Saturday, June 29, 2019

Jelajah Cianjur Selatan, Garut Selatan dan Bandung Selatan Bagian 8: Situ Cileunca

Trip kali ini melanjutkan trip jelajah Cianjur Selatan, Garut Selatan dan Bandung Selatan yang saya lakukan tahun lalu. Kali ini trip dimulai 13-16 April 2019, tadinya mau lanjut sampai 21 tapi tanggal 17 adalah Pilpres jadinya tanggal 16 harus kembali untuk nyoblos.


Bersama Revan dan Ringgo, kami berangkat dari Bogor Sabtu, sekitar jam 5.15 pagi melewati tol Jagorawi-Cikampek dan macet parah mulai memasuki Cikampek hingga KM 45 karena masih berlangsungnya pembangunan Elevated Toll. Selepas Cikampek terus memasuki tol Purbaleunyi dan di lajut tol Soreang. Keluar Soreang kita mengarah ke Ciwidey. Di pertigaan jika lurus ke Ciwidey kita ambil ke kiri ke arah Pengalengan. Dari Soreang ini ke Pengalengan ini masih berjarak sekitar 30km atau 1 jam perjalanan.



Kondisi jalan memasuki wilayah dataran tinggi tentu saja berbelak-belok dan naik-turun. Hampir tengah hari kami mulai memasuki Pengalengan dan beristirahat sejenak buat makan siang di salah satu warung makan Sunda yang lumayan enak dan ramai di sisi kiri jalan. Melanjutkan perjalanan, nanti kita sampai di pertigaan dimana kekiri ke arah pemandian air panas, dan pembangkit litsrik tenaga panas bumi Wayang Windu serta yang lagi hits rumah tua tempat shooting film Pengabdi Setan. Nah kurang tertarik yang begitu, kami terus ke arah Situ Cileunca yang tidak berapa jauh lagi. Kebetulan juga jalur ini adalah jalur kami selanjutnya menuju Curug Cisewu dan Pantai Ranca Buaya di Garut nantinya. Sebelum sampai ke Situ kami mampir dulu mengisi perut sekaligus beristirahat di sebuah rumah makan Sunda yang terlihat ramai.

Menikmati makan pagi plus siang
Sampai di Situ Cileunca, hal pertama yang kami lakukan pastinya mencari penginapan. Ternyata agak susah mencari penginapan di sini. Biasanya penginapan-penginapan sudah di booking oleh wisatawan yang datang berkelompok-kelompok apalagi pas weekend begini. Umumnya wisatawan datang untuk ke sini ber-arung jeram. Melihat banyak sekali wisatawan yang hilir mudik menggunakan life vest sepertinya mereka sudah datang dari pagi-pagi sekali di sini. Setelah memutari situ sampai 2x akhirnya kami mendapatkan penginapan tepat berada di samping gerbang utama Situ Cileunca. Penginapan yang biasa dipakai untuk gathering sehingga kami bisa check-in setelah mereka bubar sekitar jam 2 lewat.



Info singkat, sebenarnya Situ Cileunca adalah danau buatan tepatnya adalah sebuah bendungan yang dibuat oleh seorang tuan tanah Belanda bernama Kuhlan. Dengan membendung Sungai Cileunca dan membabat hutan di desa Warnasari dan Pulosari, situ ini dibuat selama 7 tahun (1919-1926) dan uniknya pembuatannya menggunakan Halu, yanitu alat untuk penumbuk padi. Situ ini dibuat untuk memenuhi kecukupan air si tuan tanah yang mempunyai tanah seluas 1.400Ha di Pengalengan. Danau ini dikelilingi oleh Perkebunan Teh Malabar yang sekarang dikelola oleh PTPN VIII. Juga, situ ini airnya dimanfaatkan oleh Indonesia Power untuk PLTA yang airnya dialirkan melalui Sungai Palayangan yang juga dijadukan ajang ber-arum jeram. Situ ini mempunyai kedalaman 17m (terdalam).


