Friday, May 10, 2019

Jelajah Jawa Tengah Bagian 7: Curug Telu, Kedung Pete, Sendang Bidadari dan Curug Moprok


Karena berada di lerenggunung, maka Baturaden mempunya banyak air terjun. Air terjun yang kami kunjungi di hari kedua di sini yaitu Wana Wisata Curug Telu. Dinamakan Curug Telu (Telu=tiga) karena di curug ini terdapat 3 air terjun.

Wana wisata ini berada tidak jauh dari tempat kami menginap atau dari Hutan Raya Baturaden. Jaraknya sekitar 1.5 km atau sekitar 5 menit (bisa juga diambil patokannya Curug Pinang).curug ini tepatnya berada di Desa Karangsalam. Berangkat pagi-pagi dari penginapan, dari desa terlihat awan menyelimuti kota Purwokerto di kejauhan. Terasa kita berada di negeri di atas awan. 
Suasana pagi di Ds. Karangsalam
Suasana pagi di Ds. Karangsalam
Desa ini adalah desa wisata, terlihat sawah-sawah dibiarkan alami di selangi oleh tempat makan, cafe dan camping ground. Semuanya terlihat rapih dan bersih. Meskipun jalan desa ada yang kurang bagus terlihat tulisan permintaan maaf karena kondisi jalan tersebut. Mengambil parkiran di area terbuka, tidak ada pungutan/biaya parkir di sini alias gratis. Kami sarapan di salah satu saung yang terlihat tertata rapih. Dari penjaga warung kami dapat info bahwa di sini terdapat beberapa curug selain Curug Telu yaitu Sendang Bidadari, Kedung Pete dan Curug Moprok.

Meskipun banyak ada beberapa curug di sini tapi tiket masuknya cuman satu kali dan itupun harganya cuman Rp. 5.000?. Wow banget kan...... setelah membayar tiket masuk, kita trekking menyusuri bantaran sungai. jalannya sudah berupa jalan setapak yang sudah di cor. Melewati teduhnya pepohonan dan taman yang tertata rapih kita bisa merasakan suasana hutan dan pedesaan. Udara yang masih segar membuat paru-paru kita berasa plong.
Trekking menuju Curug Telu
Sekitar beberapa puluh meter kita akan bertemu dengan Sendang Bidadari tapi kami melewatinya karena tujuan pertama adalah Curug Telu (yang paling jauh). Selanjutnya kita menyeberangi sungai melewati jembatan besi yang di bawah jembatan ini terdapat Kedung Pete. Kedung ini berupa air terjun kecil yang membentuk kolam yang luas dan dalam. Kata pemilik warung di sini, kedung ini mempunyai kedalaman sekitar 6m di bagian terdalam. Air nya berwarna hijau tosca dan sangat jernih. Walaupun keinginan buat langsung loncat di kedung ini tapi kami melewatinya dan lanjut ke Curug Telu. Terdapat 2 warung di sini, tapi karena weekday, pengunjungnya tidak terlalu banyak.

Dari Kedung Pete, jalan setapak yang masih di cor, kita akan menuruni tebing yang lumayan curam. Di sediakan pegangan (handrail) di kiri kanan jalan turun. Terlihat aliran air di kiri kanan jalan yang membuat kita ingin cepat-cepat sampai di bawah. 

Curug Telu
Beberapa meter sebelum sampai di sungai bawah, di kiri terdapat mushola. Di samping mushola terdapat saluran pipa air minum yang melintasi  sungai dengan ketinggian sekitar 10m. Dari sini kita sudah bisa melihat 3 air terjun. Di sebelah kanan adalah Curug utama yang debitnya paling besar. Mempunyai ketinggian sekitar 20m dan di kiri kanan terdapat curug-curug kecil sepanjang tebing. Meskipun lumayan tinggi dan debitnya besar, curug ini tidak menimbulkan tampias yang terlalu kuat. Kolam di bawah curug tidak terlalu dalam sehingga kita bisa bermain air di mendekati curug yang berair jernih dan dingin ini.
Curug utama di Curug Telu
Curug utama di Curug Telu
Di tebing kanan terdapat 2 air terjun yang lebih kecil dengan ketinggian yang sama. Satu air terjun mempunyai kolam dengan air yang terlihat berwarna hijau dibanding dua curug lainnya. Di kelilingi oleh bebatuan besar-besar sehingga kita perlu melintasi bebatuan ini untuk sampai ke curug. Sementara curug satunya lagi jatuh menimpa bebatuan dan tidak terlihat adanya kolam di bawahnya.
Salah satu curug di Curug Telu
2 Curug di Curug Telu
Kedung Pete
Dari Curug Telu selanjutnya kami menuju Kedung Pete yang tadi kami lalui. Menitip barang bawaan di warung dekat jembatan kemudian kami berenang di kedung ini. Untuk loncat ke kedung ini bisa langsung dari jembatan atau di spot yang disediakan untuk loncat di sisi tebing, lumayan dengan ketinggian 3-4m. 
Kedung Pete

