Monday, June 10, 2019

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 11: Curug Nangsi, Curug Cikupa dan Curug Cibenda

Dari Curug Luhur yang ada di Ciracap selanjutnya kami menuju kawasan Ciletuh. Jadi kami akan melewati jalur yang sama ketika ke Ujung Genteng dari Ciletuh. Rencana kami menginap 2 malam di Ciletuh untuk lebih mengeksplore kawasan ini. Sebelumnya kami sudah pernah 3 malam di kawasan ini tahun lalu. Lokasi penginapan yang kami tuju adalah sekitar pantai Palangpang. Tapi sebelum ke Palangpang kami mampir ke Curug Nangsi.
Dari Curug Luhur ke Curug Nangsi berjarak sekitar 30km atau hampir 1 jam naik motor. Sepulang dari Curug Luhur kondisinya hujan dan kondisi jalan masih seperti yang dulu, aspalberlubang. Melewati pertigaan Curug Puncak Manik hingga sampai ke pertigaan  kiri ke Panenjoan/Pantai Palangpang sementara kanan ke Waluran dan bisa juga ke Sukabumi/Bandung. Di pertigaan ini kondisi aspalnya sudah mulus. Agak mengherankan karena seharusnya Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark membentang dari Pelabuhan Ratu hingga Ujung Genteng tapi jalan yang diperbaiki hanya sebagian.
Jalur yang kami lewati sama seperti ke Curug Puncak Jeruk. Daerah ini didominasi oleh perkebunan terutama karet dan sawit. Mengandalkan Google Maps dan sempat nyasar akhirnya sampai dipertigaan desa Sukamukti. Begitu masuk ke dalam sampai ke sekolah SD dan ke perkebunan kelapa sawit ternyata nyasar, dekat SD kami masuk lagi ke arah kanan hingga sampai ke perkampungan dengan pemandangan yang luar biasa. Meskipun nyasar tapi sedikit menghibur. 
Kalau melihat SD ini berarti kamu salah jalan !!!
Kondisi jalan kampung
Nyasar ke sini
Nyasar ke sini

Keluar lagi dari jalan ini hingga sampai di jalan kecil (depan warung), jalan yang hanya cukup untuk motor. Melewati pinggir bukit dan pematang sawah yang dipinggirnya berupa jurang akhirnya kami sampai di akhir jalan dan parkir di sebuah warung kecil. Setelah ngobrol dengan pemilik warung kami dan si bapak pun mengantar menuju ke Curug Nangsi (kalau gak di antar kemungkinan besar pasti nyasar) dan kami siap mengeksplor Curug Nangsi yang juga dikenal dengan nama Curug 3 in 1 ini karena ada 2 curug lagi selain Curug Nangsi.
Memasuki gang yang benar
Menyusuri pematang sawah dengan motor
Curug Nangsi
Masih gerimis, di temani si Bapak yang jadi guide kami kemudian trek menyusuri bukit kemudian turun. Karena treknya berupa tanah merah dan basah jadinya treknya sangat licin dan sudah seperti lumpur. Saya pun turun lambat merayap, selain licin juga di sebelah kanan berupa tebing dan kiri berupa persawahan hahaha. Meskipun treknya ke sungai tidak terlalu jauh (
sekitar 200m) namun karena kondisi nya yang curam dan becek jadinya memakan waktu lama.
Memulai trek ke Curug Nangsi
Menuruni bukit
Curug Nangsi dari kejauhan
Sampai di area persawahan yang agak rata kami sudah bisa melihat Curug Nangsi dari kejauhan.... menakjubkan...!!!. Dari jauh bisa terlihat curug ini sampai ke aliran teratas (dari dekat tidak kelihatan bagian atas). Terlihat seperti tirai-tirai air di tebing batu tegak lurus, sementara di depannya adalah persawahan dan tidak terlihat seorangpun pengunjung ataupun yang bekerja di sini.... sempurna!!!.
Melanjutkan sedikit lagi akhirnya saya sampai di bawah, ke aliran sungai yang tidak begitu deras dan dangkal. Menyusuri pematang sawah sekitar 50m akhirnya sampailah di depan Curug Nangsi. Curug ini agak-agak irip dengan Curug Terekel yang di Cianjur Selatan hanya saja curug ini lebih tinggi dan lebih banyak aliran curugnya. Dengan ketinggian sekitar 40-50 mungkin tidak terlalu istimewa kalau hanya 1 aliran, tapi yang membuat unik adalah banyaknya aliran yang jatuh dari curug ini. Karena debitnya yang lumayan besar, kami berada tidak terlalu dekat dari curug ini hanya di sekitaran bebatuannya saja. Untuk berfoto terdapat batu besar di sekitar curug dan pengunjung bisa berfoto di atasnya. Hanya saja, terdapat sampah-sampah yang di bawa aliran sungai yang berasal dari sepanjang aliran sungai, meskipun tidak terlalu banyak namun cukup mengganggu.
Curug Nangsi dari kejauhan
Curug Nangsi
Curug Nangsi
Curug Nangsi

