Saturday, October 6, 2018

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Tundo dan Coban Pendowo


Coban Tundo
Setelah 3 malam di Desa Sendang Biru, Senen 20 Agustus saya, Revan dan Kusti menuju destinasi berikutnya ke arah Lumajang. Tujuan utama kami yaitu Tumpak Sewu. Untuk itu sekitar jam 7.30 pagi kami memulai perjalanan menuju Lumajang. Rute yang di tempuh adalah mengikuti Google Maps. Karena berangkat pagi, jadi kami berencana mampir di Coban Tundo.
Jika dilihat dari Maps, jarak Sendang Biru ke Coban Tundo sekitar 30 km dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Lokasi tepatnya adalah di Desa Tambakasri, kec. Sumbermanjing Wetan, Malang. Dari Sendang Biru kami menuju ke arah Turen. Di jalan kami juga membaca petunjuk ke arah Pantai Sidoasri, orang lokal menyebutnya Pantai Perawan, tapi kami melewati pantai ini karena akan menjauh dari tujuan utama. Jika traveler melewati daerah ini silahkan ke sini karena pantai ini relatif baru di buka.

Perjalanan menuju Coban Tundo

Sepanjang jalan kami di suguhi dengan perkebunan salak, ya.. salak yang tadinya saya kira kebun kelapa sawit. Juga kita disuguhi pemandangan hijau pegunungan yang membuat perjalanan tidak membosankan.
Tetap mengikuti Maps, sampailah kami ke jalan memasuki desa. Di sepanjang jalan kami beberapa kali bertanya ke penduduk lokal, yang kebanyakan berbicara dengan bahasa daerah (Jawa) dan malah ada yang tidak memakai bahasa Indonesia. Di suatu pertigaan kami melihat petunjuk arah ke Coban Pendawa/Pendowo, tapi kami melewatinya dan bermaksud akan berkunjung sehabis dari Coban Tundo.
Sampai di suatu jalan setapak yang hanya cukup untuk motor, terdapat petunjuk kecil ke arah Coban Tundo. Di sinilah petualangan yang sebenarnya dimulai yang tidak akan saya lupakan seumur hidup hahahhaa.
Cuman beberapa puluh meter dari jalan desa, kami langsung memasuki kebun salak, dengan kondisi jalan yang hanya cukup untuk satu motor. Bukan begitu saja, jalannya naik turun dengan tanjakan/turunan yang ekstrim yang memaksa penumpang harus turun dibeberapa titik. Hanya bisa berdoa supaya pas tanjakan/turunan tidak ada pengendara lain yang berlawanan arah.
Melewati kebun salak nan ekstrim selanjutnya kami memasuki jalan yang tidak kalah ekstrimnya. Selama saya hunting curug baru inilah jalan motor yang paling ekstrim yang saya lalui. Jalan motor yang kami lewati yaitu menembus perkebunan kopi yang berada dilereng bukit. Jalan yang seharusnya buat pekebun tapi dimanfaatkan untuk motor. Jadi selain jalannya berkelok-kelok juga terdapat turunan/tanjakan ekstrim dengan jurang di salah satu sisinya. Jadi mau tidak mau penumpang harus turun kalau kondisinya tidak memungkinkan. Tapi tidak disangkal, kita disuguhi pemandangan yang sangat indah dan langka, dengan pemandangan pegunungan yang ada di sekeliling dan pemdangan laut/Pantai Sidoasri dikejauhan.
Perjalanan menuju Coban Tundo
Perjalanan menuju Coban Tundo

Perjalanan menuju Coban Tundo
View menuju Coban Tundo
Kusti jatuh saat pulang
Karena jalan kebun, dan banyak cabang-cabang, kadang-kdang kami nyasar dan harus bertanya ke pekebun yang (sangat jarang) lewat. Hingga akhirnya di sebuah pondok, terdapat banyak cabang jalan, kami mulai kebingungan. Berada di tengah perkebunan kopi sejauh mata memandang dan tidak ada seorangpun ditambah panas kemudian kami memutuskan untuk kembali.

