Thursday, June 27, 2019

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 13: Curug Sodong, Curug Cikanteh, Curug Cikawung, Curug Ciateul, Curug Ngelay dan Pantai Palangpang

Rabu, 20 Maret 2019. Hari ke-3 di Ciletuh.
Pagi ini rencananya kami kembali lagi ke area Curug Sodong yang sebelumnya pernah kami kunjungi tahun lalu. Tujuan utama kami ke sini adalah melihat dari atas view Curug Sodong dari atas. Bukan hanya Curug Sodong tapi di sini juga terdapat rangkaian curug, dimana di atasnya Curug Sodong terdapat Curug Ciateul dan Curug Ngelay. Sementara di jalur lain terdapat Curug Cikanteh dan Curug Cikawung yang tersembunyi di balik bebukitan. Pada kunjungan lalu kami baru mengunjungi Curug Sodong dan Curug Cikanteh.

Jarak area curug-curug ini dari Pantai Palangpang cuman sekitar 7km. Dan inilah curug dimana pengunjung dari parkiran langsung bisa menyaksikan kecantikan rangkaian 3 rangkaian curug dengan cukup membayar Rp. 5.000 saja. Karena masih pagi, sekitar jam 9 dan karena hari kerja jadi pengunjung sangat sepi. Berada di curug ini berasa baru pertama kali ke sini, terasa antusias melihat kecantikan curug ini. 
View Curug Sodong dari parkiran
View Curug Sodong dari parkiran
Curug Sodong/Curug Sajodo/Curug Kembar
Curug Sodong/Curug Sajodo/Curug Kembar
Menerbangkan drone, terlihat rangkaian curug, yang paling atas adalah Curug Ciateul, curug ini agak mirip Curug Cikanteh yang tidak berapa jauh jaraknya, boleh dikata, curug ini bentuk miniatur dari Curug Cikanteh. Di bawahnya , masih di satu aliran terdapat Curug Ngelay dimana terdapat dua curug seperti curug kembar. Kedua curug ini berada di tebing yang merupakan rangkaian tebing yang menjadi bagian dari Megaamphytheatre Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark yang berumur sekitar 50 juta tahun. Di kelilingi oleh hijaunya pepohonan/hutan perawan seolah-olah curug-curug ini tidak tersentuh sama sekali. Untuk ke curug ini pengunjung bisa memakai jasa guide yang ada di sekitar sini.
Curug Sodong, Curug Ngelay, Curug Ciateul dan Curug Cikanteh
Curug Ngelay dan Curug Ciateul
Mengarahkan drone ke arah kanan rangkaian curug ini akan terlihat Curug Cikanteh, curug utama yang terdapat di tebing yang berwarna kecoklatan dan dibawahnya terdapat curug tingkatan kedua yang tidak terlau tinggi, inilah salah satu curug yang tercantik di kawasan ini.
Memutar sedikit ke arah kanan, berada di antar lembah terdapat Curug Cikawung. Curug ini mempunyai 2 aliran,yang satu berbentuk landai dan satu tegak lurus yang membentuk kombinasi yang cantik. Aliran dari kedua curug ini akan bert emu dengan aliran Curug Ngelay dan Ciateul dan jatuh di Curug Sodong sehingga debit air di Curug Sodong menjadi sangat besar. Sebenarnya kami ditawari untuk trekking ke Curug Cikawung namun karena sudah capek jadi mungkin lain kali kami mencobanya.
Curug Ciateul, Curug Ngelay dan Curug Cikanteh
Curug Cikanteh dan Curug Cikawung
Curug Cikanteh dari atas
Menjelang siang kami istirahat di sebuah warung makan di area sini. Yang punya rumah makannya juga merangkap menjadi guide di sini. Setelah makan siang, kami kembali ke penginapan untuk istirahat.
Istirahat di Curug Sodong
Sore hari kami ke Pantai Palangpang yang jaraknya cuman beberapa ratus meter dari penginapan. Hanya ada beberapa orang pengunjung di sini. Kebetulan kami beruntung hari ini karena mendapatkan sunset yang bagus meskipun matahari tidak terlihat jelas. Hanya sayang karena berada di muara Sungai Cimarinjung banyak terdapat sampah-sampah yang terbawa ombak. Mudah-mudahan pantai yang menjadi icon-nya kawasan ini bisa lebih berbenah kedepannya.
Sunset di Pantai Palangpang
Sunset di Pantai Palangpang
Info:
Nama : Curug Sodong/Curug Sajodoh/Curug Kembar, Curug Ciateul, Curug Ngelay, Curug Cikanteh dan Curug Cikawung.
Lokasi: Desa Ciwaru, kec. Ciemas-Sukabumi-Jawa Barat
Biaya : masuk kawasan wisata Rp. 5.000, parkir motor Rp. 5.000 (untuk ke curug-curug selain Curug Sodong harus pakai guide dengan biaya tertentu).

