Tuesday, February 26, 2019

Jelajah Cianjur Selatan,Garut Selatan dan Bandung Selatan Bagian 6: Situ Patenggang

20 Nopember 2018. Hari terakhir trip Cianjur Selatan,Garut Selatan dan Bandung Selatan.
Pagi-pagi kami sudah berangkat meninggalkan Cipanas Garut. Belum terlihat banyak kegiatan pagi itu, sepertinya masih pada bermalas-malasan di tempat tidur masing-masing. Cuaca terlihat cerah, langit biru, perbukitan dan gunung terlihat jelas.

Melewati lintas Nagrek kemudian lanjut tol Soreang. Keluar Soreang lanjut hingga ke Ciwidey. Tak dapat dipungkiri lagi, bagi wisatawan kalo mendengar nama Ciwidey pastilah identik dengan Kebun Teh. Di kawasan ini juga ada Situ Patenggang, Kawah Putih, Pemandian Air Panas, perkemahan dan penangkaran rusa di Kampung Cai Ranca Upas.



Perkebunan Teh Ciwidey dan Rancabali
Termasuk satu perkebunan teh yang paling bagus yang pernah saya jumpai. Dulunya Perkebunan Teh Rancabali yang pernah kami lewati beberapa hari lalu dulunya termasuk bagian dari Ciwidey. Tapi dengan adanya pemekaran wilayah, Rancabali menjadi kecamatan tersendiri. Tapi kebanyakan wisatan termasuk saya mix-up antara Ciwidey dan Rancabali. Oke, lupakan saja, kita anggap saja Ciwidey dan Rancabali suatu kesatuan hehehehe.
Untuk menikmati kebun teh ini cukup berhenti dipinggir jalan raya dan kita sudah bisa menikmati pemandangan yang indah dan bisa juga beristirahat.



Situ Patenggang
Melewati Kawah Putih dan Kampung Cai Ranca Upas hingga pertigaan ke Pagelaran dimana beberapa hari lalu kami lewati dari Curug Citambur, Situ Patenggang cuman berjarak sekitar 3-4km. Salah satu cara untuk menikmati Situ Patenggang adalah melewati Wana Wisata Glamping Situ Patenggang, sebuah wana wisata yang dikelola (swasta?) yang berada di salah satu sudut Situ Patenggang, di sini di sediakan restoran menyerupai Kapal Pinisi dipinggir danau, camping ground, spot selfie Teras Bintang, Rumah Kelinci etc.

Untuk masuk ke kawasan wisata ini terdapat 2 harga, yaitu harga per spot dan terusan. Harga spot ini berkisar dari 10.000-20.000 dan harga terusan Rp. 50.000. Kami bertiga membeli harga terusan. 
Daftar harga tiket masuk
Pinisi Resto dari jauh
Spot pertama yang kami kunjungi tentu saja Pinisi Resto yang boleh dikata menjadi Ikon Wisata Ciwidey/Rancabali selain perkebunan teh. Untuk masuk ke Pinisi ini, kita cukup memperlihatkan tiket yang tadi kita beli, karena tiketnya terusan yang berlaku untuk beberapa spot, maka tiket akan di potong sesuai lokasi-lokasi yang kita kunjungi.


Melewati jembatan gantung untuk sampai di Pinisi, jembatan yang juga menjadi spot selfi dengan view perbukitan yang berkabut dan Situ Patenggang. Sampai di resto, terlihat sudah penuh dengan pengunjung, baik yang berkunjung untuk bersantap siang maupun yang hanya berfoto-foto. Untuk menikmati makan siang di sini, pengunjung harus merogoh kocek lebih dalam dibanding makan di warung biasa dengan kualitas makanan yang sama, kalau boleh dibilang harganya sekitar 3xlipat.
Situ Patenggang yang sedang berkabut
Pengunjung yang berlimpah di Pinisi Resto
Setelah makan siang dan mengambil beberapa foto (ada spot dimana pengunjung harus antri) selanjutnya menuju Rumah Kelinci yang tidak jauh dari Pinisi Resto. Awalnya penasaran apa sih Rumah Kelinci, tenyata sebuah taman kecil yang diisi dengan kelinci lengkap dengan rumah/sarangnya. 
Rumah Kelinci
Tidak jauh dari Rumah kelinci ini ada Musholla, di sini pengunjung bisa sholat. Selain mushola juga tersedia toilet. Buat yang tidak mau makan di Pinisi Resto, juga tersedia warung-warung kecil yang ada di sekitar parkiran.
Selanjutnya kami menuju Teras Bintang. Lokasi ini berada di ketinggian sehingga kita bisa melihat perkebunan teh dan jalan-jalan yang meliuk seperti ular. Di sini disiapkan spot selfie dari kayu yang dibuat seperti bintang.   Harus sabar untuk mengambil foto karena harus antri dengan pengunjung lain.
Teras Bintang
Teras Bintang
Teras Bintang
View dari Teras Bintang
View dari Teras Bintang
Selanjutnya kami menuju Balkon Adventure Camp. Lokasi ini adalah perkemahan berupa tenda-tenda yang sudah siap pakai. Dengan fasilitas seperti hotel/penginapan, perkemahan ini juga biasa disebut dengan Glamping atau Glamour Camping. Pengunjung harus merogoh kocek minimal Rp. 500.000 per malam.
Balkon Adventure Camp
View dari Balkon Adventure Camp
Balkon Adventure Camp adalah spot terakhir yang kami kunjungi karena harus ke Kawah Putih. Buat kalian yang mau kesini, harus mempertimbangkan apakah membeli tiket terusan atau per spot. Saya rekomendasikan Pinisi Resto dan Teras Bintang (Rp. 40.000). tapi kalau berniat menghabiskan waktu seharian di sini, silahkan mengambil tiket terusan (Rp. 50.000).



