Thursday, June 27, 2019

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 13: Curug Sodong, Curug Cikanteh, Curug Cikawung, Curug Ciateul, Curug Ngelay dan Pantai Palangpang

Rabu, 20 Maret 2019. Hari ke-3 di Ciletuh.
Pagi ini rencananya kami kembali lagi ke area Curug Sodong yang sebelumnya pernah kami kunjungi tahun lalu. Tujuan utama kami ke sini adalah melihat dari atas view Curug Sodong dari atas. Bukan hanya Curug Sodong tapi di sini juga terdapat rangkaian curug, dimana di atasnya Curug Sodong terdapat Curug Ciateul dan Curug Ngelay. Sementara di jalur lain terdapat Curug Cikanteh dan Curug Cikawung yang tersembunyi di balik bebukitan. Pada kunjungan lalu kami baru mengunjungi Curug Sodong dan Curug Cikanteh.

Jarak area curug-curug ini dari Pantai Palangpang cuman sekitar 7km. Dan inilah curug dimana pengunjung dari parkiran langsung bisa menyaksikan kecantikan rangkaian 3 rangkaian curug dengan cukup membayar Rp. 5.000 saja. Karena masih pagi, sekitar jam 9 dan karena hari kerja jadi pengunjung sangat sepi. Berada di curug ini berasa baru pertama kali ke sini, terasa antusias melihat kecantikan curug ini. 
View Curug Sodong dari parkiran
View Curug Sodong dari parkiran
Curug Sodong/Curug Sajodo/Curug Kembar
Curug Sodong/Curug Sajodo/Curug Kembar
Menerbangkan drone, terlihat rangkaian curug, yang paling atas adalah Curug Ciateul, curug ini agak mirip Curug Cikanteh yang tidak berapa jauh jaraknya, boleh dikata, curug ini bentuk miniatur dari Curug Cikanteh. Di bawahnya , masih di satu aliran terdapat Curug Ngelay dimana terdapat dua curug seperti curug kembar. Kedua curug ini berada di tebing yang merupakan rangkaian tebing yang menjadi bagian dari Megaamphytheatre Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark yang berumur sekitar 50 juta tahun. Di kelilingi oleh hijaunya pepohonan/hutan perawan seolah-olah curug-curug ini tidak tersentuh sama sekali. Untuk ke curug ini pengunjung bisa memakai jasa guide yang ada di sekitar sini.
Curug Sodong, Curug Ngelay, Curug Ciateul dan Curug Cikanteh
Curug Ngelay dan Curug Ciateul
Mengarahkan drone ke arah kanan rangkaian curug ini akan terlihat Curug Cikanteh, curug utama yang terdapat di tebing yang berwarna kecoklatan dan dibawahnya terdapat curug tingkatan kedua yang tidak terlau tinggi, inilah salah satu curug yang tercantik di kawasan ini.
Memutar sedikit ke arah kanan, berada di antar lembah terdapat Curug Cikawung. Curug ini mempunyai 2 aliran,yang satu berbentuk landai dan satu tegak lurus yang membentuk kombinasi yang cantik. Aliran dari kedua curug ini akan bert emu dengan aliran Curug Ngelay dan Ciateul dan jatuh di Curug Sodong sehingga debit air di Curug Sodong menjadi sangat besar. Sebenarnya kami ditawari untuk trekking ke Curug Cikawung namun karena sudah capek jadi mungkin lain kali kami mencobanya.
Curug Ciateul, Curug Ngelay dan Curug Cikanteh
Curug Cikanteh dan Curug Cikawung
Curug Cikanteh dari atas
Menjelang siang kami istirahat di sebuah warung makan di area sini. Yang punya rumah makannya juga merangkap menjadi guide di sini. Setelah makan siang, kami kembali ke penginapan untuk istirahat.
Istirahat di Curug Sodong
Sore hari kami ke Pantai Palangpang yang jaraknya cuman beberapa ratus meter dari penginapan. Hanya ada beberapa orang pengunjung di sini. Kebetulan kami beruntung hari ini karena mendapatkan sunset yang bagus meskipun matahari tidak terlihat jelas. Hanya sayang karena berada di muara Sungai Cimarinjung banyak terdapat sampah-sampah yang terbawa ombak. Mudah-mudahan pantai yang menjadi icon-nya kawasan ini bisa lebih berbenah kedepannya.
Sunset di Pantai Palangpang
Sunset di Pantai Palangpang
Info:
Nama : Curug Sodong/Curug Sajodoh/Curug Kembar, Curug Ciateul, Curug Ngelay, Curug Cikanteh dan Curug Cikawung.
Lokasi: Desa Ciwaru, kec. Ciemas-Sukabumi-Jawa Barat
Biaya : masuk kawasan wisata Rp. 5.000, parkir motor Rp. 5.000 (untuk ke curug-curug selain Curug Sodong harus pakai guide dengan biaya tertentu).