Untuk berenang di sini juga disediakan ban dan tidak ada bayaran untuk menggunakan ban ini. Sangat menyenangkan berenang di kolam ini. Berair dingin dan jernih. Ingin rasanya berlama-lama di sini tapi masih ada beberapa spot yang harus kami kunjungi.

Sendang Bidadari
Kembali ke ats, ke arah pintu masuk kami mampir di Sendang Bidadari. Turun sedikit ke arah sungai dan terlihat papan petunjuk arah. Sendang Bidadari ini sangat unik dan jarang ditemui di tempat lain.
Di sebelah kiri terlihat air terjun yang tidak begitu besar. Di sebelah kanan terlihat semacam goa. Untuk ke sini kita melewati bebatuan licin hingga masuk ke goa yang dinding dan atapnya terlihat air yang menetes. Di atas goa terlihat bagian yang terbuka dan terlihat air terjun kecil jatuh ke dalam kolam yang tidak begitu dalam sehingga sangat fotogenik jika di foto.
Sendang Bidadari
Sendang Bidadari
Sendang Bidadari
Curug Moprok
Curug Moprok juga dikenal dengan nama Curug Pelangi. Curug ini berbeda jalur dengan Curug Telu sehingga untuk ke sini kita harus kembali ke arah loket. Dari belakang loket melintasi sungai hingga sanmpai di persawahan. Melewati persawahan kita berlatar puncak Gunung Slamet hingga sampai di sisi tebing yang di bawahnya mengalir sungai.
Sawah dengan latar Gunung Slamet
Menyisiri sisi tebing, kira-kira 200m kita akan bertemu dengan Curug Moprok. Sayang sekali saat kami datang, curug utamanya sedang kering jadi kami hanya menemukan mata air yang keluar dari bebatuan tebing.
Curug Moprok
Curug Moprok
Curug ini dijadikan sumber mata air penduduk, ini terlihat adanya bak penampungan air dan pipa-pipa penyalur. Di area curug di kelilingi oleh bebatuan. Yang sangat menarik dari curug ini adalah air nya yang berwarna hijau tosca dan sangat bening. Saking beningnya air kolamnya sehingga terlihat bebatuan di dasar sungai. 

Di bebatuan besar yang berada di sisi kolam kita bisa beristirahat atau sekedar berfoto-foto. Juga kita bisa loncat dari bebatuan ini. Kesegaran dan kejernihannya mengalahkan air mineral. Dan area curug ini terlihat bersih dari sampah dan semoga akan tetap sellau terjaga kebersihan dan kelestariannya.
Kembali ke saung depan, kami beristirahat dan sekaligus memesan makan siang, ayam Geprek. Meskipun makan sederhana tapi suasananya sangat luar biasa. Berada di saung bagian atas sambil menikmati udara pedesaan dan sawah.
Berisitirahat sambil menikmati alam
Untuk kalian yang ke Baturaden jangan melewati wana wisata Curug Telu ini, murah, meriah dan sangat asri.


Info:
Nama   : Curug Telu, Sendang Bidadari, Kedung Pete dan Curug Moprok/Curug Pelang
Lokasi : Desa Karangsalam, kec. Baturaden-kab. Banyumas-Jawa Tengah
Biaya   : Rp. 5.000 (HTM), free parkir

Baca juga link terkait:
- Curug Nangga 
- Telaga Sunyi, Curug Pinang dan Caping Park
- Curug Jenggala dan Curug Penganten
- Batu Pandang Ratapan Angin
- Kawah Sikidang, Padang Savana dan Kompleks Candi Arjuna

Labels: , , , , , , , , , ,

Tuesday, May 7, 2019

Jelajah Jawa Tengah Bagian 6: Curug Jenggala dan Curug Penganten

Tujuan wisata kami kali ini adalah Baturaden yang masih berada di Jawa Tengah. Baturaden ini adalah sebuah kecamatan yang berada di kabupaten Banyumas, berbatasan dengan Purwokerto. Jadi kalau ke Baturaden pastilah kita akan melewati Purwokerto.

