Friday, December 14, 2018

The Unexpected Journey 2: Green Canyon/Curug Ciomas dan Curug Cigentis

Dari Curug Lalay kami di antar lagi oleh abang ojeg hingga pos tiket Curug Ciomas/Green Canyon. Lokasi wisata ini berada persis dipinggir jalan Cariu-Karawang. Jembatan Ciomas yang berada di sungai Ciomas ini adalah pembatas wilayah Cariu (Bogor) dan Tegalwaru (Karawang). Jadi, tidak heran kalau di internet kita membaca bahwa Green Canyon ini berada di Karawang dan sebagian mengatakan di Bogor. Jangan heran kalau pintu masuk ke kawasan ini ada 2, dari sisi Bogor dan sisi Karawang yang ada di seberangnya.karena saya dari Bogor, maka saya masuk melewati pintu Bogor dengan biaya Rp. 10.000. untuk parkir tidak usah takut karena banyak lapangan parkir di sini. Biaya parkir Rp. 5.000. 
Sesuai dengan namanya, yang langsung terlihat jelas di lokasi wisata ini adalah Curug Ciomas. Dengan ketinggian sekitar 8m dengan kolam yang sangat dalam. Di sini pengunjung bisa melompat dari atas tebing yang persis berada di atas Curug Ciomas. Untuk yang tidak bisa berenang juga ada kolam-kolam kecil di alirannya.  Airnya berwarna kehijauan, hanya saja karena banyak yang berenang di aliran atas, dan banyaknya pengunjung yang berenang dan lompat maka airnya berwarna kecoklatan. Di atas curug ini adalah Green Canyon.

Curug Ciomas

Curug Ciomas
Curug Ciomas
Untuk mencapai lokasi Green Canyon kita harus melewati tangga kayu sekitar 10m. selanjutnya melewati cor-coran yang berbatasan langsung dengan Curug Ciomas. Dari sini kita bisa melihatlangsung ke bagian dalam dari Green Canyon. Meski namanya menyerupai nama Green Canyon di Pangandaran, di sini ukurannya kecil, dengan lebar terpanjang sekitar 10 m dengan bebatuan tebing yang mengapit sungai Ciomas yang mengalir di tengah membentuk lorong batu.
Green Canyon dari luar

Untuk memesuki lorong-lorong batu ini kita harus berenang karena kedalamannya sekitar 2.5 m atau mungkin lebih kalau di musim hujan. Sepanjang lorong ini tidak semua bagian alur sungainya dalam, ada juga area yang dangkal sehingga pengunjung bisa berdiri dan duduk-duduk. Di area yang dalam, pengunjung banyak yang melompat dari atas tebing. Untuk naik ke atas tebing kita harus memanjatnya karena tidak disediakan tangga ataupun tali. Di ujung tebing terdapat curug kecil dan untuk ke ujung kita harus berenang. Semakin ke ujung, air sungai semakin bening dan hijau karena sedikit pengunjung menuju ke sana.
Suasana di dalam Green Canyon
Suasana di dalam Green Canyon
View dari atas
View dari atas
Di sisi tebing terdapat pipa-pipa saluran air warga, selain di tebing juga ada di aliran sungai sehingga membuat pemandangan agak terganggu. Pipa-pipa air ini disalurkan ke rumah-rumah warga terutama ke bagian wilayah Bogor yang agak ramai penduduk. Sementara di arah Karawang yang berkontur bukit terlihat jarang rumah penduduk.
Tidak terlalu lama di sini, kamipun melanjutkan perjalanan ke Curug Cigentis yang berjarak sekitar 30 menit dari Green Canyon. Begitu melintas dari Jembatan Ciomas, memasuki Tegalwaru kondisi jalan berubah drastis. Jalan kecil dan banyak yang rusak tapi pemandangan menuju Curug Cigentis sangatlah indah.
Di kejauhan kita bisa melihat deretan pegunungan dan persawahan yang membentang hijau. Hanya saja, di kejauhan kita bisa melihat satu bukit, Gunung Sirnalanggeng yang sangat memprihatikan. Gunungnya hanya tinggal separo, karena penambangan pasir/tanah, ibarat sebuah kue yang digigit tikus. Sangat memprihatinkan!.
Kondisi jalan setelah Curug Ciomas

Salah satu view menuju Curug Cigentis


Perjalanan kami sampai di lokasi wisata Kampung Turis, sebuah lokasi bertema air, dimana didalamnya ada restoran, danau buatan, dan permainan lainnya. Lokasi ini menjadi salah satu tujuan wisata utama di Karawang. Dari pertigaan ini, ke kiri adalah jalan ke Karawang kota sementara ke kanan adalah ke Curug Cigentis yang berjarak sekitar 3km.