Tak disangka, Tuhan mengirimkan penolong kami hehehehe. Seorang bapak dengan motor bututnya memberi info mengenai lokasi curug ini yang ternyata sudah tidak jauh dari lokasi terakhir kami, plus bapaknya bersedia mengantar kami.
Dari lokasi pondok yang kami temui, hanya sekitar 200m kami sampai di lokasi (bekas) lapangan parkir motor, tepatnya di bawah pohon duren yang saat itu sedang berbuah sangat lebat. Terlihat bekas saung yang sudah tinggal kerangka. Dari bapak ini juga kami ketahui bahwa lokasi ini sudah ditutup oleh pengelola karena ada total 8 orang meninggal di Coban Tundo ini, tepatnya di Coban Tundo 2 dan 3.  Seram ya pemirsa, bukan hanya ceritanya tapi lokasinya juga seram hahaha..!!!

Menuju Coban Tundo 1
Dari parkir, kami menuju Coban Tundo 1, lokasinya tidak begitu jauh (ternyata). Melewati kebun kopi,jaraknya hanya sekitar 50m saja!!!. Air terjun Coban Tundo 1 ini tersembunyi di antara tebing dan terlindung dari pohon besar. Coban ini tidak terlalu tinggi, sekitar 8-10 meter dengan air yang sangat jernih dan dingin. Debit air  coban ini besar meskipun di musim kemarau.
Coban Tundo tingkat 1


Coban Tundo tingkat 1

Coban Tundo tingkat 1
Coban Tundo tingkat 1
Di sekitar curug terdapat bebatuan dan tebing sehingga bisa untuk beristirahat dan mengambil foto sepuas hati. Dari sini kita bisa menyaksikan pegunungan karena lokasi coban ini masih di atas perbukitan. Air dari Coban Tundo 1 ini mengalir melewati tebing dan tepat di bawahnya adalah Coban Tundo 2. Jadi kalau mendekati bibir tebing ini harap berhati-hati.

Coban Tundo tingkat 1
Coban Tundo tingkat 1
Coban Tundo tingkat 1
Tebing antara Coban Tundo 1 dan Coban Tundo 2
Jalan menuju Coban Tundo 2
Untuk ke Coban Tundo 2 kami menurunin bukit sekitar 100m. sampai di depan coban, terlihatlah pemandangan yang sangat cantik. Dengan ketinggian sekitar 10-12 meter, melewati tebing yang berwarna kecoklatan, air terjun ini jatuh ke kolam yang luas dan berwarna hijau tosca. Meskipun begitu, di lokasi inilah korban tewas tenggelam karena arus bawah. Jadi buat kalian yang mau berenang di sini harus berhati-hati.
Coban Tundo 2

Coban Tundo 2
Coban Tundo 2
Coban Tundo 2
Di sekitar sini terdapat sisa-sisa kejayaan coban ini.. (kayak kerajaan aja ya.....), terlihat bekas saung-saung yang sudah hancur yang menyisakan puing-puing kayu. Di bawah bebatuan yang berada dipinggir tebing terdapat Coban Tundo 3 yang paling indah di antara ketiga coban ini. Tapi sayang bapak yang menjadi guide kami sepertinya enggan/ragu mengantar kami, dan hanya memberi info bahwa jalan menuju coban selanjutnya sudah tertutup semak-semak. Karena sudah mendengar cerita dan jga membawa dari internet kami pun tidak terlalu ngotot untuk di antar. Karena terpikir kalau terjadi apa-apa pastilah akan sangat menyusahkan, karena saya menyebut lokasinya berada di ‘somewhere in nowhere’.

Tebing antara Coban Tundo 2 dan 3

Di antar kembali oleh si bapak ke parkiran, selanjutnya si bapak pamit ke kebunnya yang tidak jauh dari lokasi. Dan si bapak tidak mau menerima tips dari kamu meskipun dipaksa, malah kami di kasih cemilan. Alhamdulillah kami sudah dipertemukan oleh orang baik hari itu.
Coban Pendawa/Coban Pendowo
Seperti yang saya singgung di atas, ada satu coban sebelum ke lokasi Coban Tundo. Meski sudah melewati papan petunjuk arah sebelumnya tapi kami sempat nyasar dan mencari info dari penduduk lokal yang sepertinya tidak bisa berbahasa Indonesia. Walau setengah mengerti, kami mengikutin arah ke bawah yang juga merupakan jalan pulang.

