 sayapun menyusul untuk mencoba sampai tingkat 1. Deg-degan menyeberangi sungai melewati batu cadas yang pas untuk berjalan akhirnya sampai di seberang tanpa menggunakan alas kaki. Untuk naik ketingkat-tingkat atas kita harus melewati jalan setapak yang dipenuhi semak dan duri. 
Dari balik semak-semak terlihat tingkatan 3 dan 4 yang membentuk tirai selebar sungai. agak susah mengambil foto di titik ini. Selanjutnya naik sedikit, terdapat rimbunan pohon bambu dan kita bisa memoto tingkatan ketiga, karena ruang di depan curug agak sempit jadi kita cuman bisa memoto dari samping.
Curug Nangga tingkat3 dan 4
Curug Nangga tingkat3
Selanjutnya naik hingga mencapai tingkatan kedua. Terdapat space yang agak jauh dari depan curug sehingga kita bisa memoto tingkatan ini dari dekat. ini adalah tingakatan yang paling tinggi dan paling cantik. Tingkatan ini membentuk 2 curug/kembar.
Curug Nangga tingkat2
Trek terakhir sampai di tingkat paling atas, melewati pematang sawah dan mendekati area depan curug tingkat 1. Terdapat area yang paling luas diantara tingkatan lainnya dan merupakan tingkatan yang paling tinggi curugnya. Dari tingkat ini kita bisa bebas berjalan dan melihat bebas ke bagian bawah. Agak deg-deg an juga berada di bibir tebing dan memandang gamang ke bawah. Tapi sampai di sini saya merasa puas, Mission was completed...!!!.
Curug Nangga tingkat 1
View dari tingkat 1
Kembali ke bawah, menyeberangi sungai lagi dan sampai dengan selamat. Jadi kalau kalian ke sini kalau ingin menyeberang pastikan cuaca tidak sedang hujan atau aliran airnya tidak memungkinkan untuk menyeberang. Tetap pastikan keselamatan adalah yang utama.

Dan pastikan juga untuk membawa bekal makanan dan terutama minuman karena tidak ada yang menjual makanan/minuman di area curug. mengingat area menuju curug berupa persawahan terbuka, jadi akan terasa panas dan kondisi jalannya yang menurun dan akan terasa berat ketika pulang dari curug.
Beristirahat di jalan pulang
Info:
Nama: Curug Nangga
Lokasi: Desa Petahunan-kec. Banyumas-Jawa Tengah
Biaya: Rp. 10.000 (parkir mobil), Rp. 5.000 (HTM)

Baca juga link terkait:
- Telaga Sunyi, Curug Pinang dan Caping Park
- Batu Pandang Ratapan Angin
- Kawah Sikidang, Padang Savana dan Kompleks Candi Arjuna

Labels: , , , ,

Saturday, May 11, 2019

Jelajah Jawa Tengah Bagian 8: Telaga Sunyi, Curug Pinang dan Caping Park


Telaga Sunyi
Lokasi Telaga Sunyi tidak begitu jauh dari Curug Telu yang kami kunjungi sebelumnya hanya berjarak sekitar 2.5km atau kurang dari 10 menit berkendara. Dari Curug Telu kita keluar lagi menuju jalan utama dan mengambil arah kanan (arah kiri ke arah penginapan). Tidak sulit mengetahui lokasi ini karena di pinggi jalan sudah terlihat petunjuk arah sangat mencolok. 
Pintu masuk Telaga Sunyi
Di gerbang wisata kami membayar tiket masuk Rp. 10.000/orang (?). Karena sudahsore sekitar jam 4-an, jadi pengunjung sudah sangat  sepi dan di lapangan parkir hanya ada 1 mobil. Untuk di ketahui lokasi ini juga terdapat wisata hutan pinus dan camping ground. Selain parkiran juga tersedia toilet dan mushola yang bersih. Tidak terlihat sampah berserakan di lokasi wisata dan tidak terlihat warung-warung penjual makanan, pada saat kami datang hanya ada sebuah sepeda yang menjual siomay. 
Wisata hutan dan camping ground
Ke Telaga Sunyi dari parkiran cukup berjalan kaki tidak lebih dari 100m. Menyusuri sungai yang merupakan aliran dari Telaga Sunyi berupa bebatuan. Bebatuan di sini bukan batu yang mengampar tapi berupa batu-batu cadas yang menghiasi pinggir dan sepanjang sungai. Air yang mengalir sangat jernih meskipun debitnya tidak terlalu besar. 