Baca juga link terkait:
- Curug Penganten, Curug Cibelener dan Curug Cihuru
- Curug Nangsi, Curug Cikupa dan Curug Cibenda-Waluran
- Curug Luhur-Ciracap
- Pantai Tenda Biru, Pantai Cibuaya dan Pantai Pangumbahan-Ujung Genteng
- Pantai Pasir Putih-Ujung Genteng

Labels: , , , , , , , , , , , , ,

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 12: Curug Penganten, Curug Cibelener dan Curug Cihuru

Dari Curug Nangsi kami menuju ke daerah sekitar Pantai Palangpang yang menjadi pusat Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark. Sepanjang jalan menuju area pantai, diperbukitan terlihat hamparan kuning, mirip perbukitan Teletubbies. Jangan salah, ini bukan rumput atau ilalang tapi padi huma, yaitu padi yang ditanam bukan di sawah yang selalu tergenang air. Padi-padi Penganten. Berkeliling area sepanjang pantai akhirnya kami memutuskan pilihan di sebuah penginapan di pinggir jalan yang tidak begitu jauh dari Pantai Palangpang. Penginapannya terbuat dari kayu dengan tarif Rp. 250.000/malam. Kami book untuk 3 malam. Karena masih hujan kamipun hanya beristirahat di kamar.
Curug Penganten
Pagi-pagi sekitar jam 7 kami sudah bersiap menuju Curug Penganten. Curug ini berada di desa Mekarjaya-Ciemas yang berjarak sekitar 20km dari Pantai Palangpang. Pagi itu cuaca berawan namun kami tetap melanjutkan perjalanan. Dari Pantai Palangpang kami enuju ke arah Curug Cimarinjung, setelah tanjakan tidak berapa jauh nanti ada pertigaan, kalau lurus ke Puncak Darma, ke kanan ke Mekarjaya. Ambil ke kanan ini jalannya berupa cor-coran bukan aspal pada umumnya. Tanjakannya di sini sangat tajam tajam dan berbelok-belok tapi untunglah hampir tidak ada kendaraan saat itu. Dibandingin ke uncak darma, tanjakan di sini lebih ekstrim jadi kalau kalian bawa mobil ke arah ini harap diperhatikan kondisi kendaraannya.