Sampai di pertigaan, kami menuju Coban Pendawa dan parkir di rumah warga tepat di depan gapura. Berjalan kaki melewati gapura dan memasuki perkebunan salak melewati jalan yang sudah rapih, jarak coban hanya sekitar 100m.
Loket Coban Pendowo
Menuju Coban Pendowo melewati kebun salak
Sampai di lokasi coban terlihat area yang sudah di tata dengan apik. Terlihat sebuah saung, bangku-bangku yang tertata rapi serta lokasi yang bersih seperti halaman rumah, di sana sini dibuat taman-taman sederhana. Dan lagi, di titik-titik bahaya di buat pagar-pagar sederhana dari besi dan tali yang di cat merah-putih sebagai peringatan agar pengunjung tidak melewati garis batas.
Coban di sini ada 5 tingkatan, sesuai namanya Pendowo/Pandawa/Pendawa yang bearti 5 orang Pangeran. Coban yang pertama kami temui yaitu coban utama (tingkat 3) yang tingginya sekitar 10m, sangat mirip dengan Curug Cigangsa yang ada di Sukabumi. Boleh dibilang, miniaturnya Curug Cigangsa. Tidak terlihat leuwi/kolam yang dalam di bawah coban, yang bearti coban ini mempunya bebatuan dasar yang tahan erosi. Karena musim kemarau, debit air tidak terlalu besar, kalau musim hujan, air sungai yang melewati akan menutup tebing bebatuan yang ada.
Coban Pendowo Tingkat 3
Coban Pendowo Tingkat 3
Coban Pendowo Tingkat 3
Coban Pendowo Tingkat 3
Turun ke bawah, terdapat 2 air terjun yang jaraknya berdekatan, coban tingkat 4 dan ke 5. Coban 4  seperti coban utama, dimana airnya terjun jatuh di bebatuan yg tegak lurus dan membentuk beberapa aliran kecil. Di tingkat 5, air mengalir di bebatuan sempit dan landai, dan selanjutnya mengalir ke sungai di bawahnya.
Add Coban Pendowo Tingkat 4
Add Coban Pendowo Tingkat 4
Add Coban Pendowo Tingkat 5
Add Coban Pendowo Tingkat 5
Tidak sampai di situ saja, kami menuju ke area atas coban 3. Tepat di atas coban 3 terdapat aliran air membentuk air terjun kecil dengan kolam yang tidak beberapa jauh dari tebing coban 3.
Berjalan terus sekitar 50 m menyusuri sungai terdapat coban tingkat 1. Coban tingkat 1 ini berbentuk seperti patahan tegak lurus sehingga air yang mengalir seperti tirai. Hanya saja debit air nya tidak terlalu besar sehingga air terjun hanya terlihat di sisi kanan saja.
Add Coban Pendowo Tingka t1
Add Coban Pendowo Tingka t1
Kembali, kami berisitirahat di saung dan bertemu dengan pengelola tempat wisata ini. Kami di suguhi salak yang langsung dipetik dari kebun yang persis di samping kami. Rasanya segar, manis-manis asam, mungkin karena belum terlalu tua. Cukup lama beristirahat dan mengobrol kamipun mohon pamit melanjutkan perjalanan menuju Lumajang.
Buah salak

Labels: , , , , , , , ,

Jelajah Malang-Lumajang: Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap (PJPTS), Pantai Wedi Ciut, Pantai Rowo Gebang dan Tanjung Sirap