Dan sebenarnya dari jauh Telaga Sunyi ini sudah terlihat. Telaga Sunyi ini berupa kolam besar dan terdapat curug yang tidak terlalu tinggi, sekitar 5m. Air ini berasal dari hutan-hutan di Gunung Slamet, sama seperti curug-curug yang berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ataupun Gede Pangrango, curug ini juga sangat jernih dan dingin.

Di lokasi terlihat serombongan pemuda bermain di sekitar kolam. Sebagian berenang dan sebagian lagi hanya di pinggir. Harap di catat kedalaman kolam di bagian tengah sekitar 6m dan pinggir sekitar dada orang dewasa dan di spot tertentu lebih dalam, jadi buat yang tidak bisa berenang jangan coba-coba bermain ke tengah dan tidak disarankan buat anak-anak. Meskipun sudah bermain air di Curug Telu sebelumnya, namun meihat kejernihan air di sini kamipun berenang.
Telaga Sunyi nan alami
Telaga Sunyi nan alami
Agak ke tengah kolam, terdapat bebatuan yang agak tinggi sehingga kita bisa duduk-duduk dan beristirahat. Buat yang berani bisa berenang lebih ke tengah ke arah curug ataupun loncat dari atas. Tidak ada penyewaan ban di sini, jadi kalau pakai ban bisa di bawa sendiri. Dan di sini tidak ada pengawas yang menjaga pengunjung. Dan satu lagi, di sini tidak ada yang menujual makanan jadi kawasan ini relatif bersih.
Berenang di air nan dingin
Di aliran bawah kami juga bermain air. aliran air yang melewati bebatuan dan celah sempit menciptakan kolam-kolam kecil. Juga terbentuk seluncuran alami di atas batu sungai. Buat kalian yang tidak bisa berenang atau sekedar having fun sama teman-teman bisa berennag dan bermain air di lokasi ini.
Bermain seluncuran
Bermain di aliran bawah
Bermain di aliran bawah
Bermain di aliran bawah
Curug Pinang
Curug ini berada tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Berada di pinggir jalan raya pas di belokan jadi kalau tidak konsentrasi pastilah akan terlewat. Terdapat warung pas belokan. Sungai yang melewati jalan raya juga terdapat curug yang tinggi yang suaranya terdengar gemuruh dari atas namun akses ke bawah sudah terbengkalai karena tidak ada yang mengelola.

Di warung yang sekaligus merupakan penjaga loket ke Curug Pinang kita membayar tiket masuk Rp. 3.000 sudah termasuk fish massage (pijit ikan). Murah sekali kan, coba aja bandingkan dengan tempat lain, untuk pijatikat saja untuk 15 menit dihargai Rp. 10.000-Rp. 25.000. dari warung ke arah curug hanya berjarak sekitar 50m (sudah terlihat dari jalan raya).
Curug Pinang dari pinggir jalan
Curug ini agak mirip dengan Curug pangeran yang ada di Gunung Salak. Tidak terlalu tinggi, sekitar 6m tapi mempunyai air jernih dan kolam berwarna hijau tosca. Di sini kami hanya mengambil beberapa foto tidak sempat berenang karena sudah mulai Magrib. Sayang sekali kami baru tahu lokasi curug ini, kalau kami tahu kemaren pastilah kami berenang di sini.
Curug Pinang
Curug Pinang
Caping Park
Jarak dari penginapan ke Caping Park ini sekitar 6km ke arah perbatasan Purwokerto-Baturaden. Karena lokasinya di perbatasan jadi lokasi wisata ini lebih dikenal wisata Purwokerto padalahal masih di Baturaden. Wana wisata ini terkenal dengan glass deck-nya. Yaitu spot selfie berupa deck yang terbuat dari kaca yang menjorok ke pinggir bukit. Di spot ini kita bisa melihat ke arah kota Purwokerto. Sementara itu caping menjadi icon wisata ini, yaitu topi anyaman yang biasa dipakai oleh petani. Caping ini dipinjamkan gratis kepada pengunjung yang membayar tiket masuk sekitar Rp. 25.000/orang (weekend).
Caping
Hanya saja, kami datang pada malam hari, niatnya mau makan malam sambil menikmati city light tapi ternyata wana wisata ini tutup jam 5 sore. Karena sudah sampai ke lokasi, dengan merayu satpam, kamipun di ijinkan masuk tanpa dipungut tiket hanya kami kasih uang rokok aja. Dari satpam kami dapat info bahwa lokasi ini akan dilengkapi dengan vila-villa dan glass deck-nya juga akan dibuat melingkari sisi bukit.