Meskipun berbahaya tapi pemandangan di sini sangat bagus, di sinilah terdapat Puncak Aher (eks Gubernur Jawa Barat yang banyak berjasa pada kemajuan Geopark ini). Puncak Aher lebih tinggi dibanding Puncak Darma, di sini pemandangannya lebih luas, bukan hanya pantai tapi juga pegunungan dan lembah.
Melewati Puncak Aher terus ke atas melewati perkampungan, kiri kanan terlihat sawah huma yang mulai menguning yang tadinya saya kira ilalang (padi yang ditanam di perbukitan bukan sawah). Hampir 2/3 perjalanan tiba-tiba turun hujan yang sangat lebat dan terpaksa berteduh di sebuah warung yang ada di pertigaan di area hutan karet.cukup lama menunggu hujan reda dan kami berkenalan dengan seorang bapak yang mau ke ladangnya dan mendapatkan info mengenai Curug Penganten.
Setelah hujan agak reda, kami mengikuti si bapak, memasuki jalan membelah hutan karet sampai ke area perbukitan yang banyak ladang-ladang dan padi huma. Wilayah ini sangat sepi, sangat langka sekali untuk melihat satu rumah aja. Sampai di suatu pertigaan kami berpisah dan kami memasuki area jalan desa berupa bebatuan. Melewati jalan bebatuan ini awalnya masih terlihat satu dua rumah penduduk lama-lama tidak terlihat rumah sama sekali. Memasuki jalan yang hanya cukup untuk satu motor kemudian menaiki bukit, karena jalannya licin dan berlumpur, kadang-kadang kita harus turun dari motor dan di dorong. Sampai di sebuah saung yang ternyata tempat pembuatan aren tradisional kami berteduh karena tiba-tiba hujan kembali turn dengan lebatnya. 
Kondisi jalan desa
Kondisi jalan desa
Kondisi jalan menjelang parkiran
Setelah hujan turun agak reda kami menuju ke Curug Penganten yang berjalan beberapa puluh meter saja sudah terlihat dari jauh, coklat keemasan. Fantastic... !!!. Menuruni terasering sawah yang membuat kami nyasar dan di antar oleh seorang ibu melewati jalur sUemak-semak (seharusnya ada jalur lain) menyusuri alur sungai. Di antar sampai ke jembatan yang melintasi sungai si ibu berpesan agar nanti pulangnya melewati jalan setapak yang ada di atas. Melewati jembatan kemudian berjalan sekitar 100m. perlu pengorbanan untuk mendekati curug ini karena akses jalan dan areanya sudah terbengkalai.
Menuju Curug Penganten
Melintasi jembatan
Jalan ke arah curug
Memanjat bukit hingga sampai di area pinggir curug terlihat saung-saung yang sudah hancur. Curug Penganten tertutup oleh pepohonan besar. Untuk melihat curug ini secara utuh  kita harus menuju aliran sungai yang dasarnya berupa batu cadas. Dari depan terlihat keperkasaan curug ini. Seperti mengamuk, debit airnya sangat besar dan bergemuruh. Jatuh dari ketinggian sekitar 30m membentuk tampias dan angin. Airnya berwarna coklat keemasan akibat hujan terus menerus, sesuai nama daerahnya Ciemas yang bearti air emas/air yang berwarna emas.
Curug Penganten saat hujan
Curug Penganten saat hujan
Aliran curug ini jatuh membentuk niagara kecil sepanjang lebarnya sungai dan mengalir ke sungai yang juga aliran dari Curug Cibelener yang terlihat dari jauh. Meskipun berbeda aliran, Curug Cibelener juga berwarna keemasan akibat hujan. Curug Cibelener ini mempunya dua tingkatan dengan debit yang besar. Sebenarnya pengunjung bisa mendekati curug ini, hanya saja untuk saat itu tidak memungkinkan karena arus sungai yang deras. Berbeda dengan Curug Penganten yang berada di tebing tebuka, Curug Cibelener berada di celah lembah sehingga diperlukan usaha tambahan untuk mencapai curug ini.
Curug Cibelener dari kejauhan
Curug Cibelener
Tadinya kami berniat menerbangkan drone untuk melihat view kedua curug ini dari atas cuman sayang kami tidak mendapat sinyal GPS sama sekali. Maklum areanya sangat terpencil dan jauh dari mana-mana.
Setelah puas mengambil foto-foto curug ini yang sudah menggunakan DSRL karena tampiasnya yang membuat basah lensa, kamipun kembali ke parkiran dan melewati jalan yang tadi disarankan oleh ibu yang di sawah. Dari jembatan kayu, kami mengambil jalan naik hingga mencapai jalan setapak. Di pinggir jalan setapak terdapat saluran irigasi kecil. Berjalan memutari bukit hingga sampai di dekat Curug Cihuru. Berbeda dengan dua curug sebelumnya, Curug Cihuru airnya jernih. Kalau dilihat dari jauh, curug ini bertingkat-tingkat hanya saja area disekitar curug ditutupi oleh pepohonan sehingga tidak terlihat keseluruhan. Dari sini jalan setapak berakhir di sawah bagian atas dan sudah dekat parkiran. Jadi kalau kalian mau ke Curug Penganten sebaiknya melewati jalur ini.
Jalan pulang beda dengan jalan datang
Curug Cihuru yang tertutup pepohonan
Info:
Nama  : Curug Penganten, Curug Cibelener dan Curug Cihuru 
Lokasi  : Desa Mekarjaya, kec. Ciemas-kab. Sukabumi 
Biaya   : gratis
Baca juga link terkait:
- Curug Sodong, Curug Ngelay, Curug Ciateul, Curug Cikanteh, Curug Cikawung dan Pantai Palangpang 
- Curug Nangsi, Curug Cikupa dan Curug Cibenda-Waluran
- Curug Luhur-Ciracap
- Pantai Tenda Biru, Pantai Cibuaya dan Pantai Pangumbahan-Ujung Genteng
- Pantai Pasir Putih-Ujung Genteng