Hari ketiga, 19 Agustus 2018.
Hari ini sudah bergabung Kusti jadi jumlah kami menjadi 4 orang, saya, Eddy dan Revan. Tujuan kali ini sebenarnya adalah ke Pantai Gledakan Ciut. Karena di Maps pantai ini terlihat berdekatan dengan Pantai Balekambang kamipun menuju ke arah ini yang sore sebelumnya kami habiskan menikmati sunset.
Sekitar 30 menit perjalanan sampai di pertigaan Balekambang, dan sepertinya penduduk lokal tidak mengetahui lokasi Pantai Gledakan Ciut ini. Akhirnya kami menuju ke jalan sebelah kiri (jalan tanah  yang ada di sebelah kanan jalan masuk Pantai Balekambang). Menyusuri jalan tanah memasuki wilayah hutan konservasi, sangat sedikit sekali terlihat kendaraan melintas.
Kami melewati spanduk petunjuk arah ke Pantai Sirap tapi mengingat jalan masuknya terlihat sangat jelek kamipun terus hingga sampai ke Pantai Kondang Merak. Berharap ada jalan menuju ke Pantai Gledakan Ciut ternyata kami salah. Karena tidak ada sinyal untuk mengecek Maps akhirnya kamipun kembali dan bermaksud mengunjungi Pantai Tanjung Sirap yang tadi kami lewati.
Spanduk petunjuk arah ke Tanjung Sirap
Kondisi jalan
Sampai di pertigaan, memasuki wilayah hutan dan tentu saja kondisi jalan yang tidak bagus. Sampai di parkiran terlihat sepi aktifitas. Kami pun parkir di salah satu warung yang tidak terlihat penjaganya. Beberapa saat, kami didatangi petugas untuk membayar karcis yang cuman Rp. 5.000. Selanjutnya kamipun bebas menikmati wisata pantai di area ini.

Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap (PJPTS)
Pantai ini pastinya yanag pertama kali kita temukan di area ini. Pantai ini tepat berada di sisi kanan Pantai Balekambang, jadi dari sini terlihat jembatan dan Situs Balekambang. Hanya saja akses ke Balekambang dan sebaliknya ditutup.
Pantai ini berpasir putih dengan ombak yang memecah jauh ditengah sehingga pantainya landai. Juga terlihat beberapa bagian pantai berdasar baru karang berwarna hijau karena lumut sehingga terlihat eksotik.


Seperti Pantai Balekambang, yang sangat menarik dan menjadi ikon di sini adalah Jembatan yang menghubungkan Pulau Karang yang berjarak sekitar 100m dari pantai. Dari jembatan ini pulalah nama pantai ini berasal yaitu Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap (Pantai PJPTS) atau cukup disingkat Pantai Jembatan Panjang.
Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap (Pantai PJPTS)
Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap (Pantai PJPTS)
Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap (Pantai PJPTS)
Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap (Pantai PJPTS)

View pantai dari Jembatan Panjang
Menyusuri jembatan, kamipun berkeliling pulau melewati jalan setapak yang rapi. Di beberapa titik terdapat area spot foto. Dari titik ini kita bisa melihat pantai secara keseluruhan dan memandang jauh ke laut lepas, Samudra Hindia. Terlihat batu-batu karang dengan ombang besar yang menghempas.
View dari Jembatan Panjang
View dari Jembatan Panjang
View dari Jembatan Panjang
View pulau karang dari Jembatan Panjang
 
Pantai Wedi Ciut
Pantai ini bisa kita temukan on the way menuju Tanjung Sirap yaitu bebatuan karang yang menjorok ke laut. Pantai ini tidak sulit ditemukan hanya saja butuh sedikit perjuangan menuju ke sini. Dari loket depan terdapat pertigaan, ambil ke arah kanan dari pintu masuk. Karena jalannya kecil dan cukup untuk motor jadi pantai-pantai di sini sepertinya terabaikan.
Kurang dari satu kilo perjalanan, kami menemukan pantai ini dan tentu saja, tidak ada pengunjung selain kami berempat. 
Berasa punya pantai pribadi
Berasa punya pantai pribadi
Asrinya Pantai Wedi CIut
Asrinya Pantai Wedi CIut
Asrinya Pantai Wedi CIut
Pantai ini lagi-lagi, berpasir putih, dengan air yang sangat bening berwarna hjau tosca. Berada di pantai ini terasa memiliki pantai pribadi.
Di sebelah kiri terdapat tebing batu dimana ombak memecah dan lumayan besar. Karena ada pohon besar maka lokasi ini bisa dipakai untuk beristirahat dari panasnya matahari.
Bebatuan karang di Pantai Wedi Ciut
Bebatuan karang di Pantai Wedi Ciut

