Tuesday, May 15, 2018

Eksploring Pulau Bawean Bagian 3: Tanjung Ghe'en dan Pantai Kerrong

Tanjung Ghe'en/Tanjung Gaang

Ini adalah spot yang wajib dikunjungi buat para traveler jika ke Pulau Bawean. Lokasi ini berjarak hanya sekitar 10 km dari Pelabuhan Bawean.

Karena tidak ada petunjuk khusus menuju lokasi ini jadi kita harus banyak bertanya ke penduduk sekitar dan mengandalkan Google Maps. Kalau menggunakan Google Maps maka kita harus menuju Pantai Somor-Somor terlebih dahulu.

Pagi-pagi sekitar jam 8 pagi kami menuju lokasi ini. Sebelumnya kami sudah ke sini di hari pertama tapi karena sudah sangat sore jadinya kami agak bingung lokasi tepatnya (padahal lokasinya cuman beberapa meter lagi dan tersembunyi di balik pepohonan).

Sebenarnya petunjuk arah ke Tanjung Ghe’en ada di jalan utama tapi selanjutnya tidak ada lagi. Setelah masuk dari jalan utama, kemudian memasuki jalan desa/perkampungan. Sampai di Pantai Somor-Somor, yang merupakan pantai dimana masyarakat biasa membuat dan memperbaiki kapal nelayan.
Sunset di Pantai Somor-Somor
Setelah jalannya mentok, kemudian ada petunjuk arah dari papan kecil (yang dibuat oleh mahasiswa KKN) kemudian ambil jalan setapak ke kanan menuju perbukitan, sebelumnya kami ke sini trekking. Kondisi medannya adalah perbukitan dengan pepohonan jati. Kemudian semak belukar yang hampir menutupi jalan setapak. Karena membawa motor, harus hati-hati. Kemudian sampai di tanah lapang/reruputan dan kamipun memarkirkan motor.

Sesuai petunjuk dari masyarakat sekitar, kami mengambil jalur kanan, di balik pepohonan terlihatlah lokasi yang kami tuju, spot foto Tanjung Ghe’en.

Sesuai namanya, Tanjung bearti daerah yang menjorok ke laut. Dari titik ini terlihat perbukitan yang menjorok ke laut. Di spot kami berdiri, terdapat bukit karang yang di sebelah kiri menghadap ke laut lepas. Walaupun demikian saat itu ombaknya cenderung tenang. Dengan airnya yang sangat bening terlihat ikan-ikan yang besar-besar (kalau sore biasanya banyak pemancing datang ke sini).
Terdapat kolam alami raksasa yang di kelilingi oleh karang dan bukit hijau. Airnya yang bening hingga kelihatan dasar, berwarna hijau kebiruan mengundang kami untuk berenang di sana. Bebauan karangnya berongga, membentuk goa-goa dan lobang-lobang. Sepertinya lokasi ini sangat cocok untuk snorkeling cuman sayang kami hanya berdua di sini tanpa pemandu.
Kolam natural
Kolam natural
Kolam natural
Kolam natural
Kolam natural
Karang Bolong
Karang Bolong
Kolam natural
Kolam natural
Di tebing kiri juga terdapat spot foto. Tapi untuk meuju ke bebatuan di laut, kita harus menuruni tebing karang. Revan mencoba ke ujung untuk untuk berfoto.
Sisi lain
Sisi lain
Sisi lain
Selanjutnya kami menuju pantai yang tidak jauh dari spot pertama. Pantai berpasir putih yang tidak terlalu luas tapi banyak bebatuan karang yang bagus untuk spot foto.
Sisi lain
Sisi lain
Pantai Kerrong
Masih ada waktu siang sampai sore, kami mengunjungi spot terakhir yang pilihannya jatuh pada Pantai Kerrong yang kami lihat sewaktu menuju Gili Noko.

