Friday, May 3, 2019

Kemping Ceria di Hutan Damar-Cidahu


Mengisi liburan sehabis Pilpres/Pilkada lalu, Sabtu 20-21 April ditambah cuti Senen 22 April 2019 saya berkemah di Taman Nasional Gn. Halimun Salak, Cidahu. Di temani Revan bareng adek dan ponakannya. Meskipun berempat tapi bisa di satu tenda.

Sebenarnya sudah 5x berkunjung ke tempat ini dan terakhir juga berkemah di Camp Damp, bumi perkemahan yang tak begitu jauh dari pintu masuk Taman Nasional. Meskipun sama-sama Taman Nasional Gn. Halimun Salak, dibandingkan dengan gerbang Pamijahan-Bogot (Salak Endah/Gunung Bunder), di Cidahu ini lebih terasa alami karena di dalam kawasan tidak ada perkampungan, dan curug-curug/air terjun yang ada di dalam kawasan bisa dinikmati sepuasnya tanpa dipungut lagi biaya masuk ataupun parkir.

Berangkat dari Bogor sekitar jam 10.30 pagi, melewati tol Bocimi dan keluar di Cigombong dan sedikit macet di Pasar Cicurug. Istirahat dan makan siang di dekat pertigaan Cidahu dan tidak lupa pesan nasi bungkus buat makan malam. Selanjutnya menjemput Ranti dan Ais sebelum lanjut ke Taman Nasional. Dari sini ke Taman Nasional palingan sekitar 30 menit kurang.

Di gerbang Taman Nasional terlihat banyak sekali mobil pengunjung yang parkir. Sepertinya pada memilih berkemah di Camp Dam yang ada di bawah. Setelah membayar berempat Rp. 55.000 (biaya masuk, berkemah dan parkir), kami melanjutkan ke area Hutan Damar. Kami memilih di sini karena tidak begitu jauh dari parkiran dan berada di lereng bukit sehingga bisa melihat city light kalau malam hari.
Suasana dekat gerbang masuk Taman Nasional

Camping ground Hutan Damar
Sampai di area kemping, kami mengambil posisi enak untuk memasang tenda. Posisinya masih di pinggir hutan damar tapi tidak begitu jauh dari pinggir lembah, karena kalo memasang tenda di pinggir lembah meskipun view nya bagus tapi pohonnya tidak ada dan anginnya lebih kencang. Setelah pasang tenda, kemudian bersantai sambil hammock-an.
Hammock-an setelah masang tenda
Hammock-an setelah masang tenda

Bumi perkemahan di blok Hutan Hutan Damar ini bertingkat-tingkat mengikuti kontur perbukitan. Di bagian atas di isi oleh anak-anak pramuka, makin ke bawah makin sepi. Di sekitar tenda kami hanya beberapa tenda lain yang terpasang, Yang berkemah umumnya adalah keluarga dan rombongan.

Malam menjelang, kabut dan gerimis mulai turun. mMskipun peralatan masak outdoor di bawa ternyata kami lupa membawa lentera. Jadilah kami memasak dan menikmati makan malam menggunakan senter dari HP. Selanjutnya hanya mengobrol, dengerin musik dan istirahat.
Camping ground Hutan Damar
Suasana sore yang berkabut

Suasana sore yang berkabut
Menikmati makan malam
Bangun pagi-pagi, habis sholat Subuh, waktu yang di tunggu-tunggu adalah menunggu matahari terbit. Meskipun banyak awan, pemandangan matahari terbit di sini masih indah. Matahari muncul di balik awan, menghasilkan warna emas. Di bawah masih terlihat lampu-lampu kota, mungkin kebanyak masih berada di balik selimut. Berlahan-lahan matahari semakin naik, memancarkan cahaya lembut.
Menunggu matahari terbit
Menyiapkan sarapan pagi

Salah satu kegiatan yang mengasikkan di waktu kemping adalah memasak sarapan. Kali ini sarapn dengan pisang goreng dan sereal. Oh iya kalau kalian masak gak usah takut kehabisan air karena bisa di ambil di pancuran. Air nya berasal dari pegungungan jadi masih murni.


Karena kami sudah mengunjungi semua air terjun di kawasan ini bahkan ada yang lebih dari 2x jadi kali ini sepanjang hari cuman berfoto-foto di hutan damar dan bermalas-malasan sambil hammock-an.
Foto Hutan Damar di pagi hari
Foto Hutan Damar di pagi hari
Menjelang siang sekitar jam 11, kami berkemas dan mengantar Ranti dan Ais pulang. Selanjutnya ke Sukabumi kota dan menginap semalam karena beok pagi, Senen 22 April kami akan mengunjungi Jembatan Gantung Situ Gunung di Kadudampit yang berjarak sekitar 30 menit dari pusat kota.