Curug Cibenda
Curug ini berada tidak jauh dari Curug nangsi atau berada sekitar 50m di sisi kiri. Curug ini berbeda aliran sungai dengan Curug Nangsi. Meskipun berada di deretan tebing yang sama namu curug ini lebih pendek. Curug ini cukup unik, awalnya berupa curug tunggal/satu aliran kemudian sekitar 10m jatuh ke tebing batu dan kemudian melebar/menyebar membentuk seperi untaian kapas. Tidak ada kolam di bawah curug ini, karena debitnya tidak terlalu besar dan langsung mengalir ke aliran sungai yang sama dengan Curug Nangsi. 
Curug Cibenda

Karena jaraknya berdekatan jadi kalau ke Curug Nangsi pastilah bisa melihat langsung Curug Cibenda.

Curug Cikupa
Berbeda dengan Curug Cikupa dan Curug Nangsi yang terlihat langsung, Curug Cikupa tersembunyi di balik persawahan dan pepohonan. Untuk ke curug ini kita harus menyeberang sungai. Sampai di seberang kita naik ke pematang sawah, menyusuri pematang sawah, melewati padi yang tingginya hampir sedada kemudian sampai ke aliran sungai yang berbeda dengan aliran Curug Nangsi.

Menyeberang sungai lagi yang dasar nya berupa batu cadas, melewati area yang terlihat gelap karena di naungi pepohonan, di ujung terlihat Curug Cikupa. Dengan ketinggian sekitar 40m, curug ini jatuh melewati tebing batu dan membentuk seperti curug sawer (curug yang airnya seperti air hujat atau cipratan. Uniknya dari curug ini adalah, airnya yang jatuh berbentuk kerucut, kecil di atas dan semakin besar ke bawah, jadi dari jauh akan terlihat seperti segitiga. Adanya pohon besar di depan curug ini akan menambah cantik dan menjadikannya frame alami ketika mengabadikan curug ini.
Menuju Curug Cikupa
Menuju Curug Cikupa
Saya dan Revan sempat berfoto di bawah curug ini, dibawah cipratan air curug. Harus berhati-hati ketika menaiki tebing batunya, meskipun kasar namun lumayan licin. Tidak ada kolam di bawah curug ini, airnya yang jernih akan mengalir langsung dan bermuara ke sungai dari aliran Curug Nangsi.
Curug Cikupa
Curug Cikupa
Curug Cikupa
Jadi buat kalian yang mau ke sini tidak akan rugi, karena akan mendapatkan 3 curug ini. Meskipun agak susah ke curug ini namun semua usaha akan terbayarkan. Kalau kalian ke sini jangan lupa bawa bekal makanan dan minuman ringan karena tidak ada yang berjualan di sekitar curug (warung makan sangat jauh). Dan jangan lupa, jangan bawa kembali sampahnya supaya curug ini terjaga keasriannya!.
Makan siang yang sangat telat
Info:
Nama  : Curug nangsi, Curug Cikupa dan Curug Cibenda (Curug 3 in 1)
Lokasi  : Kp. Lebaknangsi, Desa Sukamuksti, kec. Waluran-kab. Sukabumi-Jawa Barat
Biaya   : tidak ada tarif


Baca juga link terkait:
- Curug Sodong, Curug Ngelay, Curug Ciateul, Curug Cikanteh, Curug Cikawung dan Pantai Palangpang 
- Curug Penganten, Curug Cibelener dan Curug Cihuru 
- Curug Luhur-Ciracap
- Pantai Tenda Biru, Pantai Cibuaya dan Pantai Pangumbahan-Ujung Genteng
- Pantai Pasir Putih-Ujung Genteng