Pantai ini berlawanan arah dari Tanjung Ghe’en, jadi kami harus balik dulu ke Pelabuhan. Untuk ke Pantai ini kira-kira 20km dari Pelabuhan.

Pantai ini baru di kelola dan dibenahi, jadi gak heran kalau masih banyak yang sedang bekerja di sini. Hanya di sini kami harus membayar biaya parkir (hanya Rp. 5.000). Di dekat parkiran terdapat saung-saung kecil yang menghadap ke laut. Untuk ke pantai kita harus turun melewati tangga-tangga beton.
Dermaga penyeberangan ke Gili
Di bawah, terlihat pantainya masih dalam pembenahan. Terdapat café di atas laut dan pelabuhan kecil untuk menyeberang ke Gili. Kalau diliahat ternyata dari sini lebih dekat jaraknya ke Gili. Terdapat kolam air asin yang di dalamnya ada sekitar 10 kura-kura dewasa. Sayang sekali, seharusnya tidak dipelihara di kolam!!!.
Kura-kura di kolam ikan
Tidak begitu lama kami di pantai, selanjutnya kami melihat Penangkaran Rusa Bawean, masih dalam satu pengelolaan. Terdapat sekitar 6 ekor Rusa Bawean, rusa yang hanya di temukan di Pulau Bawean. Rusa ini sudah termasuk hewan yang dilindungi karena populasinya yang semakin berkurang. Semoga saja mereka tidak punah..!!!
Rusa Bawean
Oke sekian dulu cerita petualangan di Pulau Bawean. Semoga wisata di Pulau ini lebih diperhatikan dan dipromosikan. Dan semoka spot-spot wisata nya lebih diperhatikan kebersihannya.

Link terkait:
- Gili dan Gili Noko
- Air Terjun Laccar, Danau dan Air Terjun Kastoba

Labels: , , , , , , ,

Eksploring Pulau Bawean Bagian 2: Air Terjun Laccar, Danau dan Air Terjun Kastoba

Bukan hanya pantai dan pulau-pulau, di Bawean juga ada danau dan beberapa air Terjun. Lokasi air terjun dan danau yang kami kunjungi yaitu Air Terjun Laccar (baca: lac-car buka lak-kar), Air Terjun dan Danau Kastoba.

Air Terjun Laccar
Suasana di jalan
Air Terjun ini berada di Desa Teluk Dalam-Sangkapura, tidak terlalu jauh dari Pelabuhan tempat penyeberangan ke Gili. Jadi kami mengunjungi lokasi ini setelah hoping island dan snorkeling di Gili.
Keluar dari pelabuhan kami ambil jalur kanan, melewati Wana Wisata Pantai Kerrong. Tidak beberapa jauh dari Pantai Kerrong, melewati satu tanjakan kami sampai di Mayangkara View. Dari titik ini kita bisa melihat ke laut lepas serta ke Pantai Mayangkara.
Mayangkara View
Dari jalan utama, kemudian kami memasuki jalan menuju Desa Teluk Dalam yang berjarak sekitar 5km. Di sini jalannya tidak terlalu bagus, kondisi jalan di dominasi oleh aspal yang sudah terkelupas. Karena minimnya petunjuk jalan, kami hanya mengandalkan Google Maps. Sampai di ujung jalan, kami bertanya ke penduduk lokal mengenai lokasi tepat untuk air terjun ini.
Setelah tahu lokasi air terjun, kami parkir sepeda motor di sebuah tanah lapang (tidak ada loket ataupun penjagaan). Tapi jangan takut, karena parkir kendaraan di mana saja walau dengan kunci tergantung juga Insya Allah tidak akan hilang hehehe.
Dari parkir kami trekking sekitar 15 menit berjalan santai. Kami melewati sebuah kolam renang alami yang sudah terbengkalai dan tidak terisi air lagi.
Trekking menuju air terjun
Selanjutnya kami menyusuri sungai berbatu yang airnya tidak terlalu dalam dan tidak deras. Sungai dikelilingi oleh hutan yang masih alami, hanya terdengar suara serangga dan ditambah lagi tidak ada pengunjung lain selain kami berdua.