Labels: , , , , , , , , , ,

Monday, January 28, 2019

Jelajah Cianjur Selatan,Garut Selatan dan Bandung Selatan Bagian 3: Curug Tilu, Kebun Teh Rancabali dan Pantai Jayanti



Sekitar jam 9 pagi kami meninggalkan Wana Wisata Curug Citambur. Tujuan selanjutnya sebenarnya adalah Pantai Santolo di Garut. Karena takut kemalaman kami berencana menginap di Pantai Jayanti semalam dan besok paginya menuju Pantai Santolo. Dari gerbang Curug Citambur, kami mengambil jalur kiri ke arah Ciwidey.
Kami melewati kondisi jalan yang tidak terlalu bagus dan tidak begitu lebar melewati perkampungan dengan view perbukitan. Memasuki perbatasan Rancabali-Bandung Barat jalanannya sedikit bagus. Di tebing bukit sebelah kiri terlihat air terjun yang lumayan besar, tapi tidak dikelola dan menurut kabar, karena masih ada perdebatan mengenai hak pengelolaannya karena berada diperbatasan Cianjur dan Bandung.
Kondisi jalan ke arah Ciwidey
View sepanjang perjalanan
Tidak beberapa jauh dari curug yang kami lewatin tadi terlihat di kejauhan beberapa curug yang berdekatan. Awalnya kami tidak berniat mampir karena takut tidak ada akses. Melihat ada jalan kecil dan warung dipinggir jalan kamipun mampir dan menanyakan ke pemilik warung apakah bisa menuju curug yang ternyata namanya adalah Curug Tilu ini. Ternyata curug ini bisa diakses dan sudah dikelola.
View di parkiran Curug Tilu
Berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang landai. Tak terasa kami berada di atas bukit yang posisinya lebih tinggi dan terlihat pemandangan yang menakjubkan. Di kejauhan terlihat sawah-sawah dan perbukitan yang menghijau. Meskipun dari jauh terlihat curug ini tidak bisa diakses ternyata kami menemukan pemukiman yang tidka terlalu ramai. Menapaki jalan setapak diantar arumah penduduk sampailah kami di gerbang Curug Tilu.
Di loket yang juga sebuah warung kami bertemu bapak yang jaga. Terlihat bapak ini sangat senang kami datang dan tidak terlihat pengunjung lain selain kami bertiga. Di kejauhan terlihat tiga (tilu) curug yang mengalir di tebing bukit di antara rimbunnya pepohonan. Hanya saja karena musim kemarau, debit airnya tidak terlalu besar. Menurut si bapak, kalau musim hujan, debit air curug ini akan memenuhi kolam buatan yang ada di bawah.
Di bukit sebelah kiri terlihat saung yang terlihat baru dan area yang baru saja di bersihkan. Dari titik ini kita bisa melihat pemandangan berupa pegunungan dan juga curug yang tadi kami lewati. Benar-benar sangat indah, sayang lokasi ini sangat sepi.
Curug Tilu
Kemudian kami mendekati air terjun. Melewati pinggir kolam yang ditumbuhi aneka macam bunga kami sampai ke salah satu air terjun. Terlihat sebuah sepeda butut yang dijadikan spot selfie, dan kamipun berfoto meskipun diterpa tampias dari curug. Airnya sangat jernih dan segar.
Curug Tilu
Spot foto di Curug Tilu
Tidak bisa berlama-lama, kamipun pamit ke bapak yang jaga dan membayar lsedikit lebih dari yang di patok Rp. 5.000 per orang. Nah buat kalian yang kebetulan melewati jalur ini (Ciwidey-Pagelaran) tidak ada salahnya mampir dan bersantai di sini.
Dari Curug Tilu kami melanjutkan perjalanan dengan kondisi jalan dengan tikungan-tikungan tajam dan mendaki/menurun. Tidak beberapa jauh kami sampai di perkebunan teh Rancabali. Di sini kami berhenti sejenak menikmati pemandangan berupa hamparan perkebunan teh yang menghijau. Terlihat pola-pola dan alur-alur pohon teh yang sangat cantik. Di kejauhan juga terlihat kampung pemetik teh di tengah-tengah hijaunya teh.
Jalanan terlihat sangat sepi dan kondisi ini terlihat sama hingga kami mencapai pertigaan Situ Patenggang (kanan) dan ke Ciwidey/Ranca Upas/KawahPutih ke kiri. Mengambil jalur kanan melewati Situ Patenggang dan kembali memasuki perkebunan teh. Saking sepinya jalanan kamipun bisa berfoto-foto di tengah jalan hahahaha. Kami juga melewatin area berkabut denga jarak pandang sangat dekat karena saking pekatnya kabut. Samar-samar hanya terlihat perkebunan teh dan sesekali hutan-hutan.
Perkebunan teh Rancabali
Perkebunan teh Rancabali
Perkebunan teh Rancabali