Labels: , , , , , , , , ,

Monday, June 10, 2019

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 11: Curug Nangsi, Curug Cikupa dan Curug Cibenda

Dari Curug Luhur yang ada di Ciracap selanjutnya kami menuju kawasan Ciletuh. Jadi kami akan melewati jalur yang sama ketika ke Ujung Genteng dari Ciletuh. Rencana kami menginap 2 malam di Ciletuh untuk lebih mengeksplore kawasan ini. Sebelumnya kami sudah pernah 3 malam di kawasan ini tahun lalu. Lokasi penginapan yang kami tuju adalah sekitar pantai Palangpang. Tapi sebelum ke Palangpang kami mampir ke Curug Nangsi.
Dari Curug Luhur ke Curug Nangsi berjarak sekitar 30km atau hampir 1 jam naik motor. Sepulang dari Curug Luhur kondisinya hujan dan kondisi jalan masih seperti yang dulu, aspalberlubang. Melewati pertigaan Curug Puncak Manik hingga sampai ke pertigaan  kiri ke Panenjoan/Pantai Palangpang sementara kanan ke Waluran dan bisa juga ke Sukabumi/Bandung. Di pertigaan ini kondisi aspalnya sudah mulus. Agak mengherankan karena seharusnya Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark membentang dari Pelabuhan Ratu hingga Ujung Genteng tapi jalan yang diperbaiki hanya sebagian.
Jalur yang kami lewati sama seperti ke Curug Puncak Jeruk. Daerah ini didominasi oleh perkebunan terutama karet dan sawit. Mengandalkan Google Maps dan sempat nyasar akhirnya sampai dipertigaan desa Sukamukti. Begitu masuk ke dalam sampai ke sekolah SD dan ke perkebunan kelapa sawit ternyata nyasar, dekat SD kami masuk lagi ke arah kanan hingga sampai ke perkampungan dengan pemandangan yang luar biasa. Meskipun nyasar tapi sedikit menghibur. 
Kalau melihat SD ini berarti kamu salah jalan !!!
Kondisi jalan kampung
Nyasar ke sini
Nyasar ke sini