Melewati perbatasan Purwokerto-Baturaden sudah agak sore. Karena sekarang bukan weekend jadi Baturaden ini sangat sepi. Bearada di lereng Gunung Slamet, suasana di sini mirip dengan Puncak di Bogor. Hanya saja, Puncak sangat ramai karena menjadi daerah perlintasan ke kota-kota lain. Sementara Baturaden adalah daerah pegunungan yang tidak dilalui kendaraan-kendaraan yang menuju kota-kota sekitarnya sehingga hanya ramai ketika liburan.

Hal pertama ketika sampai tentulah mencari penginapan yang banyak berada di kiri-kanan jalan utama. Setelah keluar masuk beberapa penginapan dan hotel akhirnya pilihan jatuh di sebuah hotel/resort yang berada tidak begitu jauh dari Hutan Raya Baturaden dan cuman berjarak sekitar 100m dari Curug Pinang. Suasana hotel ini sangat asri, seperti berada di hutan, meskipun begitu tarifnya sangat murah, Rp. 185.000/malam dengan kamar yang lumayan luas dan 2 tempat tidur. Hanya saja, ketika malam agak susah mencari makan, walaupun ada tapi tidak terlalu banyak.

18 Februari 2019
Hari kedua di Baturaden. Tujuan pertama kami di sini adalah Curug Jenggala. Curug ini berada di Kp.Kalipagu, Desa Ketenger. Dari Hutan Raya tidak terlalu jauh. Sebenarnya curug ini berada di bawahnya Pancoran 7 yang berada di area Hutan Raya kalau melihat Maps kadang-kadang di arahkan ke sana sehingga kami sempat nyasar.

Kalau kita dari arah Purwokerto, terdapat petunjuk arah ke kiri ke Kalipagu yang jaraknya sekitar 2-3km. mengikuti jalan desa yang kecil dan naik turun sampailah kita di sebuah sungai yang melintasi jalan. Terdapat parkiran, yang merupakan parkiran Curug Bayan yang terlihat dari jalan. Dari Curug Bayan ini kita terus ke atas melewati jalan yang cukup buat 1 mobil dan menanjak. Di akhir jalan kami sampai di depan warung dan parkir di depan warung yang cukup buat 1 mobil. Untuk ke loket Curug Jenggala ada 2 opsi yaitu jalan kaki atau naik ojeg. Karena mau cepat, kami memilih naik ojeg dan pulangnya jalan kaki. Ongkos ojeg ke loket curug Rp. 10.000.

Menurut info bapak yang jaga warung,di atas Curug Jenggala ada Curug Penganten yang jalannya masih alami sehingga di perlukan guide dan si Bapak yang akan menjadi guide kami. Rute ojeg yang kami lalui, meskipun tidak terlalu jauh tapi lumayan menegangkan. Melewati jalan batu, menyusuri jalur pipa PLTA Ketenger, melewati turunan ekstrim hingga melewati jembatan kecil. Sampai di loket kami cukup membayar tiket Rp. 5.000/orang saja. Murah sekali ya..... Nah loket ini berada dekat kolam/bendungan PLTA Ketenger, mirip kolam buat PLTA Kracak di Bogor.
Kolam penampungan PLTA Ketenger
Sampai di loket, cuaca sudah mulai gerimis kecil. Melewati jembatan, kemudian naik bukit dan mengambil jalan lurus (kanan ke arah Pincuran 7/Hutan Raya Baturaden). Dari sini ke Curug Jenggala tidak terlalu jauh hanya sekitar 100m saja. Sampai di area curug terlihat hanya beberapa pengunjung saja.


Curug Jenggala bisa langsung kita liat nikmati dari atas. Di seberang lembah terlihat aliran curug dengan debit besar dan jatuh melewati bebatuan dan membentuk beberapa aliran. Meskipun tidak terlalu tinggi, sekitar 15m namun curug ini sangat istimewa. Selain debitnya yang tinggi juga karena airnya sangat jernih karena bersumber langsung dari  rimbunnya hutan Gunung Slamet. Aliran curug ini juga menjadi sumber dari air untuk PLTA Ketenger selain dari aliran Pincuran 7.