Labels: , , , , , , , , , , ,

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 10: Curug Luhur

Hari ketiga trip kali ini, dari Ujung Genteng saya dan Revan meninggalkan Ujung Genteng jam 7 pagi. Tujuan kali ini kembali berkunjung ke Ciletuh, searah jalan pulang. Tapi sebelumnya kami mampir dulu di Curug Luhur yang berada di jalan raya Surade-Ujung Genteng. Kami pilih lokasi ini karena searah jalan pulang atau jalan yang kami ambil sewaktu ke Ujung Genteng.

Jarak dari Ujung Genteng ke Curug Luhur hanya sekitar 9km atau kurang dari 30 menit menggunakan motor. Tidak petunjuk arah untuk menuju curug ini kami hanya mengandalkan Maps. Kondisi jalan raya ini sangat sepi selain ini adalah jalan alternatif (bukan jalan utama) menuju Ujung Genteng, juga karena hari itu hari senen.

Sampai di satu persimpangan jalan desa (lihat dari Maps) kami bertanya ke penduduk setempat apakah itu jalan masuk menuju Curug Luhur, ternyata tebakan kami benar. Masih sekitar 1km lagi menuju curug dari jalan raya. Karena belum sarapan, kami sarapan di warung dekat pertigaan menu nasi di sini adalah nasi beras merah dan ikan mas. Berbeda dengan nasi merah yang pernah saya coba, nasi merah di sini sangat enak, mirip ketan dan kamipun nambah buat di bungkus (yang nantinya kami makan di malam hari di Ciletuh). Menurut si ibu yang jaga warung, jalur ke Ujung Genteng ini meskipun lebih dekat dan jalannya lebih bagus tapi sepi. Menurut saya, banyakan wisatawan melewati jalur Curug Cikaso karena jalur ini bisa mampir ke Curug Cikaso dan Curug Cigangsa. Selain itu banyak juga wisatawan berangkat malam sehingga spot ini terabaikan.
Belok ke kanan ke arah Curug Luhur
Menikmati sarapn pagi
Melanjutkan perjalanan, memasuki jalan desa ke dalam cuman berjarak 1 kk dengan kondisi jalan berbatu. Sampai di pertigaan, lurus ke arah Curug Luhur dan Curug Nyungsep sementara ke kanan ke Curug Badak dan Curug Kancah. Kami mengambil lurus, melewati beberapa rumah, kemudian melewati kebun dan selanjutnya persawahan dan parkir di ujung jalan yang ada saung nya. Tidak terlihat seorangpun terlihat di area ini hingga kami parkir di dekat saung. 
Pertigaan ambil lurus
Memasuki area persawahan
Sampai di saung yang tidak ada penjaganya
Dari saung di atas ketinggian kita bisa melihat jauh ke horison, terlihat perbukitan dan sawah membentang. Terdengar riak air sungai jauh di lembah sana.  Terasa sepi di tengah hamparan hijau. Untuk ke Curug Luhur kami harus turun ke bawah melewati tangga semen yang cukup curam. Melewati jalan yang dinaungi pepohonan dan rumpun bambu, terlihat goa-goa kecil di tebing bukit sebelah kanan. Di sebelah kiri adalah hamparan persawahan.
Pemandangan hijau membentang
Menuruni bukit ke arah Curug Luhur
