Monday, January 28, 2019

Jelajah Cianjur Selatan,Garut Selatan dan Bandung Selatan Bagian 3: Curug Tilu, Kebun Teh Rancabali dan Pantai Jayanti



Sekitar jam 9 pagi kami meninggalkan Wana Wisata Curug Citambur. Tujuan selanjutnya sebenarnya adalah Pantai Santolo di Garut. Karena takut kemalaman kami berencana menginap di Pantai Jayanti semalam dan besok paginya menuju Pantai Santolo. Dari gerbang Curug Citambur, kami mengambil jalur kiri ke arah Ciwidey.
Kami melewati kondisi jalan yang tidak terlalu bagus dan tidak begitu lebar melewati perkampungan dengan view perbukitan. Memasuki perbatasan Rancabali-Bandung Barat jalanannya sedikit bagus. Di tebing bukit sebelah kiri terlihat air terjun yang lumayan besar, tapi tidak dikelola dan menurut kabar, karena masih ada perdebatan mengenai hak pengelolaannya karena berada diperbatasan Cianjur dan Bandung.
Kondisi jalan ke arah Ciwidey
View sepanjang perjalanan
Tidak beberapa jauh dari curug yang kami lewatin tadi terlihat di kejauhan beberapa curug yang berdekatan. Awalnya kami tidak berniat mampir karena takut tidak ada akses. Melihat ada jalan kecil dan warung dipinggir jalan kamipun mampir dan menanyakan ke pemilik warung apakah bisa menuju curug yang ternyata namanya adalah Curug Tilu ini. Ternyata curug ini bisa diakses dan sudah dikelola.
View di parkiran Curug Tilu
Berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang landai. Tak terasa kami berada di atas bukit yang posisinya lebih tinggi dan terlihat pemandangan yang menakjubkan. Di kejauhan terlihat sawah-sawah dan perbukitan yang menghijau. Meskipun dari jauh terlihat curug ini tidak bisa diakses ternyata kami menemukan pemukiman yang tidka terlalu ramai. Menapaki jalan setapak diantar arumah penduduk sampailah kami di gerbang Curug Tilu.
Di loket yang juga sebuah warung kami bertemu bapak yang jaga. Terlihat bapak ini sangat senang kami datang dan tidak terlihat pengunjung lain selain kami bertiga. Di kejauhan terlihat tiga (tilu) curug yang mengalir di tebing bukit di antara rimbunnya pepohonan. Hanya saja karena musim kemarau, debit airnya tidak terlalu besar. Menurut si bapak, kalau musim hujan, debit air curug ini akan memenuhi kolam buatan yang ada di bawah.
Di bukit sebelah kiri terlihat saung yang terlihat baru dan area yang baru saja di bersihkan. Dari titik ini kita bisa melihat pemandangan berupa pegunungan dan juga curug yang tadi kami lewati. Benar-benar sangat indah, sayang lokasi ini sangat sepi.
Curug Tilu
Kemudian kami mendekati air terjun. Melewati pinggir kolam yang ditumbuhi aneka macam bunga kami sampai ke salah satu air terjun. Terlihat sebuah sepeda butut yang dijadikan spot selfie, dan kamipun berfoto meskipun diterpa tampias dari curug. Airnya sangat jernih dan segar.
Curug Tilu
Spot foto di Curug Tilu
Tidak bisa berlama-lama, kamipun pamit ke bapak yang jaga dan membayar lsedikit lebih dari yang di patok Rp. 5.000 per orang. Nah buat kalian yang kebetulan melewati jalur ini (Ciwidey-Pagelaran) tidak ada salahnya mampir dan bersantai di sini.
Dari Curug Tilu kami melanjutkan perjalanan dengan kondisi jalan dengan tikungan-tikungan tajam dan mendaki/menurun. Tidak beberapa jauh kami sampai di perkebunan teh Rancabali. Di sini kami berhenti sejenak menikmati pemandangan berupa hamparan perkebunan teh yang menghijau. Terlihat pola-pola dan alur-alur pohon teh yang sangat cantik. Di kejauhan juga terlihat kampung pemetik teh di tengah-tengah hijaunya teh.
Jalanan terlihat sangat sepi dan kondisi ini terlihat sama hingga kami mencapai pertigaan Situ Patenggang (kanan) dan ke Ciwidey/Ranca Upas/KawahPutih ke kiri. Mengambil jalur kanan melewati Situ Patenggang dan kembali memasuki perkebunan teh. Saking sepinya jalanan kamipun bisa berfoto-foto di tengah jalan hahahaha. Kami juga melewatin area berkabut denga jarak pandang sangat dekat karena saking pekatnya kabut. Samar-samar hanya terlihat perkebunan teh dan sesekali hutan-hutan.
Perkebunan teh Rancabali
Perkebunan teh Rancabali
Perkebunan teh Rancabali