Pertigaan Kampung Turis

Menempuh jalan cor-coran mendaki, sampai di batas mobil, karena jika bawa mobil akan melewati tanjakan panjang dan ditakutkan mobil tidak sampai ke atas sehingga di sediakan parkir mobil di bawah, buat yang bawa motor bisa lanjut ke atas.
Biaya parkir mobil Rp. 5.000. dari parkiran kita jalan kaki sekitar 300m ke curug. Sepanjang jalan ke curug terdapat saung-saung di kiri kanan hingga ke loket karcis. Karcis masuk Rp. 20.000/orang, lumayan mahal, mungkin karena di kelola oleh Perhutani. Menyusuri jalan setapak berbatu akhirnya kami sampai di Curug Cigentis.

Lokasi parkir
Treking menuju loket CUrug Cigentis
Loket Curug Cigentis
Treking menuju curug
Warung sepanjang jalan menuju curug

Sampai di curug ternyata banyak sekali pengunjungnya, sebagian banyak yang bermain air di bawah curug yang mempunyai ketinggian sekitar 25m ini. Air yang berasal dari Gunung Sanggabuana ini sangat dingin tapi debitnya tidak terlalu besar karena musim kemarau. Kebanyakan pengunjung hanya berkumpul di sekitar curug dan berfoto-foto.
Di banding Bogor tentu saja jumlah curug di Karawang jauh lebih sedikit di banding Bogor sehingga di hari libur curug ini diserbu pengunjung demikian juga dengan Curug Ciomas dan Green Canyon.
Jam 3 kami pun kembali dengan terlebih dahulu menikmati makan siang di salah satu saung yang ada. Makan siang yang sangat telat hahahhaha. Kembali ke Bogor sekitar jam 3.30 dan sampai di rumah hampir jam 7 karena sempat nyasar di Citeureup.
Sebuah perjalanan yang tak terduga tapi sangat menyenangkan.....

Curug Cigentis yang ramai pengunjung
Curug Cigentis yang ramai pengunjung
Curug Cigentis yang ramai pengunjung

Baca juga link terkait:





Labels: , , , , , , , , , , ,

The Unexpected Journey 1: Curug Lalay, Curug Penganten dan Curug Dempet


Perjalanan kali ini benar-benar di luar rencana. Awalnya, berempat sudah sepakat menggunakan mobil akan ke Curug Cigentis di Karawang dan Green Canyon di Cariu-Bogor seminggu setelah berkemah di Cidahu. Berangkat Sabtu 29 September dan menginap/berkemah di area Curug Cigentis. Tapi menjelah hari H, 2 teman mengundurkan diri dan jadilah cuman saya dan Revan yang akan berangkat. Akhirnya di sepakati tidak jadi berkemah, dan kami berangkat hari Minggu dengan rute Green Canyon dan selanjutnya ke Curug Cigentis dengan menggunakan motor.
Berangkat dari Bogor pagi-pagi sekitar jam 6-an yang bearti jalan belum begitu ramai. Rute yang kami ambil yaitu Jalan Baru menuju Cibinong. Melewati perempatan flyover, memasuki Citeureup ke arah kiri hingga sampai pasar dan ikutin terus sampai ke Gunung Putri (gerbang tol Gunung Putri). Memasuki jalan Raya Narogong dimana terdapat Pabrik Semen Holcim. Kemudian kita ambil kanan memasuki Klapanunggal. Berbeda dengan kondisi jalan sebelumnya, mulai dari sini kondisi jalannya mulai dari jelek-sangat jelek. Daerah ini memnjang perbukitan kapur yang ditambang untuk kepentingan bahan baku semen dan juga untuk bangunan. Dari jauh terlihat deretan perbukitan yang sebagiannya berwarna putih seolah-olah terluka. Dan meskipun masih pagi, wilayah ini seperti diselimuti debu/asap dan bau yang berasal dari penambangan batu dan pembakaran. Ironis sekali karena wilayah ini banyak sekali terdapat perumahan.
Dari jalan raya ini, kita akan keluar di pertigaan Jonggol-Cileungsi. Di sini kita sudah memasuki jalan propinsi yang menghubungkan Bogor-Cianjur. Meskipun begitu, kondisi jalannya boleh dibilang jelek, karena banyak aspal yang pecah dan jalanan bergelombang, dan kami nyaris jatuh sewaktu berada di tengah jalan. Dari Jonggol kita selanjutnya memasuki kecamatan Cariu.
Di sebuah pertigaan kita akan melihat petunjuk arah, ke kanan ke arah Cianjur dan Penangkaran Rusa sekitar 13 km. Nanti kita mengambil jalan yang tidak terlalu bagus. Di pertigaan kami berhenti sebentar untuk sarapan. Di pertigaan ini terpampang petunjuk arah ke Green Canyon.
Pertigaan menuju Cikutamahi/Green Canyon
Dari pertigaan ini ke Green Canyon sekitar 30 menit lagi. Pemandangan menuju Green Canyon sangatlah bagus. Sulit dipercaya atau saya baru tahu ada pemandangan sebagus ini. Pegunungan berlapis dengan gradasi warna hijau dan biru, agak-agak mirip Bukit Barisan di Sumatera. Di kiri kanan terhampar persawahan, cuman sayang kondisi sawahnya habis panen dan banyak yang belum ditanami lagi.
Salah satu view disepanjang perjalanan
Perjalanan terhenti ketika sampai di sebuah jembatan dan terdapat spanduk petunjuk arah Green Canyon. Begitu sampai di loket yang ada di pinggir jalan kami ditanya mau ke Green Canyon atau ke Curug Lalay dan Curug Penganten. Karena tidak ada rencana ke Curug lalay jadinya galau. Pas dilihatin foto-foto Curug Lalay dan Curug Penganten dari HP yang menjaga loket akhirnya saya jadi tertarik mau ke sana. Hanya saja di jelaskan jaraknya sekitar 7km. kalau berjalan kaki bisa ditempuh dalam waktu 2-2.5 jam. Opsi lain, melewati jalan berbeda dengan menggunakan ojeg dan perkiraan waktu tempuh 6km sekitar 30 menit dan 1 km selanjutnya trekking/jalan kaki.