Kami pun berfoto di spot selfie dengan latar city light. Karena habis hujan, kaca yang kami pijak berasa licin dan harus berjalan pelan-pelan untuk sampai ke ujung deck. Hanya sekitar 30 menit selanjutnya kami kembali ke penginapan. 
Berfoto di glass deck
Sebagai catatan: banyak sekali kita baca di internet yang salah kaprah mengenai Baturaden yang disebut berada di Purwokerto. Baturaden dan Purwokerto adalah dua kota yang berbeda, berbeda kecamatan tapi sama-sama berada di satu kabupaten yaitu Banyumas, propinsi Jawa Tengah.

Baca juga link terkait:
- Curug Nangga

- Batu Pandang Ratapan Angin
- Kawah Sikidang, Padang Savana dan Kompleks Candi Arjuna

Labels: , , , , ,

Friday, May 10, 2019

Jelajah Jawa Tengah Bagian 7: Curug Telu, Kedung Pete, Sendang Bidadari dan Curug Moprok


Karena berada di lerenggunung, maka Baturaden mempunya banyak air terjun. Air terjun yang kami kunjungi di hari kedua di sini yaitu Wana Wisata Curug Telu. Dinamakan Curug Telu (Telu=tiga) karena di curug ini terdapat 3 air terjun.

Wana wisata ini berada tidak jauh dari tempat kami menginap atau dari Hutan Raya Baturaden. Jaraknya sekitar 1.5 km atau sekitar 5 menit (bisa juga diambil patokannya Curug Pinang).curug ini tepatnya berada di Desa Karangsalam. Berangkat pagi-pagi dari penginapan, dari desa terlihat awan menyelimuti kota Purwokerto di kejauhan. Terasa kita berada di negeri di atas awan. 
Suasana pagi di Ds. Karangsalam
Suasana pagi di Ds. Karangsalam
Desa ini adalah desa wisata, terlihat sawah-sawah dibiarkan alami di selangi oleh tempat makan, cafe dan camping ground. Semuanya terlihat rapih dan bersih. Meskipun jalan desa ada yang kurang bagus terlihat tulisan permintaan maaf karena kondisi jalan tersebut. Mengambil parkiran di area terbuka, tidak ada pungutan/biaya parkir di sini alias gratis. Kami sarapan di salah satu saung yang terlihat tertata rapih. Dari penjaga warung kami dapat info bahwa di sini terdapat beberapa curug selain Curug Telu yaitu Sendang Bidadari, Kedung Pete dan Curug Moprok.

Meskipun banyak ada beberapa curug di sini tapi tiket masuknya cuman satu kali dan itupun harganya cuman Rp. 5.000?. Wow banget kan...... setelah membayar tiket masuk, kita trekking menyusuri bantaran sungai. jalannya sudah berupa jalan setapak yang sudah di cor. Melewati teduhnya pepohonan dan taman yang tertata rapih kita bisa merasakan suasana hutan dan pedesaan. Udara yang masih segar membuat paru-paru kita berasa plong.
Trekking menuju Curug Telu
Sekitar beberapa puluh meter kita akan bertemu dengan Sendang Bidadari tapi kami melewatinya karena tujuan pertama adalah Curug Telu (yang paling jauh). Selanjutnya kita menyeberangi sungai melewati jembatan besi yang di bawah jembatan ini terdapat Kedung Pete. Kedung ini berupa air terjun kecil yang membentuk kolam yang luas dan dalam. Kata pemilik warung di sini, kedung ini mempunyai kedalaman sekitar 6m di bagian terdalam. Air nya berwarna hijau tosca dan sangat jernih. Walaupun keinginan buat langsung loncat di kedung ini tapi kami melewatinya dan lanjut ke Curug Telu. Terdapat 2 warung di sini, tapi karena weekday, pengunjungnya tidak terlalu banyak.

Dari Kedung Pete, jalan setapak yang masih di cor, kita akan menuruni tebing yang lumayan curam. Di sediakan pegangan (handrail) di kiri kanan jalan turun. Terlihat aliran air di kiri kanan jalan yang membuat kita ingin cepat-cepat sampai di bawah. 