Keluar lagi dari jalan ini hingga sampai di jalan kecil (depan warung), jalan yang hanya cukup untuk motor. Melewati pinggir bukit dan pematang sawah yang dipinggirnya berupa jurang akhirnya kami sampai di akhir jalan dan parkir di sebuah warung kecil. Setelah ngobrol dengan pemilik warung kami dan si bapak pun mengantar menuju ke Curug Nangsi (kalau gak di antar kemungkinan besar pasti nyasar) dan kami siap mengeksplor Curug Nangsi yang juga dikenal dengan nama Curug 3 in 1 ini karena ada 2 curug lagi selain Curug Nangsi.
Memasuki gang yang benar
Menyusuri pematang sawah dengan motor
Curug Nangsi
Masih gerimis, di temani si Bapak yang jadi guide kami kemudian trek menyusuri bukit kemudian turun. Karena treknya berupa tanah merah dan basah jadinya treknya sangat licin dan sudah seperti lumpur. Saya pun turun lambat merayap, selain licin juga di sebelah kanan berupa tebing dan kiri berupa persawahan hahaha. Meskipun treknya ke sungai tidak terlalu jauh (
sekitar 200m) namun karena kondisi nya yang curam dan becek jadinya memakan waktu lama.
Memulai trek ke Curug Nangsi
Menuruni bukit
Curug Nangsi dari kejauhan
Sampai di area persawahan yang agak rata kami sudah bisa melihat Curug Nangsi dari kejauhan.... menakjubkan...!!!. Dari jauh bisa terlihat curug ini sampai ke aliran teratas (dari dekat tidak kelihatan bagian atas). Terlihat seperti tirai-tirai air di tebing batu tegak lurus, sementara di depannya adalah persawahan dan tidak terlihat seorangpun pengunjung ataupun yang bekerja di sini.... sempurna!!!.
Melanjutkan sedikit lagi akhirnya saya sampai di bawah, ke aliran sungai yang tidak begitu deras dan dangkal. Menyusuri pematang sawah sekitar 50m akhirnya sampailah di depan Curug Nangsi. Curug ini agak-agak irip dengan Curug Terekel yang di Cianjur Selatan hanya saja curug ini lebih tinggi dan lebih banyak aliran curugnya. Dengan ketinggian sekitar 40-50 mungkin tidak terlalu istimewa kalau hanya 1 aliran, tapi yang membuat unik adalah banyaknya aliran yang jatuh dari curug ini. Karena debitnya yang lumayan besar, kami berada tidak terlalu dekat dari curug ini hanya di sekitaran bebatuannya saja. Untuk berfoto terdapat batu besar di sekitar curug dan pengunjung bisa berfoto di atasnya. Hanya saja, terdapat sampah-sampah yang di bawa aliran sungai yang berasal dari sepanjang aliran sungai, meskipun tidak terlalu banyak namun cukup mengganggu.
Curug Nangsi dari kejauhan
Curug Nangsi
Curug Nangsi
Curug Nangsi

Curug Cibenda
Curug ini berada tidak jauh dari Curug nangsi atau berada sekitar 50m di sisi kiri. Curug ini berbeda aliran sungai dengan Curug Nangsi. Meskipun berada di deretan tebing yang sama namu curug ini lebih pendek. Curug ini cukup unik, awalnya berupa curug tunggal/satu aliran kemudian sekitar 10m jatuh ke tebing batu dan kemudian melebar/menyebar membentuk seperi untaian kapas. Tidak ada kolam di bawah curug ini, karena debitnya tidak terlalu besar dan langsung mengalir ke aliran sungai yang sama dengan Curug Nangsi. 
Curug Cibenda

Karena jaraknya berdekatan jadi kalau ke Curug Nangsi pastilah bisa melihat langsung Curug Cibenda.

Curug Cikupa
Berbeda dengan Curug Cikupa dan Curug Nangsi yang terlihat langsung, Curug Cikupa tersembunyi di balik persawahan dan pepohonan. Untuk ke curug ini kita harus menyeberang sungai. Sampai di seberang kita naik ke pematang sawah, menyusuri pematang sawah, melewati padi yang tingginya hampir sedada kemudian sampai ke aliran sungai yang berbeda dengan aliran Curug Nangsi.