Salah satu spot yang bagus di sini adalah adanya jembatan penghubung antara Desa Warnasari dan Desa Pulosari. Boleh dikata, jembatan ini juga membelah danau menjadi 2. Di pinggir danau di arah desa Warnasari terdapat dam yang bisa dipakai untuk motor atau sekedar berjalan kaki di pinggir danau. Di bawah dam ini merupakan tanah milik Indonesia Power jadi hanya terlihat satu dua rumah di sini dan area di depan dam jauh lebih rendah dibanding permukaan situ. Sore hari area dam/jembatan ini dijadikan ajang berkumpul anak-anak muda.
Jalan sore di Dam Pulo
Jembatan penghubung Desa Warnasari dan desa Pulosari
Selain berarung jeram, pengunjung juga bisa berkemah di depan danau, melewati gerbang utama. Kalau kalian ingin berkemah harap membawa peralatan lengkap untuk mengusi hawa dingin, untuk makanan tidak usah kuatir karena di sepanjang jalan banyak yang berjualan. Bangun pagi-pagi kita bisa menyaksikan sunrise dari pinggir danau. Untuk masuk ke area wisata kita dikenakan tiket Rp. 5.000/orang, kalau pagi-pagi bisa gratis karena belum ada yang jaga loket. Pagi hari kita bisa menyaksikan kabut tipis dipermukaan danau. Beberapa perahu tua di tengah danau yang dibiarkan hancur bisa menjadi keunikan tersendiri ketika mengambil foto.
Berfoto di Situ di kala sunrise
Berfoto di Situ di kala sunrise
Habis sarapan pagi kami langsung check-out, melanjutkan perjalanan ke arah Garut. Melewati jalur Pengalengan-Garut agak mirip dengan jalur Ciwidey-Cianjur Selatan. Kita akan melewati perkebunan teh yang sangat cantik namun sangat sepi.  Kami berhenti sebentar di salah satu spot untuk menikmati keindahan perkebunan teh di sini. Dari atas terlihat perkebunan teh seluas mata memandang dengan latar perbukitan berlapis-lapis, sangat menyegarkan mata. Selanjutnya kami menuju Pantai Ranca Buaya via Talegong-Cisewu. Hanya saja kita harus berhati-hati terutama ketika musim hujan karena di jalur ini sering terjadi longsor.




Labels: , , , , , , ,

Tuesday, February 26, 2019

Jelajah Cianjur Selatan,Garut Selatan dan Bandung Selatan Bagian 6: Situ Patenggang

20 Nopember 2018. Hari terakhir trip Cianjur Selatan,Garut Selatan dan Bandung Selatan.
Pagi-pagi kami sudah berangkat meninggalkan Cipanas Garut. Belum terlihat banyak kegiatan pagi itu, sepertinya masih pada bermalas-malasan di tempat tidur masing-masing. Cuaca terlihat cerah, langit biru, perbukitan dan gunung terlihat jelas.

Melewati lintas Nagrek kemudian lanjut tol Soreang. Keluar Soreang lanjut hingga ke Ciwidey. Tak dapat dipungkiri lagi, bagi wisatawan kalo mendengar nama Ciwidey pastilah identik dengan Kebun Teh. Di kawasan ini juga ada Situ Patenggang, Kawah Putih, Pemandian Air Panas, perkemahan dan penangkaran rusa di Kampung Cai Ranca Upas.



Perkebunan Teh Ciwidey dan Rancabali
Termasuk satu perkebunan teh yang paling bagus yang pernah saya jumpai. Dulunya Perkebunan Teh Rancabali yang pernah kami lewati beberapa hari lalu dulunya termasuk bagian dari Ciwidey. Tapi dengan adanya pemekaran wilayah, Rancabali menjadi kecamatan tersendiri. Tapi kebanyakan wisatan termasuk saya mix-up antara Ciwidey dan Rancabali. Oke, lupakan saja, kita anggap saja Ciwidey dan Rancabali suatu kesatuan hehehehe.
Untuk menikmati kebun teh ini cukup berhenti dipinggir jalan raya dan kita sudah bisa menikmati pemandangan yang indah dan bisa juga beristirahat.