Perkebunan teh Rancabali
Perkebunan teh Rancabali
Perkebunan teh Rancabali
Suasana sepi dan kabut
Suasana sepi dan kabut
Suasana sepi dan kabut
Memasuki area Cianjur yang ditandai dengan gapura besar. Memasuki area perbukitan dan masih saja......... sangat sepi. Di sebuah warung makan kami mampir karena belum makan siang. Menikmati ikan goreng dan sambal dadakan, sambil menikmati banyak air terjun yang ada di tebing, sungguh suatu momen yang sangat langka. Air terjun-air terjun ini jatuh dari tebing dan menyelinap diantara pepohonan, dibawahnya terbentang sawah-sawah dan perkampungan yang tidak terlalu padat.
Menikmati makan siang dengan view perbukitan dan curug-curug
Menikmati makan siang dengan view perbukitan dan curug-curug
Melanjutkan perjalanan dengan rasa penasaran akan curug-curug yang barusan kami lihat, melewati jalan yang masih berkelok-kelok sampai lah kami di sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. Berhenti dipinggir jalan di pinggir sawah, kami mengambil foto sebuah curug yang terihat jelas dari jalan raya. Curug yang ada 2 undakan, undakan pertama ukurannya sangat tinggi dan undakan kedua terdapat beberapa curug yang merupakan aliran dari curug utama. Susah ditebak apakah ada akses menuju curug tersebut karena terlihat lembah dengan pepohonan yang cukup rapat.
Salah satu curug dari belasan curug yang terlihat disepanjang tebing
Melanjutkan perjalanan, sampailah kami di sebuah curug yang ada dipinggir jalan... ya dipinggir jalan. Di sini kita bisa berfoto/mobil dengan kendaraan hahahha. Banyak pengendara motor yang menyempatkan diri singgah sejenak baik sekedar beristirahat ataupun berfoto di curug.
Curug Naringgul
Kami sempat melewati titik longsor yang membuat kendaraan antri (sistim buka tutup). Dan terdapat banyak ttitik longsor yang kami lewati. Dan sangat disarankan untuk tidak melewati jalur ini dalam kondisi hujan karena titik-titik longsor ini berada di tebing/jurang yang dalam. Meskipun begitu, sepanjang jalan kami masih disuguhi dengan curug-curug yang berada di sepanjang tebing di kiri kanan jalan, yang kalau dihitung-hitung jumlahnya bisa belasan. Pemadangan indah yang sekaligus membuat penasaran. Pemandangan yang langka dan jarang ada.
Salah satu titik longsor
Sistem buka-tutup melewati titik longsor
Sampai di Cidaun sudah mulai sore, dan kondisi jalan sudah bagus. Jalanan mulus dan di cor juga ada yang beaspal mulus. Memasuki Pantai Jayanti sudah hampir magrib. Untunglah kami mendapatkan penginapan yang jaraknya tidak lebih dari 100m dari Pantai. Penginapan tua dan sangat sederhana dengan tarif Rp. 150.000/malam. Penginapan yang terkesan tidak terawat tapi buat kami sudah merasa beruntung.
Pantai Jayanti ini sangat ramai di sore hari, dipenuhi oleh wisatawan lokal tapi juga banyak dari grup-grup yang melakukan turing dengan motor. Biasanya pantai ini menjadi tempat persinggahan.  Terlihat kapal-kapal nelayan bersandar di teluk kecil yang dikelilingi pavar-pagar beton. Pagar-pagar yang juga digunakan oleh pengunjung untuk bersantai.
Spot di Pantai Jayanti
Pantai Jayanti in slow motion
Suasana sunset di Pantai Jayanti
Karena ombak di sini besar dengan arus kuat tipikal Pantai Selatan jadi disini pengunjug dilarang berenang persis seperti yang tertulis di papan peringatan. Terlihat pengunjung yang melakukan aktifitas memancing di atas batu-batu pemecah ombak yang agak menjorok ke laut. Menjadikan mereka siluet ketika matahari terbenam.
Kamipun melewatkkan senja yang indah di Pantai Jayanti.... menikmati sunset dan ikan bakar....
Makan malam dengan ikan bakar
Sunset di Pantai Jayanti
Sunset di Pantai Jayanti
Sunset di Pantai Jayanti
Baca juga link terkait:
- Curug Dengdeng-Naringgul
- Pantai Ranca Buaya dan Puncak Guha
- Curug Ciawitali dan Curug Rahong/Curug Cisewu
- Situ Cileunca
- Kawah Putih dan Kampung Cai Ranca Upas
- Situ Patenggang-Bandung Selatan
- Curug Sanghyang Taraje, Curug Utang dan Cipanas Garut 
- Pantai Santolo
- Curug Cikondang dan Curug Terekel-Cianjur Selatan 
- Curug Citambur-Cianjur Selatan