Motor yang digunakan adalah motor yang sudah di modifikasi, mirip-mirip motor gunung/motor trail. Biasanya ongkos sekali jalan tanpa guide Rp. 40.000. Dan kami mau PP dan guide ke Curug Lalay dan Curug Penganten. Saya dan Revan memutuskan untuk membayar Rp. 100.000 PP + guide yang kami bayarkan setelah kembali dari Curug Lalay.
Jika kalian pernah naik ojeg gunung di Curug Sawer-Situ Gunung-Sukabumi, maka perjalanannya sama, hanya saja trek di sini lebih jauh. Trek ini sebenarnya adalah trek warga yang membawa kayu menggunakan motor, jadi berbeda dengan trek kalau kita jalan kaki.
6 kilometer perjalanan cukup buat menguji adreanalin. Kondisi jalan yang berupa jalan tanah dan kecil dan di kiri merupakan jurang. Kondisi jalan menanjak mendominasi keberangkatan ini. Tikungan dan tanjakan panjang sehingga sangat tidak di anjurkan membawa motor normal (matik atau manual yang belum dimodifikasi). Karena lahannya masuk lahan warga, jadi nya tanaman yang mendominasi yaitu kopi dan durian. Durian Cariu adalah salah satu jenis durian lokal yang terkenal.
Kondisi jalan gunung ini seperti tidak bearti bagi para pembawa kayu yang mendapatkan upah sekitar Rp. 50.000-Rp. 70.000 sekali trip. Berbeda dengan para pembawa kayu di trek menuju Curug Cihear yang dibawa dengan di bopong.
Di salah satu titik, kita bisa menyaksikan salah satu gunung/bukit sebelum meyeberang sungai Ciomas yang disebut Gunung Sulah. Gunung ini tidak terlalu tinggi, berwarna kecoklatan diterpa sinar matahari (kalau pagi tidak terlalu kelihatan warnanya). Di kaki gunung terlihat petani sedang mengolah sawah. Nah melewati Sungai Ciomas kita sudah memasuki wilayah Karawang. Hanya saja karena sungainya memutar-mutar saya agak bingung karena kadang-kadang kita memasuki wilayah Bogor kadang-kadang wilayah Karawang.
Gunung Sulah
Gunung Sulah
Sungai yang jadi batas wilayah