Sampai di bawah terlihat Curug Luhur yang yang cukup tersembunyi di sisi kanan. Terlihat air terjun dengan debit yang sangat besar agak tertutup pepohonan besar. Saking besarnya debit curug ini, area di sekitar curug dipenuhi oleh tampias. Berada di sisi kanan di samping curug terdapat bebatuan besar yang sangat licin dimana kita bisa menikmati curug ini dari dekat, hanya saja kita harus siap-siap berbasahan terkena tampias. Karena masih pagi, kami tidak bisa mengambil foto curug ini dengan jelas karena backlight.
Di samping Curug Luhur
Di samping Curug Luhur
Untuk mendapatkan foto curug dari depan pastilah kita harus berada searah dengan curug, hanya saja karena debitnya yang tinggi kami tidak bisa menyeberang ataupun berada di atas bebatuan yang ada searah dengan curug. Dan untuk ke sungai tidak terlihat jalan turun yang membuktkan curug ini kurangmendapat perhatian. Seperti plang di depan, sebenarnya di aliran bawah curug ini terdapat Curug Nyungsang tapi kami tidak melihat ada jalan ke arah aliran bawah, hanya terlihat semak-semak sepanjang aliran bawah yang berbatasan dengan persawahan. 
Curug Luhur dilihat dari atas
Curug Nyungsang di aliran bawah Curug Luhur
Curug Badak dari atas
Akhirnya kami memutuskan kembali ke saung atas dan melihat kondisi curug ini melalui drone. Begitu menerbangkan drone dan mendekati area curug dan menyusuri aliran sungai, terlihat curug bagian bawah yang terlihat bertingkat selebar sungai, tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan Curug Luhur. Selanjutnya ke aliran atas, terlihat Curug Badak di kejauhan yang berada dipinggir jalan. Juga terlihat ada curug tersembunyi yang lumayan tinggi yang tersembunyi diantara pepohonan di tebing sebelah kanan.
Setelah memainkan drone, kami menuju Curug Badak dan ingin menyaksikan lebih dekat. Kondisi jalan yang berbatu, terlihat jalan berkelak-kelok membelah persawahan dan hilang di balik perbukitan. Terlihat beberapa orang bapak sedang memperbaiki jalan seadanya tak jauh dari jembatan.
Jembatan yang membelah aliran sungai sekaligus membendung aliran sungai (tidak terbayang sekiranya hujan lebat dan air nya berlimpah). Air sungai melewati jembatan melewati lorong dang jatuh melewati batu cadas dan membentuk Curug Badak. Menurut saya jembatan ini seharusnya berada di atas aliran sungai bukannya berada di aliran sungai... hmmmm. Karena tidak ada jalan turun ke bawah, jadi kami hanya bisa menikmati curug ini dari atas. Sayang airnya berwarna kecoklatan, mungkin karena hujan dan juga melewati persawahan. 
Curug Badak
Curug Badak
Curug Badak
Mendung dan mulai turun hujan rintik-rintik ketika kami meninggalkan lokasi Curug Badak. Selanjutnya kami meneruskan perjalanan menuju Ciletuh dalam kondisi hujan....