Jadi buat kalian yang mau berkemah dengan biaya murah, dengan fasiltar free parkir, toilet/kamar mandi, free ke semua air terjun (ada sekitar 5) dan ada Musholla silahkan ke sini, Taman Nasional Gunung Halimun Salak-Cidahu. Di sini juga ada warung yang menjual makanan-minuman ringan. Dan tambahan info, di sini juga merupakan salah satu jalur pendakian ke Kawah Ratu dan ke Puncak Gunung Salak.
Baca juga link terkait:

Labels: , , , , , , , ,

Saturday, August 11, 2018

Ciasmara-Sekeping Surga yang Terlupakan III: Curug Tebing, Curug Batu Sirep, Curug Hordeng dan Curug Saderi

Di kunjungan kedua lalu ke Desa Ciasmara, saya berjanji akan kembali lagi ke Desa ini. Bukan hanya karena pemandangan yang sangat Indah, juga karena masih ada beberapa curug yang belum saya kunjungi.

Hari minggu tepatnya tanggal 29 Juli, ditemani oleh Revan dan Gufron, dengan menguunakan 2 motor,  saya dan Revan mengunjungi desa ini untuk ketiga kalinya (Gufron baru untuk pertama kali). Tujuan kami yaitu curug-curug yang berada di aliran atas Curug Saderi. Berangkat dari rumah jam 7.30 kemudian kami bertemu di depan IPB Dramaga, untung cuaca cerah dan tidak terlalu macet pagi itu. Rute yang kami tempuh sama seperti sebelum-sebelumnya baik menuju CIasmara ataupun ke Ciasihan di mulai dari pertigaan Cemplang hingga sampai pertigaan Salak Endah-Ciasmara/Ciasihan hingga terus pertigaan Ciasmara-Ciasihan.
Tidak ada halangan atau kemacetan di sepanjang jalan hingga mencapai Gapura Selamat Datang di Desa Ciasmara yang sudah sangat usang. Memasuki pertigaan jalan desa menuju lokasi sudah terlihat jalan cor-coran dan saying sekali ternyata cuman sepanjang 1km, selanjutnya, seperti sebelumnya, jalan berbatu dan lobang-lobang. Untung saja semuanya terbalaskan dengan pemandangan hijau persawahan dan pegunungan berlapis-lapis serta kota yang berada di kaki gunung.
Salah satu sudut Desa Ciasmara
Salah satu sudut Desa Ciasmara
Salah satu sudut Desa Ciasmara
Salah satu sudut Desa Ciasmara
Salah satu sudut Desa Ciasmara
Sekitar jam 9.00 kami sampai di parkiran Curug Saderi. Di gerbang terlihat saung yang baru dibangun. Bertemu dengan Kang Ihir yang akan memandu kami ke atas dan bergabung dengan seorang traveler dari Jakarta yang bernama Andi Lala kami memulai perjalanan sekitar jam 9.30.
Memasuki parkiran Curug Saderi
Berjalan santai, menyusuri jalan setapak di pinggir sungai yang berair jernih di pandu oleh Kang Ihir, hanya sekitar 15 menit kamipun sampai di Curug Saderi. Karena tujuan pertama kami adalah curug yang terjauh maka kami tidak berlama-lama di Curug Saderi. 
Trek menuju Curug Saderi
Trek menuju Curug Saderi
Trek menuju Curug Saderi
Melanjutkan perjalanan, mendaki bukit yang ada di sisi kanan curug, menyusuri sisi tebing yang lumayan ekstrim. Hanya kira-kira 10 menit, kemudian turun hingga mencapai sungai. Di sini kami sudah berada di sisi atas Curug Saderi, terdengar gemuruh air yang jatuh menimpa bebatuan di bawahnya.
Trek di atas Curug Saderi

Trek di atas Curug Saderi
Menyusuri sungai, melewati beberapa curug-curug kecil, terasa kesejukan air menyentuh kulit seolah memberi energi untuk melanjutkan perjalanan.  Terus menyusuri sungai hingga terdapat curug-curug kecil yang di sebut Curug Batu Sirep (Curug batu Alam). Di sini kami berhenti sebentar. 