Situ Patenggang
Melewati Kawah Putih dan Kampung Cai Ranca Upas hingga pertigaan ke Pagelaran dimana beberapa hari lalu kami lewati dari Curug Citambur, Situ Patenggang cuman berjarak sekitar 3-4km. Salah satu cara untuk menikmati Situ Patenggang adalah melewati Wana Wisata Glamping Situ Patenggang, sebuah wana wisata yang dikelola (swasta?) yang berada di salah satu sudut Situ Patenggang, di sini di sediakan restoran menyerupai Kapal Pinisi dipinggir danau, camping ground, spot selfie Teras Bintang, Rumah Kelinci etc.

Untuk masuk ke kawasan wisata ini terdapat 2 harga, yaitu harga per spot dan terusan. Harga spot ini berkisar dari 10.000-20.000 dan harga terusan Rp. 50.000. Kami bertiga membeli harga terusan. 
Daftar harga tiket masuk
Pinisi Resto dari jauh
Spot pertama yang kami kunjungi tentu saja Pinisi Resto yang boleh dikata menjadi Ikon Wisata Ciwidey/Rancabali selain perkebunan teh. Untuk masuk ke Pinisi ini, kita cukup memperlihatkan tiket yang tadi kita beli, karena tiketnya terusan yang berlaku untuk beberapa spot, maka tiket akan di potong sesuai lokasi-lokasi yang kita kunjungi.


Melewati jembatan gantung untuk sampai di Pinisi, jembatan yang juga menjadi spot selfi dengan view perbukitan yang berkabut dan Situ Patenggang. Sampai di resto, terlihat sudah penuh dengan pengunjung, baik yang berkunjung untuk bersantap siang maupun yang hanya berfoto-foto. Untuk menikmati makan siang di sini, pengunjung harus merogoh kocek lebih dalam dibanding makan di warung biasa dengan kualitas makanan yang sama, kalau boleh dibilang harganya sekitar 3xlipat.
Situ Patenggang yang sedang berkabut
Pengunjung yang berlimpah di Pinisi Resto
Setelah makan siang dan mengambil beberapa foto (ada spot dimana pengunjung harus antri) selanjutnya menuju Rumah Kelinci yang tidak jauh dari Pinisi Resto. Awalnya penasaran apa sih Rumah Kelinci, tenyata sebuah taman kecil yang diisi dengan kelinci lengkap dengan rumah/sarangnya. 
Rumah Kelinci
Tidak jauh dari Rumah kelinci ini ada Musholla, di sini pengunjung bisa sholat. Selain mushola juga tersedia toilet. Buat yang tidak mau makan di Pinisi Resto, juga tersedia warung-warung kecil yang ada di sekitar parkiran.
Selanjutnya kami menuju Teras Bintang. Lokasi ini berada di ketinggian sehingga kita bisa melihat perkebunan teh dan jalan-jalan yang meliuk seperti ular. Di sini disiapkan spot selfie dari kayu yang dibuat seperti bintang.   Harus sabar untuk mengambil foto karena harus antri dengan pengunjung lain.
Teras Bintang
Teras Bintang
Teras Bintang
View dari Teras Bintang
View dari Teras Bintang
Selanjutnya kami menuju Balkon Adventure Camp. Lokasi ini adalah perkemahan berupa tenda-tenda yang sudah siap pakai. Dengan fasilitas seperti hotel/penginapan, perkemahan ini juga biasa disebut dengan Glamping atau Glamour Camping. Pengunjung harus merogoh kocek minimal Rp. 500.000 per malam.
Balkon Adventure Camp
View dari Balkon Adventure Camp
Balkon Adventure Camp adalah spot terakhir yang kami kunjungi karena harus ke Kawah Putih. Buat kalian yang mau kesini, harus mempertimbangkan apakah membeli tiket terusan atau per spot. Saya rekomendasikan Pinisi Resto dan Teras Bintang (Rp. 40.000). tapi kalau berniat menghabiskan waktu seharian di sini, silahkan mengambil tiket terusan (Rp. 50.000).



Labels: , , , , , , , , , ,