Curug Telu
Beberapa meter sebelum sampai di sungai bawah, di kiri terdapat mushola. Di samping mushola terdapat saluran pipa air minum yang melintasi  sungai dengan ketinggian sekitar 10m. Dari sini kita sudah bisa melihat 3 air terjun. Di sebelah kanan adalah Curug utama yang debitnya paling besar. Mempunyai ketinggian sekitar 20m dan di kiri kanan terdapat curug-curug kecil sepanjang tebing. Meskipun lumayan tinggi dan debitnya besar, curug ini tidak menimbulkan tampias yang terlalu kuat. Kolam di bawah curug tidak terlalu dalam sehingga kita bisa bermain air di mendekati curug yang berair jernih dan dingin ini.
Curug utama di Curug Telu
Curug utama di Curug Telu
Di tebing kanan terdapat 2 air terjun yang lebih kecil dengan ketinggian yang sama. Satu air terjun mempunyai kolam dengan air yang terlihat berwarna hijau dibanding dua curug lainnya. Di kelilingi oleh bebatuan besar-besar sehingga kita perlu melintasi bebatuan ini untuk sampai ke curug. Sementara curug satunya lagi jatuh menimpa bebatuan dan tidak terlihat adanya kolam di bawahnya.
Salah satu curug di Curug Telu
2 Curug di Curug Telu
Kedung Pete
Dari Curug Telu selanjutnya kami menuju Kedung Pete yang tadi kami lalui. Menitip barang bawaan di warung dekat jembatan kemudian kami berenang di kedung ini. Untuk loncat ke kedung ini bisa langsung dari jembatan atau di spot yang disediakan untuk loncat di sisi tebing, lumayan dengan ketinggian 3-4m. 
Kedung Pete

Untuk berenang di sini juga disediakan ban dan tidak ada bayaran untuk menggunakan ban ini. Sangat menyenangkan berenang di kolam ini. Berair dingin dan jernih. Ingin rasanya berlama-lama di sini tapi masih ada beberapa spot yang harus kami kunjungi.

Sendang Bidadari
Kembali ke ats, ke arah pintu masuk kami mampir di Sendang Bidadari. Turun sedikit ke arah sungai dan terlihat papan petunjuk arah. Sendang Bidadari ini sangat unik dan jarang ditemui di tempat lain.
Di sebelah kiri terlihat air terjun yang tidak begitu besar. Di sebelah kanan terlihat semacam goa. Untuk ke sini kita melewati bebatuan licin hingga masuk ke goa yang dinding dan atapnya terlihat air yang menetes. Di atas goa terlihat bagian yang terbuka dan terlihat air terjun kecil jatuh ke dalam kolam yang tidak begitu dalam sehingga sangat fotogenik jika di foto.
Sendang Bidadari
Sendang Bidadari
Sendang Bidadari
Curug Moprok
Curug Moprok juga dikenal dengan nama Curug Pelangi. Curug ini berbeda jalur dengan Curug Telu sehingga untuk ke sini kita harus kembali ke arah loket. Dari belakang loket melintasi sungai hingga sanmpai di persawahan. Melewati persawahan kita berlatar puncak Gunung Slamet hingga sampai di sisi tebing yang di bawahnya mengalir sungai.
Sawah dengan latar Gunung Slamet
Menyisiri sisi tebing, kira-kira 200m kita akan bertemu dengan Curug Moprok. Sayang sekali saat kami datang, curug utamanya sedang kering jadi kami hanya menemukan mata air yang keluar dari bebatuan tebing.
Curug Moprok
Curug Moprok
Curug ini dijadikan sumber mata air penduduk, ini terlihat adanya bak penampungan air dan pipa-pipa penyalur. Di area curug di kelilingi oleh bebatuan. Yang sangat menarik dari curug ini adalah air nya yang berwarna hijau tosca dan sangat bening. Saking beningnya air kolamnya sehingga terlihat bebatuan di dasar sungai. 

Di bebatuan besar yang berada di sisi kolam kita bisa beristirahat atau sekedar berfoto-foto. Juga kita bisa loncat dari bebatuan ini. Kesegaran dan kejernihannya mengalahkan air mineral. Dan area curug ini terlihat bersih dari sampah dan semoga akan tetap sellau terjaga kebersihan dan kelestariannya.
Kembali ke saung depan, kami beristirahat dan sekaligus memesan makan siang, ayam Geprek. Meskipun makan sederhana tapi suasananya sangat luar biasa. Berada di saung bagian atas sambil menikmati udara pedesaan dan sawah.
Berisitirahat sambil menikmati alam
Untuk kalian yang ke Baturaden jangan melewati wana wisata Curug Telu ini, murah, meriah dan sangat asri.


Info:
Nama   : Curug Telu, Sendang Bidadari, Kedung Pete dan Curug Moprok/Curug Pelang
Lokasi : Desa Karangsalam, kec. Baturaden-kab. Banyumas-Jawa Tengah
Biaya   : Rp. 5.000 (HTM), free parkir

Baca juga link terkait:
- Curug Nangga 
- Telaga Sunyi, Curug Pinang dan Caping Park
- Curug Jenggala dan Curug Penganten
- Batu Pandang Ratapan Angin
- Kawah Sikidang, Padang Savana dan Kompleks Candi Arjuna

Labels: , , , , , , , , , ,