Perkebunan teh Rancabali
Perkebunan teh Rancabali
Perkebunan teh Rancabali
Suasana sepi dan kabut
Suasana sepi dan kabut
Suasana sepi dan kabut
Memasuki area Cianjur yang ditandai dengan gapura besar. Memasuki area perbukitan dan masih saja......... sangat sepi. Di sebuah warung makan kami mampir karena belum makan siang. Menikmati ikan goreng dan sambal dadakan, sambil menikmati banyak air terjun yang ada di tebing, sungguh suatu momen yang sangat langka. Air terjun-air terjun ini jatuh dari tebing dan menyelinap diantara pepohonan, dibawahnya terbentang sawah-sawah dan perkampungan yang tidak terlalu padat.
Menikmati makan siang dengan view perbukitan dan curug-curug
Menikmati makan siang dengan view perbukitan dan curug-curug
Melanjutkan perjalanan dengan rasa penasaran akan curug-curug yang barusan kami lihat, melewati jalan yang masih berkelok-kelok sampai lah kami di sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. Berhenti dipinggir jalan di pinggir sawah, kami mengambil foto sebuah curug yang terihat jelas dari jalan raya. Curug yang ada 2 undakan, undakan pertama ukurannya sangat tinggi dan undakan kedua terdapat beberapa curug yang merupakan aliran dari curug utama. Susah ditebak apakah ada akses menuju curug tersebut karena terlihat lembah dengan pepohonan yang cukup rapat.
Salah satu curug dari belasan curug yang terlihat disepanjang tebing
Melanjutkan perjalanan, sampailah kami di sebuah curug yang ada dipinggir jalan... ya dipinggir jalan. Di sini kita bisa berfoto/mobil dengan kendaraan hahahha. Banyak pengendara motor yang menyempatkan diri singgah sejenak baik sekedar beristirahat ataupun berfoto di curug.
Curug Naringgul
Kami sempat melewati titik longsor yang membuat kendaraan antri (sistim buka tutup). Dan terdapat banyak ttitik longsor yang kami lewati. Dan sangat disarankan untuk tidak melewati jalur ini dalam kondisi hujan karena titik-titik longsor ini berada di tebing/jurang yang dalam. Meskipun begitu, sepanjang jalan kami masih disuguhi dengan curug-curug yang berada di sepanjang tebing di kiri kanan jalan, yang kalau dihitung-hitung jumlahnya bisa belasan. Pemadangan indah yang sekaligus membuat penasaran. Pemandangan yang langka dan jarang ada.
Salah satu titik longsor
Sistem buka-tutup melewati titik longsor
Sampai di Cidaun sudah mulai sore, dan kondisi jalan sudah bagus. Jalanan mulus dan di cor juga ada yang beaspal mulus. Memasuki Pantai Jayanti sudah hampir magrib. Untunglah kami mendapatkan penginapan yang jaraknya tidak lebih dari 100m dari Pantai. Penginapan tua dan sangat sederhana dengan tarif Rp. 150.000/malam. Penginapan yang terkesan tidak terawat tapi buat kami sudah merasa beruntung.
Pantai Jayanti ini sangat ramai di sore hari, dipenuhi oleh wisatawan lokal tapi juga banyak dari grup-grup yang melakukan turing dengan motor. Biasanya pantai ini menjadi tempat persinggahan.  Terlihat kapal-kapal nelayan bersandar di teluk kecil yang dikelilingi pavar-pagar beton. Pagar-pagar yang juga digunakan oleh pengunjung untuk bersantai.
Spot di Pantai Jayanti
Pantai Jayanti in slow motion
Suasana sunset di Pantai Jayanti
Karena ombak di sini besar dengan arus kuat tipikal Pantai Selatan jadi disini pengunjug dilarang berenang persis seperti yang tertulis di papan peringatan. Terlihat pengunjung yang melakukan aktifitas memancing di atas batu-batu pemecah ombak yang agak menjorok ke laut. Menjadikan mereka siluet ketika matahari terbenam.
Kamipun melewatkkan senja yang indah di Pantai Jayanti.... menikmati sunset dan ikan bakar....
Makan malam dengan ikan bakar
Sunset di Pantai Jayanti
Sunset di Pantai Jayanti
Sunset di Pantai Jayanti
Baca juga link terkait:
- Curug Dengdeng-Naringgul
- Pantai Ranca Buaya dan Puncak Guha
- Curug Ciawitali dan Curug Rahong/Curug Cisewu
- Situ Cileunca
- Kawah Putih dan Kampung Cai Ranca Upas
- Situ Patenggang-Bandung Selatan
- Curug Sanghyang Taraje, Curug Utang dan Cipanas Garut 
- Pantai Santolo
- Curug Cikondang dan Curug Terekel-Cianjur Selatan 
- Curug Citambur-Cianjur Selatan