Trek di atas Curug Saderi
Trek di atas Curug Saderi
Trek di atas Curug Saderi
Curug kecil menuju Curug Batu Sirep
Curug kecil menuju Curug Batu Sirep
Curug kecil menuju Curug Batu Sirep
Curug kecil menuju Curug Batu Sirep
Curug Batu Sirep
Curug Batu Sirep
Tidak beberapa jauh dari Curug Batu Sirep kami sudah sampai ke Curug Kembar. Curug yang benar-benar cantik, bukan dua tapi ada 3 aliran curug sehingga lebih tepat disebut Curug Kembar Tiga, karena melewati tebing yang sangat cantik, curug ini juga di sebut Curug Tebing. Lagi-lagi kami cuman sebentar di sini karena harus melanjutkan perjalanan menuju curug selanjutnya.
Bertemu dengan Curug Kembar
Trek menuju aliran atas Curug Kembar
Untuk melanjutkan perjalanan dari Curug Kembar, kami harus menaiki tebing yang ada di sebelah kanan curug. Di jalur ini kita harus sangat hati-hati karena kondisi bebatuan yang licin, curam dan di sebelah kiri adalah tebing yang di bawahnya sungai berbatu. Sampai di atas kita harus menyusuri sungai lagi, tidak terlalu jauh dan akhirnya sampai di Curug Hordeng. Menurut Kang Ihir sebenarnya masih banyak curug di atas hanya saja jauh dan kecil-kecil karena terdiri dari 2 aliran sungai. Sementara curug-curug yang kami susuri ini adalah pertemuan dari dua sungai tersebut.
Meski Curug Hordeng ini hanya mempunyai tinggi sekitar 5 meter, tapi sangat unik. Air yang jath melewati tebing batu membentuk tirai sehingga disebut Curug Hordeng, sama seperti Curug Hordengyang ada di Cibeureum.
Di saat curug-curug lain mempunyai debit yang kecil dan sebagian lagi kering d imusim kemarau ini, tapi curug-curug di aliran sungai ini mempunyai debit yang besar. Di tambah dengan kesejukan air seperti curug lain yang ada di Gunung Salak, membuat saya menceburkan diri di curug ini. 
Bermain air di Curug Hordeng
Bermain air di Curug Hordeng
Curug Hordeng
Bermain air di Curug Hordeng
Curug Hordeng
Bermain air di Curug Hordeng
Karena ini adalah curug terakhir di trek kami, kami memutuskan di sini untuk istirahat sambil berenang dan masak air panas buat mie instan dan kopi yang cukup buat mengganjal perut. Untuk memasak, bisa mengambil air langsung di curug karena airnya bersih dan tidak terkontaminasi belerang.
Curug Hordeng
Memasak di area Curug Hordeng
Setelah cukup lama di Curug Hordeng kemudian kami memutuskan kembali. Karena tadi kami hanya sebentar di Curug Kembar, kali ini kami berhenti agak lama. Kembali berbasah-basahan dan mengambil beberapa foto.
Bermain air d Curug Kembar
Bermain air d Curug Kembar
Bermain air d Curug Kembar
Bermain air d Curug Kembar
Melewati Curug Kembar, kami tidak melewati jalur awal. Kali ini kami melewati jalur lain, langsung melewati bukit tidak menyusuri sungai yang melewati Curug Batu Sirep. Trek kali ini langsung menuju Curug Saderi. Treknya lebh singkat tapi lebih curam dibanding kalau kita menyusuri sungai.
Trek pulang menuju Curug Saderi
Trek pulang menuju Curug Saderi
Sampai di Curug Saderi sudah ada beberapa pengunjung. Di Curug Saderi kami kembali menghabiskan waktu lebih lama dibandingkan dengan di Curug Hordeng. Kami berbasah-basahan di aliran curug karena terdapat kolam-kolam yang tidak begitu dalam.Tidak banyak berubah debit air di curug ini dibandingkan kunjungan pertama di musim hujan lalu, padahal sekarng lagi musim kemarau. 
Trek pulang menuju Curug Saderi
Curug Saderi
Curug Saderi
Curug Saderi
Curug Saderi
Curug Saderi
Curug Saderi
Curug Saderi
Selagi di Curug Saderi, kang Ihir kembali ke saungnya dan bertemu kembali setelah kami puas bermain air. Nah buat kalian yang kemalaman, di saung kang Ihir bisa menginap. Di saung tersedia toilet dan kamar mandi, juga dapur. Nah, ayo jadwalkan waktunya berkunjung ke sini, menikmati suasana pegunungan, desa dan air terjun.
Saung kang Ihir
Saung kang Ihir
Baca juga:
- Curug Saderi dan Curug Cimanglid
- Curug Cikawah dan Curug Gleweran
- Curug Kembar dan Curug Walet
- Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari
- Curug Kiara
- Curug Cikuluwung Herang dan Curug Emas

Labels: , , , , , , , , , , , ,