Menyeberang sungai lagi yang dasar nya berupa batu cadas, melewati area yang terlihat gelap karena di naungi pepohonan, di ujung terlihat Curug Cikupa. Dengan ketinggian sekitar 40m, curug ini jatuh melewati tebing batu dan membentuk seperti curug sawer (curug yang airnya seperti air hujat atau cipratan. Uniknya dari curug ini adalah, airnya yang jatuh berbentuk kerucut, kecil di atas dan semakin besar ke bawah, jadi dari jauh akan terlihat seperti segitiga. Adanya pohon besar di depan curug ini akan menambah cantik dan menjadikannya frame alami ketika mengabadikan curug ini.
Menuju Curug Cikupa
Menuju Curug Cikupa
Saya dan Revan sempat berfoto di bawah curug ini, dibawah cipratan air curug. Harus berhati-hati ketika menaiki tebing batunya, meskipun kasar namun lumayan licin. Tidak ada kolam di bawah curug ini, airnya yang jernih akan mengalir langsung dan bermuara ke sungai dari aliran Curug Nangsi.
Curug Cikupa
Curug Cikupa
Curug Cikupa
Jadi buat kalian yang mau ke sini tidak akan rugi, karena akan mendapatkan 3 curug ini. Meskipun agak susah ke curug ini namun semua usaha akan terbayarkan. Kalau kalian ke sini jangan lupa bawa bekal makanan dan minuman ringan karena tidak ada yang berjualan di sekitar curug (warung makan sangat jauh). Dan jangan lupa, jangan bawa kembali sampahnya supaya curug ini terjaga keasriannya!.
Makan siang yang sangat telat
Info:
Nama  : Curug nangsi, Curug Cikupa dan Curug Cibenda (Curug 3 in 1)
Lokasi  : Kp. Lebaknangsi, Desa Sukamuksti, kec. Waluran-kab. Sukabumi-Jawa Barat
Biaya   : tidak ada tarif


Baca juga link terkait:
- Curug Sodong, Curug Ngelay, Curug Ciateul, Curug Cikanteh, Curug Cikawung dan Pantai Palangpang 
- Curug Penganten, Curug Cibelener dan Curug Cihuru 
- Curug Luhur-Ciracap
- Pantai Tenda Biru, Pantai Cibuaya dan Pantai Pangumbahan-Ujung Genteng
- Pantai Pasir Putih-Ujung Genteng

Labels: , , , , , , , , , , ,

Saturday, May 19, 2018

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 3: Curug Sodong, Curug Cikanteh dan Pantai Palangpang


Di penginapan, hanya berberes sebentar kemudian kami melanjutkan petualangan untuk hari ini. Tujuan berikutnya adalah Curug Sodong dang Curug Cikanteh. 