Labels: , , , , , , , , , ,

Thursday, January 3, 2019

Hunting Curug di Bandung Barat: Curug Tilu, Curug Layung dan Curug Aseupan


Melanjutkan liburan di Majalengka, selanjutnya kami memutuskan ke Lembang-Bandung. Berangkat sekitar jam 2 siang dari Majalengka, kami berharap sampai di Lembang paling lambat jam 4.30 sore. Keluar di tol Subang, awalnya terasa lancar hingga melewati Ciater padahal hari ini masih dalam rangkaian libur panjang. Tak di sangka mendekati perbatasan Subang-Lembang pas di dekat gerbang Tangkuban Perahu, jalananan pun macet total dan merayap.
Menikmati macet di Lembang
Selagi menunggu macet kamipun mencari-cari penginapan via online, yang ternyata pada full. Lewat jam 7 malam, kami istirahat makan malam dan melanjutkan mencari penginapan sampai Jl. Setiabudi. Di sini kami mendapatkan penginapan dengan tipe kamar keluarga dengan tarif Rp. 650.000/malam. Karena sudah capek kamipun menginap di sini untuk semalam.
Pagi-pagi sehabis sarapan kami langsung checkout dan menuju wana wisata Curug Tilu leuwi Opat yang ada di daerah Cisarua-Bandung Barat. Karena masih pagi jalanan masih lancar. Sama seperti kunjungan sebelumnya ke Curug Tilu Leuwi Opat, kami masuk melewati Villa Istana Bunga, komplek perumahan yang terdiri dari villa-villa baik yang disewakan ataupun ditinggali. Sampai di pos 13 langsung ada jalan tembus ke parkiran Curug Tilu Leuwi Opat. Dari perumahan cuman berjarak sekitar 200m.
Di loket kami membayar tiket masuk Rp. 10.000/orang dan parkir mobil Rp. 5.000. Sama seperti sebelumnya, lokasi ini terlihat rapih dan bersih. Terlihat bahwa lokasi ini dikelola professional.
Karena sebelumnya sudah mengunjungi Curug Aseupan, kami memutuskan pertama kali mengunjungi Curug Tilu. Ke curug ini kami harus menyusuri kawasan hutan dan mengikutin aliran pipa air bersih. Awalnya menyusuri saluran irigasi seperti jalur ke Curug Bendungan. Melintasi aliran Curug Asupan, melewatin Wisata Outbound Ciwangun.
Trek menuju Curug Tilu
Trek menuju Curug Tilu
Terus mengikuti aliran sungai, melewati trek yang landai dan suasana alam yang masih asri. Melihat banyaknya pipa-pipa, aliran sungai ini harus nya lebih besar dari yang ada, karena makin ke bawah debitnya makin kecil sementara makin ke hulu makin besar.
Trek menuju Curug Tilu
Trek menuju Curug Tilu
Trek menuju Curug Tilu
Trek menuju Curug Tilu
Perjalanan ke Curug Tilu di luar dugaan, tadinya kami menyangka cuman bebera ratus meter dari Curug Aseupan ternyata lumayan jauh hahahaha. Dari salah atu pengunjung kami dapat info bahwa di sini ada 3 curug. Setelah menempuh sekitar 45 menit perjalanan kami sampai di curug pertama yaitu Curug Gorosor yang dalam bahasa Sunda bearti “merosot”. Curug ini seperti Curug Panjang, dengan aliran yang landai yang mengalir di batuan tebing. Curug ini lumayan panjang dan mempunyai debit yang besar sehingga kita harus hati-hati melewati jalur di atasnya.
Curug Golosor
Curug Golosor
Tidak jauh dari Curug Golosor, di tebing sebelah kiri, berbeda aliran terdapat Curug Putri. Curug yang lumayan tinggi tapi debitnya kecil. Air di curug ini lebih bening dibanding aliran Curug Golosor. Air dari curug ini mengalir dan menyatu dengan aliran Curug Golosor.
Curug Putri