Sekitar 10 menit susur sungai, sampailah kami di air terjun. Air Terjun Laccar ini bertipe Pony Tail alias air terjun tunggal hanya saja air nya tidak terllau deras (mungkin sudah masuk musim panas). Tinggi air terjun sekitar 25 meter, lumayan tinggi. Air terjun ini jatuh di tebing yang melingkar, kalau kita berada dekat air terjun serasa kita berada di suatu ruangang besar dan sangat tinggi, berasa agak sedikit ‘horor’, feel not so good apalagi hanya berdua!!!.
Air Terjun Laccar
Air Terjun Laccar
Air Terjun Laccar
Air Terjun Laccar
Air Terjun Laccar
Bebatuan yang menumpuk di sekitar air terjun dan di aliran sungai terlihat seperti runtuhan dari tebing yang mungkin terjadi ratusan atau ribuan tahun lalu. Dengan sisi-sisi bebatuan yang tajam, mengharuskan kita berhati-hati ketika menaikinya. Dan saya sepertinya tidak beruntung karena kaki saya luka yang lumayan besar :D.

Setelah mengambil beberapa foto (hanya pakai kamera pocket karena DSRL nya lagi rusak), dan kebetulan sudah mulai sore, kamipun melanjutkan menuju Danau Kastoba.

Danau dan Air Terjun Kastoba
Awalnya kami ingin mengujungi Penangkaran Rusa Bawean, mengikuti Google Map, tapi kami memutuskan kembali karena sepertinya lokasi ini sudah tutup (mungkin butuh info lebih lanjut untuk ini).
Dari sini kami menuju ke Danau Kastoba yang berjarak sekitar 15km atau sekitar 30 menit perjalanan. Untuk ke Danau Ini kami juga mengandalkan Google Maps. Memasuki perkampungan sekitar 6 km kami akhirnya sampai meski udah sangat sore (sekitar jam 5). Kami memarkirkan motor di dekat rumah penduduk. 
View di sepanjang jalan menuju danau
View di sepanjang jalan menuju danau
View di sepanjang jalan menuju danau
 Di parkiran ada petunjuk arah ke Danau dan ke Air Terjun. Untuk ke danau kami harus trekking sekitar 15 menit. Hanya saja jalur trekkingnya sudah hampir tertutup semak-semak menandakan lokasii ini jarang sekali dikunjungi. Di sebelah kiri adalah sungai yang berhulu di danau dan sebelah kanan merupakan hutan. Jadi boleh di kata, danau ini berada di puncak bukit yang dikelilingi oleh hutan perawan.
Sampai di lokasi, bisa di tebak, hanya ada kami berdua. Agak-agak gimana gitu hehehehe....
Di pinggir danau terdapat sebuah saung dan mushola kecil serta ruang ganti yang tidak terurus dan hancur ditumbuhi semak-semak.
View di bukit menuju danau
Trek ke danau
Danau ini mirip dengan Situ Gunung yang ada di Sukabumi, hanya saja di sini sangat sepi dan tidak ada tanah lapang.
Danau Kastoba
Danau Kastoba
Danau Kastoba
Tidak lama kami di sini karena sudah sangat sore kemudian dari parkiran kami lanjut ke air terjun. Air terjunnya tidak terlalu jauh, palingan berjarak sekitar 50 meter dari parkiran. Air terjunnya tidak terlalu tinggi, mengalir di bebatuan dan jatuh ke kolam yang tidak begitu luas.
Air Terjun Kastoba
Air Terjun Kastoba
Air Terjun Kastoba
Hanya mengambil beberapa foto selanjutnya kami kembali ke penginapan dan menikmati sunset di penginapan. Perjalanan dari Danau ini menuju pelabuhan bearti kami sudah berkeliling Pulau Bawean, melewati jalur lingkar pulau. Jadi kalau diperkiran, keliling pulau ini sekitar 2 jam... lebih lama sedikit dibanding keliling Nusa Penida :D
Menikmati sunset di penginapan
Link terkait:
- Gili dan Gili Noko
- Tanjung Ghe'en/Tanjung Gaang dan Pantai Kerrong