Info:
Nama : Curug Luhur dan Curug Badak
Lokasi : Jalan Raya Surade-Ujung Genteng-Desa Mekarsari, Ciracap, Sukabumi-Jawa Barat
Biaya : gratis

Baca juga link terkait:
- Curug Sodong, Curug Ngelay, Curug Ciateul, Curug Cikanteh, Curug Cikawung dan Pantai Palangpang 
- Curug Nangsi, Curug Cikupa dan Curug Cibenda-Waluran
- Pantai Tenda Biru, Pantai Cibuaya dan Pantai Pangumbahan-Ujung Genteng
- Pantai Pasir Putih-Ujung Genteng 

Labels: , , , , , , , , ,

Tuesday, March 20, 2018

Akhirnya Mengunjungi Curug Luhur di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.. !

Sebenarnya sudah lama ingin berkunjung ke Curug Luhur atau yang lebih dikenal dengan nama Curug Ciambar atau Curug Beton yang ada di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Akhirnya keinginan itu tercapai dengan kunjungan minggu lalu tepatnya Sabtu, tanggal 17 Maret 2018.
Berangkat dari Cidahu pada Jum'at malam, dan ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan motor(biasanya 1.5jam) dari Bogor. Karena rumahnya Revan di Cidahu, jadi saya menginap di rumahnya Revan.
Sudah beberapa kali saya menginap di Cidahu dan mengunjungi beberapa lokasi wisata yang ada di sekitar sini.
Kunjugan sebelumnya silahkan di baca di sini:
Hari Sabtu sekitar jam 7 lewat kami menuju Curug Luhur. Nah, malam sebelumnya kami sudah di kasih tau jalur tercepat ke arah curug adalah melewati Koramil Cicurug, yang ada sebelum Pasar Cicurug (kalau dari Bogor) (yang ada tulisan jalur alternative Bogor yang ada minimart Indomaret dan Alfamart yang berhadap-hadapan). Awalnya mengikutin Maps yang terlihat kami harus melewati Parung Kuda. Tapi sewaktu mengisi bensin di salah satu SPBU yang ada di jalan Raya Sukabumi, kami di anjurkan melewati jalan pintas kira-kira 50 m dari SPBU. Melewati jalan ini ternyata kondisi jalannya lumayan dengan turunan curam dan panjang. Hanya saja pemandangannya di sepanjang perjalanan menuju Desa Ciambar sangatlah bagus. Kabut masih menyelimuti dan Gunung Salak terlihat meski tertutup sebagian oleh awan.
Memasuki Desa Ciambar kami mulai banyak bertanya ke penduduk sekitar. Hingga kami sampai di sebuah jembatan yang rusak. Dan jembatan ini adalah batas Desa Ciambar dan Desa Ambar Jaya yang merupakan desa pemekaran dari Desa Ciambar. Ke dua desa ini masuk dalam kecamatan Ciambar, kabupaten Sukabumi.
Jembatan sebagai batas desa
Jembatan sebagai batas desa
Jembatan sebagai batas desa
Dari jembatan ini, kondisi jalan berbatu-batu, dengan tanjakan yang membuat saya harus turun dari motor. Selanjutnya kami masuk ke desa Ambar Jaya. Desa nya tidak seramai desa Ciambar. Berada di pegunungan, suasana desanya sangat adem.
Sebenarnya kami melewati parkiran untuk ke curug tapi karena tidak tahu (tahunya pas pulang karena banyak motor yang parker), kami terus mengendari motor melewati sisi bukit. Dari jalan terlihat kabut tebal menyelimuti persawahan dan hutan-hutan. Kamipun turun sebentar mengambil foto di spot yang jarang ditemui ini.
Selanjutnya melewati jalan setapak sekitar 100m, motorpun tidak bias lanjut, kamipun parker di pinggir jalan dekat motor warga yang sedang bekerja di ladang.
Dari sini kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki alias trekking. Memasuki kawasan hutan, mengikuti jalan setapak yang basah karena bekas hujan. Kondisi jalan di dominasi oleh turunan, jadi mesti hati-hati. Sepanjang perjalanan sering terlihat banyak bekas tapak kaki sepertinya jejak kaki babi hutan. jalan menurun ini berakhir di aliran sungai, kami menyeberangi sungai melewati jembatan bambu yang di buat oleh warga.
Selanjutnya perjalanan tidak terlalu berat karena kondisi jalan lebih dominan landai. Hingga akhirnya kami sampai di curug yang di tuju, Curug Luhur.
Di area curug terlihat tenda pengunjung yang menginap semalam. Jadi buat kalian yang mau berkemah silahkan saja karena bias mendirikan tenda di area depan curug yang rata.
Juga di curug sudah ada beberapa remaja yang ternyata datang lebih pagi dari kami hahahha.
Curug Luhur ini tingginya sekitar 30 meter, jadi membentuk air terjun type Pony Tail, atau ekor kuda. Curug ini jatuh melewati tebing kokoh tegak lurus, mungkin ini alasan kenapa ada menyebutnya Curug Beton. Air di sekitar leuwi tidak terlalu dalam tapi luas, meski begitu tetap harus hati-hati karena debit air lumayan besar.
Di dekat air terjun terlihat seperti goa yang sebenarnya adalah bekas batu tebing yang patah. Di sekitar curug terdapat pohon-pohon besar yang cocok buah hammocking. Juga terdapat bebatuan besar yang bagus buat kalian yang suka berfoto.
Revan dan saya mencoba mengambil foto di bebatuan dan berendam di kolam. Tidak puas hanya dekat kolam, saya juga berfoto di bawah curug di atas bebatuan. Awalnya saya mengira air di kolamnya dalam, tapi pas loncat dari batu ternyata dangkal hahaha.
Setelah puas menikmati keindahan Curug Luhur ini kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Curug Citaman yang ada di Taman Nasional Gunung Halimun Salak di Cicurug.
========================================================================
Nama: Curug Luhur/Curug Ciambar/Curug Beton
Lokasi: kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango - Desa Ambarjaya, kecamatan Ciambar, kabupaten Sukabumi
Biaya: gratis

Labels: , , , , , , , , , ,