Menyeberangi sungai melewati Curg Golosor, kita sudah bisa melihat Curug Tilu di kejauhan. Terdapat 2 warung di area curug ini, salah satunya di samping kanan Curug Tilu. Di warung ini kami menaruh barang-barang untuk mengambil beberapa foto. Curug ini mempunyai 2 undakan, dan debit air yang deras. Kolam yang ada di bawah curug lumayan luas. Di kolam ini dibatasi dengan tali supaya pengunjung tidak berenang melewati batas tali karena area di sekitar curug berbahaya.
Curug Tilu di kejauhan
Curug Tilu
Dari pengunjung, kami mendapatkan info bahwa di atas ada lagi curug yaitu Curug Layung. Penasaran, kami mengikuti jalur melewati bukit di sisi kanan Curug Tilu. Hanya saya, Revan dan Noey yang berangkat sementara Sugi beristirahat di warung.
Jalurnya lumayan menanjak, sekitar 200m, kami sampai ke perkebunan teh. Melewti jalan setapak yang landai menuju Curug Layung. Memutar sisi bukit turun ke aliran sungai hingga sampai di loket. Di sini kami harus bayar lagi Rp. 10.000 karena beda pengelola dengan Curug Tilu. Di sini lebih banyak pengunjung di bandingkan dengan di Curug Tilu. Dan pengunjung ini umumnya melewati gerbang utaa, beda dengan yang kami lalui via Curug Tilu.
Trek menuju Curug Layung
Curug Layung ini terdiri dari 2 tingakt, tingkat pertama berupa curug kecil dengan leuwi yang lumayan luas. Di aliran curug ini banyak pengunjung yang bermain air dan ada juga yang meloncat ke kolam di bawah curug walaupun ada larangan berenang.
Curug Layung bagian atas
Yang menarik dan unik dari curug ini adalah di curug bagian bawah. Curug bagian bawah ini di sebut Niagara Mini, aliran sungai melewati tebing yang lebar dan membentuk beberapa curug sehingga menyerupai Niagara Mini.
Curug Layung bagian bawah
Curug Layung bagian bawah
Curug Layung bagian bawah
Curug Layung bagian bawah
Di bawah curug tidak dalam, teralam sekitar sepinggang sehingga banyak pengunjung yang berenang di bawah curug.
Curug Layung bagian bawah
Curug Layung bagian bawah
Setelah merasakan kesegaran curug ini, selanjutnya kembali ke Curug Tilu. Di sini kami istirahat cukup lama sambil menikmati mie instan, gorengan dan teh minuman hangat.
Selanjutnya ke Curug Aseupan. Buat saya dan Revan ini adalah kunjungan kedua sementara Noey dan Sugi baru pertama kali ke sini. Curug ini tidak jauh dari parkiran dan merupakan aliran bawah dari Curug Layung, Curug Tilu dan Curug Golosor.
Menuruni beberapa tangga, sebelum ke Aseupan kami melewatin Curug Kecapi/Kacapi. Curug yang lumayan tinggi tapi kolamnya agak kotor.
Leuwi Kecapi
Di atas curug ini adalah Curug Aseupan yang tersembunyi diantara 2 tebing. Sekarang untuk naik ke atas di sediakan tangga, hanya saja pengunjung harus membayar Rp. 10.000. dan kami hanya berfoto-foto di bawah meskipun jauh dari curug. Dan sudah merasa puas mandi di bawah aliran air yang jatuh dari tebing.
Curug Aseupan
Curug Aseupan
Sekitar Curug Aseupan
Tidak lama kami di sini karena sudah mulai siang dan kami harus segera kembali. Ganti pakaian di toilet yang ada di dekat loket kemudian melanjutkan jalan pulang via Parongpong bukan Lembang sehingga masuk tol lewat gerbang Cileunyi bukan Pasteur untuk menghindari macet. Macet parah kami temui di tol Cikampek KM 65 sampai mendekati keluar tol. Resiko liburan di libur panjang....

Labels: , , , , , , , , ,