Labels: , , , , , , , , , ,

Saturday, May 5, 2018

Eksploring Pulau Bawean Bagian 1 : Pulau Gili dan Gili Noko

Ketika ada yang bertanya kemana tujuan liburan panjang lalu, 28 April-1 Mei lalu, ketika saya jawab Pulau Bawean, banyak yang tidak tahu Bawean itu apa dan dimana lokasinya. Nah pastinya banyak juga di antara kalian yang tidak tahu Pulau Bawean itu dimana kan?
Pulau Bawean itu berada di Laut Jawa, merupakan bagian dari kabupaten Gresik, Jawa Timur. Berjarak sekitar 120 km dari Gresik dan ditempuh 5 jam perjalanan menggunakan kapal express. Pulaunya tidak terlalu besar, kalau kita lihat di peta luasnya hampir sama dengan Nusa Penida di Bali. Bedanya di Pulau Bawean lebih ramai dan tanahnya juga lebih subur sehingga kita banyak melihat persawahan dan kebun. Mayoritas penduduk di sini beragama Islam dan berprofesi sebagai nelayan dan petani. Konon banyak penduduk di sini yang merantau ke Singapur dan Malaysia, jadi jangan heran kalau melihat rumah-rumah di sini besar-besar dan mewah hehehehe.
Menginap semalam di Gresik, pagi-pagi kami langsung menuju pelabuhan menggunakan ojeg online (Rp. 7.000). Untungnya kami sudah memesan tiket via petugasnya (Mas Syarif 0813-30455166) beberapa hari sebelumnya, karena pas kami sampai jam 8 pagi, tiket sudah habis. Harga tiket Natuna Express adalah Rp. 150.000 sekali jalan. Harap di catat buat yang ke Bawean harus tahu jadwal kapal. Untuk Natuna Express jadwalnya Gresik-Bawean-Gresik di hari Sabtu dan kembali Selasa.
Eksis dulu sebelum naik kapal
Dalam kapal
Dalam kapal
Perjalanan laut selama 5 jam lumayan nyaman, hanya saja sekitar 2 jam mendekati Bawean ombaknya lumayan besar sehingga banyak penumpang yang jackpots hahahaha. Sampai di Bawean sekitar jam 2 siang. Keluar berjalan kaki dari pelabuhan sekitar 200m kami langsung checking di sebuah homestay yang tidak jauh dari pintu keluar. Oh iya sebelum ke penginapan, kami booking tiket pulang di agen karcis depan pelabuhan dan sewa motor (Rp. 40.000 per hari).
Eksis lagi setelah sampai di Bawean..
Meskipun pariwisata di pulau ini kurang terkenal dibanding pulau-pulau lain, berikut spot-spot wisata yang kami kunjungi selama di Pulau Bawean:

1. Pulau Gili dan Gili Noko
Untuk menuju lokasi ini, dari pelabuhan kami mengambil jalur kanan/Timur dengan jarak sekitar 12 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Perlu di catat juga, kondisi jalan lingkar pulau disini umumnya bagus karena menggunakan paving block, sedikit yang menggunakan aspal.
Sepanjang jalan kita disuguhi pemandangan berupa persawahan di kiri kanan jalan dan hutan serasa kita tidak berada di sebuah pulau kecil. Di sepanjang jalan banyak kita temukan mesjid dan mushola dengan jarak yang tidak terlallu berjauhan. Masyarakat di sini masih kental suasana religi-nya.
Mengikuti petunjuk arah menuju Gili, kami mengambil jalur kanan, jalan beton yang bisa dilewati 1 mobil, membelah area mangrove dan nipah. Sekitar 200 meter kami sampai di dermaga kecil tempat perahu-perahu nelayan dan kapal motor untuk menyeberang ke Gili.
Biaya sewa kapal sebesar Rp. 350.000 tidak termasuk sewa alat snorkeling sekitar Rp. 40.000 (??). Kami tidak menyewa peralatan snorkeling karena kami membawa peralatan sendiri. 