Labels: , , , , , , , , , ,

Sunday, January 27, 2019

Jelajah Cianjur Selatan,Garut Selatan dan Bandung Selatan Bagian 2: Curug Citambur


Masih di hari pertama trip Cianjur Selatan-Garut Selatan hingga Bandung Barat, dari Curug Cikondang dan Curug Terekel kami menuju Curug Citambur yang masih berada di Cianjur Selatan. Dari Curug Terekel sudah lepas Ashar, jadi ke Curug Citambur sudah agak sore ini karena sebenarnya tidak ada rencana awal ke Curug Terekel.
Jarak harus kami tempuh sekitar 50km atau 2 jam lebih kalau dilihat di Maps, dan kenyataan dilapangan berbeda karena kondisi jalan yang jelek. Dari pertigaan dimana lurus/kanan menuju Pantai Jayanti dan kiri ke Curug Citambur dan tembus ke Bandung Barat (Ciwidey, Ranca Upas dan Situ Patenggang). Dari pertigaan ini kita melewati jalan yang jelek dan semi offroad sekitar 22km. Di tambah dengan kondisi yang mulai gelap dan penuh dengan tanjakan/turunan serta tikungan tajam membuat perjalanan lebih lambat dari perkiraan. Apalagi mobil yang kami pakai adalah mobil  city car dan ada di titik dimana penumpang harus turun hehehe.
Kondisi jalan di salah satu ruas
Kondisi jalan di salah satu ruas
Kondisi jalan di salah satu ruas
Sunset di tengah perjalanan
Lewat magrib cuaca mulai gelap, sudah tidak terlihat pemandangan kiri-kanan yang sebenarnya kami berada di atas pegunungan dimana banyak titik rawan longsor. Oh iya, jalur ini juga jalur angkutan umum dari Ciwidey-Pagelaran dan seharusnyalah jalur ini diperbaiki.
Di sebuah warung yang terlihat terang benderang dan ramai yang singgah, kami berhenti. Istirahat sejenak mengisi perut yang keroncongan dengan baso (belum makan siang) dan warung ini buka 24 jam dan menjadi tempat singgah traveler yang melewati jalur ini. Dan info dari pemilik warung bahwa lokasi Curug Citambur sudah  tidak terlalu jauh.
Selepas istirahat kami melanjutkan perjalanan menuju Curug Citambur. Sampai di gerbang depan yang di kanannya ada Telaga (Situ) yang dinamakan Telaga/Rawa Leuwi Soro. Sudah tidak terlihat seorang penjagapun di sini. Untunglah di sebuah spanduk kami menemukan nomor telepon yang bisa di hubungi. Berhasil menghubungi penjaga yang sekaligus pemilik salah satu warung di area curug, kami diantar ke dalam. Mengandalkan lampu dari kendaraan, kami melewati area hutan pinus hingga sampai di parkiran.
Telaga Leuwi Soro di pagi hari
Di parkiran terdapat beberapa warung yang lumayan terang. Karena sangat lapar, kamipun memesan makanan seadanya, nasi putih dengan dadar telur. Setelah selesai makan, kami diantar ke area camping ground. Suasana sangat gelap, dengan mengunakan lentera dan senter dari HP kami mendirikan 2 tenda di bawah pohon pinus dan di atas rerumputan. Di sini terdengar gemuruh air yang berasal dari Curug Citambur. Di sini juga terdapat mushola dan 2 toilet.
Berkemah di sini benar-benar terasa suasana hutan karena tidak ada pengunjung lain selain kami bertiga sehingga tidak terdengar suara ribut-ribut musik, gitar, dll yang ada hanya suara binatang malam, suara angin dan gemuruh air terjun yang menjadi teman beristirahat kami malam itu.