Pantai Rowo Gebang
Pantai ini tidak beberapa jauh dari Pantai Wedi Ciut, atau dibalik bukit sebelah kanan. Seperti pantai sebelumnya, pantai ini juga tidak ada pengunjungnya, hanya kami berempat.
Asrinya Pantai Rowo Gebang
Asrinya Pantai Rowo Gebang
Sama seperti pantai sebelumnya, Wedi Ciut, pantai ini juga berpasir putih dengan warna air hijau tosca. Kedua pantai ini terlihat sangat mirip hanya saja pantai ini memiliki garis pantai yang lebih panjang dibandingkan dengan Pantai Wedi Ciut.
Asrinya Pantai Rowo Gebang
Asrinya Pantai Rowo Gebang
Di sebelah kanan terdapat bukit karang yang landai. Dari karang ini kita bisa mengambil foto pantai keseluruhan. Hanya saja, hati-hati karena ombak yang memecah karang lumayan besar.
Tebing di sisi kiri pantai
View pantai dari atas tebing
View pantai dari atas tebing
View pantai dari atas tebing
Pantai Tanjung Sirap.
Di akhir trek, akhirnya kami sampai di Pantai Tanjung Sirap. Pantai ini adalah pantai yang terlihat dari Pantai Kondang Merak. Kami tidak berlama-lama di pantai ini karena bermaksud menuju bebatuan karang yang ada di Tanjung ini.
Pantai Tanjung Sirap
Nah buat kalian yang belum mengerti apa itu Tanjung. Singkatnya, Tanjung adalah bagian daratan yang menjorok ke laut. Lawan dari Tanjung adalah Teluk. Di mana Teluk adalah bagian lautan yang menjorok ke darat.
Untuk menuju karang-karang yang menjorok ke laut ini (lebih terlihat jika kita lihat dari Pantai Kondang Merak), kita harus memarkirkan motor di Pantai dan selanjutnya trekking menaiki bukit melewati pohon-pohon pandan berduri. Di sini kita harus hati-hati karena kiri kanan adalah tebing.
Trek menuju Tanjung SIrap
Trek menuju Tanjung SIrap
Trek menuju Tanjung SIrap
Keluar dari hutan atau tepatnya semak belukar kamipun sampai ke karang-karang Tanjung Sirap ini. Woooow benar-benar fantastis...... sulit dilukiskan dengan kata-kata kalau tidak menyaksikan sendiri keindahan tanjung ini. Kamipun mencari area aman meski tidak terlalu luas dan angin kencang untuk menikmati keindahan tanjung ini.

Di sisi kiri adalah tebing yang langsung menghadap Samudra Hindia, terlihat pantai-pantai berjejer dan tebing-tebing. Ombak besar menghantam karang dan menghasilkan deburan kencang.Terlihat deretan Pantai Rowo Gebang dan Pantai Wedi Ciut.
Tanjung Sirap
Tanjung Sirap
Di ujung tanjung terdapat pulau karang yang sangat unik. Setelah di hempas ombak besar, air laut yang masuk ke karangpun jatuh ke sisi sebaniknya dan menghasilkan air terjun kecil. Fantastis...
Tanjung Sirap
Tanjung Sirap
Tanjung Sirap
Tanjung Sirap
Di sisi kanan juga terdapat pulau karang yang tidak kalah bagusnya. Dan dari sisi ini kita bisa melihat Pantai Kondang Merak di kejauhan.
Sangat puas rasanya menikmati area Tanjung Sirap ini, dengan deretan pantai-pantai fantastis dan pulaupulau karangnya. Apalagi hanya dengan mengeluarkan uang Rp. 5.000 saja. Dalam saya pun berfikir apakah sebaiknya kondisi ini tetap seperti ini? Dengan kondisi jalan memprihatinkan dan sepi pengunjung atau kondisi bagus, ramai pengunjung tapi akan merusak kondisi pantai-pantai ini? Hanya waktu yang menjawabnya......



Baca juga link terkait:

Labels: , , , , , , , , ,