Pelabuhan penyeberangan ke Gili
Perjalanan menuju Gili tidak terlalu lama, sekitar 30 menit. Awalnya kami mau snorkeling sebelum ke Gili tapi karena arus dan ombak lumayan besar akhirnya kami memutuskan main ke Gili menunggu arus tenang. 
Pemandangan menuju Gili
Pulau ini tidak terlalu besar, tapi masih ada penduduknya, meski tidak terllau banyak. Juga di sini disediakan penginapan tapi tidak terlalu banyak. Menikmati pemandangan pasir putih dan air laut dengan gradasi warna putih, hijau dan biru serasa berada di Gili Trawangan. Hanya saja, masih terlihat banyak sampah terutama botol plastik bekas.
Sampai di Gili


Sampai di Gili

Gili

Pelabuhan Gili dari atas

Pelabuhan Gili dari atas
Keindahan pulau ini juga makin cantik jika dilihat dari atas menggunakan drone. Dari sini terlihat Gili Noko yang dikeliling pasir putih. Pulau yang sebenarnya menyatu dengan Pulau Gili dan bisa dilewati jika pasang surut.

Menikmati pasir putih di Gili

Menikmati pasir putih di Gili

Gili Noko di atas
Gili Noko di atas
Belum lengkap rasanya jika ke sini tidak menikmati kelapa muda dan koncok-koncok, sejenis makanan dengan olahan tepung dan ikan yang di goreng mirip pempek. Dan semua itu bisa dinikmati dengan harga bersahabat.
Koncok-koncok (tengah)
Karena air suda agak tenang, kamipun melanjutkan snorkeling. Karena guide nya sudah biasa, kami di bawa ke spot yang banyak karang dan ikannya. Spot snorkeling berkedalaman sekitar 4-6 meter. Jadi kami tidak mengganggu karang meski loncat dari ataskapal.

Loncat dari kapal
Berenang dan snorkeling
Karang-karang disini sangat wah, hampir tidak terlihat kerusakan (meski ada satu dua karang yang rusak), tapi secara umum masih terjaga. Karang aneka ragam, dengan berbagai ukuran dan warna sangat memanjakan mata. Berbeda dengan karang yang saya jumpai waktu snorkeling di Belitung, Gili Trawangan, dan Pulau Sepa. Juga ikan-ikannya lumayan banyak dan jinak-jinak. Pokoknya kalau ke Pulau Bawean, jangan pernah melewati untuk bersnorkeling di sini!!!.
Freedive
Freedive
Freedive
Freedive
Pemandangan bawah laut


Pemandangan bawah laut
Setelah snorkeling, kapal kami merapat ke Gili Noko. Pulau kecil ini sangat indah, berpasir putih (sayang lumayan banyak sampah berserakan), dikelilingi oleh air jernih bak kristal. Pengunjung tidak perlu takut berenang di sini, selain tidak berombak juga airnya sangat dangkal meski kita berada jauh dari pantai. Kami pun berenang dan bermain air di sini lupa bahwa cuaca sangat panas dan membakar hahahha.


Di Gili Noko
Di Gili Noko


Di Gili Noko


Di Gili Noko

Di Gili Noko
 Setelah puas bermain air, kamipun kembali ke dermaga dan makan siang di warung apung dengan menu ikan bakar tentunya dengan harga yang bersahabat.

Menu makan siang
Link terkait:
- Air Terjun Laccar, Danau dan Air Terjun Kastoba
- Tanjung Ghe'en/Tanjung Gaang dan Pantai Kerrong

Labels: , , , , , , , , , ,