Bangun pagi, sholat subuh di cuaca yang lumayan dingin. Lanjut lagi tidur kemudian bangun lagi buat sarapan. Sarapan pagi kami ditemani teman dari species lain, guk-guk yang terlihat sangat lapar, untunglah gug-guk nya sukan makan roti hahahaha.
Suasana pagi
Teman kecil yang kelaparan
Wana wisata Curug Citambur di pagi hari
Wana wisata Curug Citambur di pagi hari
Abis sarapan, saatnya jalan-jalan menikmati suasana curug dan pemandangan di sekitarnya. Ternyata cuman beberapa langkan saja sudah terlihat Curug Citambur yang sangat spektakuler. Bagaimana tidak, curug ini mempunyai ketinggian lebih dari 120m, sehingga pas menghantam ke bawah berbunyi seperti suara berdentum, sehingga dinamakan Curug Citambur (ci=air, tambur=alat musik pukul). Curug utama yang dibatasi oleh tebing sehingga pengunjung tidak boleh mendekat karena sangat berbahaya karena untuk mendekatinya kita harus melewati bebatuan yang rawan longsor.
Curug Citambur dari dekat
Curug Citambur dari dekat
Curug Citambur dari dekat
Untuk berselfie ria kita cukup berfoto di bukit depan curug, bukit yang didominasi semak hijau. Juga di sediakan spot selfie,  di arena bawah, dekat aliran curug. Untuk ke sini kita harus melewati jalan setapa di sisi tebing. Sisi tebing ini dibatasi oleh pagar kayu. Hanya saja, karena selalu basah oleh tampias dari curug, area ini sangat licin, jadi harus berhati-hati berjalan. Dari jalan ini kita bisa melihat curug tingkat 2 yang mempunyai ketinggian sekitar 5m dan terbagi dalam beberapa aliran.
Curug Citambur tingkat 2
Di area ini terdapat spot selfie di atas batu besar yang langsung menghadap ke curug sehingga kita dapat memoto curug keseluruhan. Juga terdapat spot kupu-kupu dan juga berfoto dengan latar perbukitan di yang menghijau. Sebenarnya di tebing sebelah kiri terlihat curug yang lebih kecil tapi tidak ada akses untuk menuju kesana karena tertutup hutan.
Curug lain di kejauhan
Curug Citambur dari spot selfie
Curug Citambur dari spot selfie

Curug Citambur dari spot selfie

Selain spot foto yang saya sebutkan di atas, juga ada spot foto rumah Hobbit. Hanya saja untuk berfoto di sini kita harus bayar Rp. 5.000. dari sini kita bisa mengambil foto di depan ataupun di atas rumah Hobbit dengan latar belakang Curug Citambur. Nah kalau belum puas kalian bisa naik ke belakang bukit yang ada di belakang rumah Hobbit untuk mengambil foto Curug dari ketinggian.
Rumah Hobbit
Sekitar jam 8 kami mulai beberes. Oh iya, untuk berkemah di sini kita cukup bayar Rp. 10.000, hanya uang masuk jadi untuk kemping kita tidak dipungut bayaran hehehe. Juga buat parkir cuman bayar Rp. 5.000. Leawat jam 8, setelah mandi dan bersih-bersih, sebelum pengunjung mulai berdatangan,  kamipun melanjutkan perjalanan menuju Pantai Jayanti. Sungguh pengalaman berkemah yang sangat berkesan di Curug Citambur ini…


Info:
Curug Citambur
Alamat: Desa Karangjaya, kec. Pasirkuda-Cianjur-Jawa Barat
Biaya:

Labels: , , , , , , , ,