Sampai di sebuah saung dekat persawahan, kami memarkirkan motor dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 1km. meyeberang sungai lagi yang debitnya sedikit karena musim kemarau dan banyaknya pipa-pipa yang mengambil langsung air dari sungai. Trek 1 km ini didominasi oleh persawahan dan ribuan pohon durian. Menurut guide kami, pohon-pohon durian ini sebagian ditanam oleh kakak-kakek buyut mereka sehingga gak heran banyak pohon durian yang sudah tua yang mungkin sudah berusia lebih dari 100 tahun. di wilayah ini dulunya (di jaman Belanda) merupakan kampung, kampung Ciporong yang ramai dan terdapat pasar, sekarnag hanya sisa beberapa rumah dan banyak berpindah ke arah luar (jalan raya).
Lokaasi parkir
Treking menuju Curug Lalay
Treking menuju Curug Lalay, terlihat banyak kebun durian
Treking menuju Curug Lalay
Hanya sekitar 30 menit berjalan kami sampai di Pos Curug Lalay. Sebenarnya bukan pos tapi sebuah warung tenpat berjualan makanan dan minuman ringan. Tempat ini juga dijadikan tempat beristirahat pergi dan pulang dari Curug lalay dan Curug Penganten. Di depan warung ada area kemping yang cukup untuk beberapa tenda saja, dan persisi di depannya adalah Sungai Ciomas.
Lanjut ke atas, menurun kita menemuka aliran seperti curug dengan leuwi yang berwarna hijau tosca. Dan tidak jauh di atasnya kita juga menemukan satu leuwi lagi dengan warna yang sama. Nah dari sini kita sudah bisa melihat Curug Lalay. Di curug ini tidak ada penjual makanan jadi saung yang tersedia adalah saung untuk istirahat.
Leuwi sebelum Curug Lalay
Leuwi sebelum Curug Lalay
Seperti biasa, kalau ada beberapa destinasi, kami mengunjungi yang paling jauh dulu. Jadi dari lalay kami langsung menuju Curug Penganten/Curug Pengantin. Nah, karena banyak yang berjalan kaki sudah kelelahan menempuh perjalanan lebih dari 2 jam maka Curug Penganten sering terlewatkan. Dari Curug Lalay ke Curug Penganten kita harus menempuh jalan yang lumayan ekstrim, kalau boleh bertanya, ini mau ke curug atau mendaki gunung? Hehehe...
Untuk menuju Curug Penganten kita harus mendaki lagi sekitar 20 menit. Menyusuri tebing sungai, dan ditengah jalan kita menemukan curug kecil yaitu Curug Dempet, dengan ketinggian sekitar 5m. Curug ini jatuh diantara 2 batu yang berdempetan, kalau musim hujan ada aliran kecil di curug utama.
Curug Dempet

Curug Dempet
Meski tidak terlalu panjang, trek ini melewati bibir jurang, menginjak bebatuan, dan jembatan kayu yang menggantung di bibir jurang dan berpegangan dengan tali seadanya. Selanjutnya melewati batu-batu gunung dan akar pohon. Kemudian menurun sehingga terlihat Curug Penganten bertingkat-tingkat. Berhubung musim kemarau, tingkatannya terlihat 3 tingkatan, kalau di musim hujan bisa terlihat sampai 5 atau lebih.
Curug Penganten dari atas

Curug Penganten dari atas
Untuk turun ke bawah kita melewati tebing batu, dan disediakan tali untuk berpegangan. Sampai di bawah kita bisa menikmati kesejukan air curug ini. Meskipun kemarau, debit air masih lumayan besar. Tinggi curug utama yang berada paling bawah sekitar 25 meter lebih dan air nya jatuh ke lewi dengan kedalaman sekitar 1.5m.  kemudian airnya mengalir melewati tebing batu menyerupai lembah batu mini. Air sungai inilah yang menjadi aliran curug-curug di bawahnya. Karena berada di lembah sempit, jadi tidak ada ruang terbuka untuk traveler yang berencana berkemah di sini.
Curug Lalay
Curug Lalay
Kembali ke Curug Lalay, meski hampir tengah hari, pengunjung masih bisa dihitung jari. Untuk bisa melihat semua tingkatan curug bisa dilihat dari kejauhan, di depan saung atau di curug paling bawah. Meski terlihat kecil dan pendek tapi sebenarnya lumayan tinggi jika kita mendekat. Curug utama mempunya ketinggian sekitar 10m dengan leuwi yang berwarna hijau tosca dan tidak terlalu dalam. Juga terdapat curug dan leuwi kecil setelahnya.
Curug Lalay keseluruhan (tidak terlihat bagian atas)
Menikmati kesejukan curug ini pastilah dengan cara berenang di dalam kejernihan dan kesejukannya. Tempat favorit saya adalah tingkatan paling bawah dimana kita bisa bermain seluncuran di batunya. Sementara kolam di bawahnya tidak terlalu dalam, hanya sekitar 1,5m. jadi buat pengunjung tidak perlu merasa kuatir karena semua kolam disini tidak terlalu dalam kecuali buat pengunjung anak-anak. Yang menjadi perhatian adalah air bah, jadi hati-hati kalau mengunjung curug ini di musim hujan.
Formasi bebatuan di CUrug Lalay
Berenang di Curug Lalay bagian bawah
Berenang di Curug Lalay bagian bawah
Berseluncur
Curug Lalay bagian tengah
Berenang di Curug Lalay bagian bawah
Curug Lalay bagian tengah
Puas berenang kami melanjutkan perjalanan ke Green Canyon sebelumnya istirahat sejenak di Pos bawah untuk menikmati mie instan, lumayan untuk mengganjal perut dan modal perjalan berikutnya. hanya ada 1 hal yang masih menggeiti, sebenarnya Curug layar dan Penganten ini masuk Karawang atau Bogor? hehehehe

Baca juga link terkait:

Labels: , , , , , , , , ,