Di pinggir lembah terdapat spot foto yang menjadi icon nya Curug Jenggala ini yaitu selfie deck yang berbentuk hati yang terbuat dari kayu. Karena lagi weekday dan pengunjung bisa di hitung jari, jadi kita bisa berfoto sepuasnya. Dan untuk menuju ke bawah, tersedia tangga-tangga beton tapi sebelumnya kami harus ke Curug Penganten jadi ke bawah akan dilakukan sekembalinya dari Curug Penganten.
Curug Jenggala dari spot foto atas
Curug Jenggala dari spot foto atas

Untuk ke Curug Penganten ini, kalo kalian belum pernah ke sini sangat disarankan membawa guide kalo tidak ingin tersesat. Ingat bahwa area ini adalah area hutan di lereng Gunung Slamet. Dan jalur trekking berupa jalur hutan yang jarang di lewati, karena ada beberapa titik dimana kita harus melintasi sungai/anak sungai sehingga akan membingungkan kalau tidak bersama guide. Trek di hutan Perhutani ini adalah hutan tropis basah, meskipun tidak terlalu terjal namun panjang sehingga cukup menguras tenaga.
Trek Curug Penganten
Trek Curug Penganten
Trek Curug Penganten

Sekitar 45 menit trek di area yang rata yang dipenuhi semak-semak khas hutan tropis kami melihat Curug Penganten di antara pepohonan. Meskipun dari jauh sudah terlihat kemegahan curug ini, debit besar dan sangat tinggi. Karena curug ini ada 2 dan bergandengan makanya di sebut Curug Penganten. Nah, curug aja gandengan, masak kamu tidak?
Curug penganten dari jauh
Curug penganten dari jauh

Untuk ke bawah, mendekati curug, kita harus melewati jalan kecil di pinggir tebing. Di sini kita harus hati-hati selain jalannya sempit juga sangat licin. Karena curugnya sangat tinggi dan debitnya besar maka area di sekitar curug selalu basah terkena tampias
Curug Penganten dari atas
Curug Penganten dari atas
Curug Penganten dari atas

Sebelum ke area sungai, kita bisa berfoto di salah satu spot dengan latar belakang Curug penganten. Dari area ini tinggal beberapa meter lagi hingga sampai ke bawah melewati bebatuan licin.
Salah satu spot foto
Salah satu spot foto

Sampai di bawah, terasa sekali hempasan curug ini menimbulkan terpaan angin yang kuat. Airnya sangat jernih dan dingin. Untuk menikmati curug ini sebaiknya jangan terlau dekat cukup berada di pinggir kolamnya aja. Belum pernah saya berada sedekat ini dengan curug yang besar dan area kolamnya yang sempit.
Berada dekat curug
Berada dekat curug


Berada dekat curug



Di sini kami cukup lama bermain air meskipun cuman berdiri tapi tampiasnya sudah berasa berada di bawah air terjun. Dan kami selesai bermain air karena cuaca sudah mulai tidak bersahabat alias hujan.


Kembali ke Curug Jenggala dalam kondisi hujan lebat. Menggunakan jas hujan untuk melindungi barang bawaan dan dinginnya air hujan. Meskipun hujan, waktu tempuh lebih cepat dibanding ketika berangkat.
Trek kembali dari Curug Penganten

Sampai di Curug Jenggala, kami turun ke arah sungai. Terdapat jembatan bagi pengunjung sampai ke seberang. Karena arusnya sangat deras, kami tidak bisa mendekati curug dan hanya berada di pinggir sungai.
Curug Jenggala dari depan


Curug Jenggala dari depan


Karena hujan, saya tidak sempat berenang di Sendang Candrakirana, yaitu kolam yang mempunyai air terjun kecil. Selanjutnya kembali ke loket depan dan beristirahat di sebuah warung. Karena hujan masih lebat, sambil menunggu reda kami menikmati makanan kecil seperti mie instant dan gorengan.
Sendang Candrakirana saat hujan lebat
Begitu hujan mulai sedikit reda, masih gerimis kami melanjutkan perjalanan ke parkiran jalan kaki.di kejauhan, di puncak bukit terlihat curug yang lumayan besar yang hanya muncul ketika hujan, padahal tadi kami tidak melihatnya.


Sampai di parkiran, bersih-bersih di rumah pemilik warung. Pulangnya kami berencana mampir di Curug Bayan, tapi ternyata curugnya berair keruh karena hujan lebat dan kamipun lanjut ke penginapan.
Trek pulang
Trek pulang
Trek pulang
Baca juga link terkait:
- Batu Pandang Ratapan Angin
- Kawah Sikidang, Padang Savana dan Kompleks Candi Arjuna

Labels: , , , , , , , , , ,