7. Curug Sodong
Jarak dari penginapan ke Curug Sodong sekitar 10 km, atau sekitar 30 menit perjalanan. Dari kampung Cimarinjung nanti bertemu pertigaan yang juga pertemuan jalan dari Pantai Palangpang. Dari pertigaan ini kita ke arah Sukabumi/Jakarta, selanjutnya ketemu pertigaan lagi, kanan ke Sukabumi/Jakarta, kami ambil lurus sampai ketemu Indomart dan ambil kiri. Dari pertigaan ni jalannya lumayan bagus meski tidak mulus. Di perjalanan sebagaimana Curug Cimarinjung, kita juga bisa menyaksikan Curug Cikanteh dari kejauhan.
Curug Cikanteh di kejauhan
Mendekati curug, dikejauhan sudah terlihat Curug Sodong dan satu curug di atasnya (Curug Ciateul???). Curug kecil yang terlihat di kejauhan alirannya akan bertemu dengan aliran air dari Curug Cikanteh dan membentuk Curug Sodong.
Memasuki parkiran kami membayar tiket sekitar Rp. 5.000 (atau 10.000?) dan parkir Rp. 5.000. Dan lapangan parkirnya berada tidak jauh dari curug.
View curug dari parkir
Pemandangan di curug ini sangat asri, dikelilingi hutan yang menghijau dan patahan perbukitan yang merupakan bagian dari Mega Amfiteater Ciletuh membuat pengunjung betah berlama-lama di sini.
Tinggi curug sekitar 20m dengan debit air yang besar meski mendekati musim kemareu ini. Di belakang curug terdapat cekungan/goa di tebingnya sehingga disebut ‘sodong’, karena curugnya ada dua maka disebut juga Curug Kembar, karena berdekatan satu sama lain maka juga biasa disebut Curug Sajodo. Karena debitnya yang besar, tidak dianjurkan berenang di dekat jatuhnya air terjun.
Curug Sodong
Curug Sodong
Di pinggir curug terdapat pohon besar yang bisa dijadikan spot foto yang menarik dan tempat mengambil foto curug dengan angle yang berbeda.
Curug Sodong
8. Curug Cikanteh
Jika kamu masih punya tenaga cukup dan excited akan curug silahkan mengunjungi Curug Cikanteh. Namun, untuk menikmati Curug ini kita wajib memakai guide dengan biaya Rp. 50.000 per group.
Setelah mencatat data-data pengunjung, kami menuju Curug Cikanteh. Melewati jalan setapak dengan pemandangan hutan yang sangat asri kami mengikuti guide yang sudah ditunjuk.
Melewati sebuah jembatan kayu, lanjut lagi melewati hutan, tidak sampai 30 menit kami sudah sampai di Curug Cikanteh. Dihiasi bebatuan besar kecoklatan, dengan 2 tingkatan dan debit sangat besar menjadikan curug ini sangat fantastis. 
View Curug Cikanteh bagian bawah
View Curug Cikanteh bagian bawah
View Curug Cikanteh bagian bawah
View Curug Cikanteh bagian bawah
Curug utama yang tinggi menjulang sekitar 60 meter terlihat sangat gagah. Curug tunggal yang jatuh dari batu tebing yang berwarna kecoklatan dengan sedikit warna hijau tanaman menjadikannya sangat unik. Aliran dari atas ini turun melewati bebatuan membentuk beberapa curug kecil dan membentuk leuwi yang tidak terlalu dalam. Di aliran bawah ini, banyak pengunjung bermain air, merasakan kesejukan air ini. 
View Curug Cikanteh bagian bawah
View Curug Cikanteh bagian bawah
View Curug Cikanteh bagian bawah
Guide kami menawarkan untuk mengunjungi curug bagian atas dengan sedikit biaya tambahan (kami memberinya tambahan Rp. 20.000). Melewati sisi tebing bagian kiri, melewati celah bebatuan dan dilanjutkan setapak yang agak licin akhirnya kami sampai ke bagian atas.
Trek ke atas
Trek ke atas
Aliran batas curug atas dan bawah
Sampai di atas, terlihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Bebatuan yang unik, aliran air dan tebing 90 derajat yang tinggi menjulang. Kami mengambil beberapa foto di sin dengan di awasi oleh guide. Kami tidak diperbolehkan terlalu mendekati curug karena keamanan karena bagian atas ini tidak umum untuk dikunjungi.
View Curug Cikanteh bagian atas
View Curug Cikanteh bagian atas
View Curug Cikanteh bagian atas
View Curug Cikanteh bagian atas
Setelah puas menikmati pemandangan yang fantastis ini, kami melanjutkan perjalanan untuk menikmati sunset.

9. Pantai Palangpang
Inilah sunset point favorit pengunjung jika ke Ciletuh. Selain landmark yang menjadi ikon Ciletuh, di sini kita bisa menikmati sunset langsung menghadap laut. Di sini kita juga bisa melihat Curug Cimarinjung di kejauhan.
Curug Cimarinjung dari Pantai Palangpang
Di pantai ini biasa dijadikan tempat berkemah wistawan atau tempat transit wisatawan yang melakukan turing.
Sunset di Pantai Palangpang
Hanya saja, mungkin saking banyaknya pengunjung, kebersihan pantai jadi kurang terjaga, banyak sampah berserakan. Juga ada yang parkir sembarangan misalnya di depan landmark Ciletuh Geopark sehingga menghalangi/merusak pemandangan pengunjung lain yang ingin berfoto.
Landmark Geopark
Semoga kedepannya pantai ini lebih dijaga lagi kebersihannya. Di butuhkan kesadaran pengunjung untuk menjaga kebersihannya.

Link terkait:
- Pantai Loji, Curug Larangan, Curug Cilegok dan Puncak Darma
- Curug Dogdog dan Curug Cimarinjung
- Curug Awang dan Curug Tengah
- Curug Puncak Manik 
- Curug Puncak Jeruk 
- Curug Luhur Cigangsa dan Curug Cikaso 

Labels: , , , , , , , , , , , ,