Baca juga link terkait:
- Curug Penganten, Curug Cibelener dan Curug Cihuru
- Curug Nangsi, Curug Cikupa dan Curug Cibenda-Waluran
- Curug Luhur-Ciracap
- Pantai Tenda Biru, Pantai Cibuaya dan Pantai Pangumbahan-Ujung Genteng
- Pantai Pasir Putih-Ujung Genteng

Labels: , , , , , , , , , , , , ,

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 12: Curug Penganten, Curug Cibelener dan Curug Cihuru

Dari Curug Nangsi kami menuju ke daerah sekitar Pantai Palangpang yang menjadi pusat Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark. Sepanjang jalan menuju area pantai, diperbukitan terlihat hamparan kuning, mirip perbukitan Teletubbies. Jangan salah, ini bukan rumput atau ilalang tapi padi huma, yaitu padi yang ditanam bukan di sawah yang selalu tergenang air. Padi-padi Penganten. Berkeliling area sepanjang pantai akhirnya kami memutuskan pilihan di sebuah penginapan di pinggir jalan yang tidak begitu jauh dari Pantai Palangpang. Penginapannya terbuat dari kayu dengan tarif Rp. 250.000/malam. Kami book untuk 3 malam. Karena masih hujan kamipun hanya beristirahat di kamar.
Curug Penganten
Pagi-pagi sekitar jam 7 kami sudah bersiap menuju Curug Penganten. Curug ini berada di desa Mekarjaya-Ciemas yang berjarak sekitar 20km dari Pantai Palangpang. Pagi itu cuaca berawan namun kami tetap melanjutkan perjalanan. Dari Pantai Palangpang kami enuju ke arah Curug Cimarinjung, setelah tanjakan tidak berapa jauh nanti ada pertigaan, kalau lurus ke Puncak Darma, ke kanan ke Mekarjaya. Ambil ke kanan ini jalannya berupa cor-coran bukan aspal pada umumnya. Tanjakannya di sini sangat tajam tajam dan berbelok-belok tapi untunglah hampir tidak ada kendaraan saat itu. Dibandingin ke uncak darma, tanjakan di sini lebih ekstrim jadi kalau kalian bawa mobil ke arah ini harap diperhatikan kondisi kendaraannya.

Meskipun berbahaya tapi pemandangan di sini sangat bagus, di sinilah terdapat Puncak Aher (eks Gubernur Jawa Barat yang banyak berjasa pada kemajuan Geopark ini). Puncak Aher lebih tinggi dibanding Puncak Darma, di sini pemandangannya lebih luas, bukan hanya pantai tapi juga pegunungan dan lembah.
Melewati Puncak Aher terus ke atas melewati perkampungan, kiri kanan terlihat sawah huma yang mulai menguning yang tadinya saya kira ilalang (padi yang ditanam di perbukitan bukan sawah). Hampir 2/3 perjalanan tiba-tiba turun hujan yang sangat lebat dan terpaksa berteduh di sebuah warung yang ada di pertigaan di area hutan karet.cukup lama menunggu hujan reda dan kami berkenalan dengan seorang bapak yang mau ke ladangnya dan mendapatkan info mengenai Curug Penganten.
Setelah hujan agak reda, kami mengikuti si bapak, memasuki jalan membelah hutan karet sampai ke area perbukitan yang banyak ladang-ladang dan padi huma. Wilayah ini sangat sepi, sangat langka sekali untuk melihat satu rumah aja. Sampai di suatu pertigaan kami berpisah dan kami memasuki area jalan desa berupa bebatuan. Melewati jalan bebatuan ini awalnya masih terlihat satu dua rumah penduduk lama-lama tidak terlihat rumah sama sekali. Memasuki jalan yang hanya cukup untuk satu motor kemudian menaiki bukit, karena jalannya licin dan berlumpur, kadang-kadang kita harus turun dari motor dan di dorong. Sampai di sebuah saung yang ternyata tempat pembuatan aren tradisional kami berteduh karena tiba-tiba hujan kembali turn dengan lebatnya. 
Kondisi jalan desa
Kondisi jalan desa
Kondisi jalan menjelang parkiran
Setelah hujan turun agak reda kami menuju ke Curug Penganten yang berjalan beberapa puluh meter saja sudah terlihat dari jauh, coklat keemasan. Fantastic... !!!. Menuruni terasering sawah yang membuat kami nyasar dan di antar oleh seorang ibu melewati jalur sUemak-semak (seharusnya ada jalur lain) menyusuri alur sungai. Di antar sampai ke jembatan yang melintasi sungai si ibu berpesan agar nanti pulangnya melewati jalan setapak yang ada di atas. Melewati jembatan kemudian berjalan sekitar 100m. perlu pengorbanan untuk mendekati curug ini karena akses jalan dan areanya sudah terbengkalai.
Menuju Curug Penganten
Melintasi jembatan
Jalan ke arah curug
Memanjat bukit hingga sampai di area pinggir curug terlihat saung-saung yang sudah hancur. Curug Penganten tertutup oleh pepohonan besar. Untuk melihat curug ini secara utuh  kita harus menuju aliran sungai yang dasarnya berupa batu cadas. Dari depan terlihat keperkasaan curug ini. Seperti mengamuk, debit airnya sangat besar dan bergemuruh. Jatuh dari ketinggian sekitar 30m membentuk tampias dan angin. Airnya berwarna coklat keemasan akibat hujan terus menerus, sesuai nama daerahnya Ciemas yang bearti air emas/air yang berwarna emas.
Curug Penganten saat hujan
Curug Penganten saat hujan
Aliran curug ini jatuh membentuk niagara kecil sepanjang lebarnya sungai dan mengalir ke sungai yang juga aliran dari Curug Cibelener yang terlihat dari jauh. Meskipun berbeda aliran, Curug Cibelener juga berwarna keemasan akibat hujan. Curug Cibelener ini mempunya dua tingkatan dengan debit yang besar. Sebenarnya pengunjung bisa mendekati curug ini, hanya saja untuk saat itu tidak memungkinkan karena arus sungai yang deras. Berbeda dengan Curug Penganten yang berada di tebing tebuka, Curug Cibelener berada di celah lembah sehingga diperlukan usaha tambahan untuk mencapai curug ini.
Curug Cibelener dari kejauhan
Curug Cibelener
Tadinya kami berniat menerbangkan drone untuk melihat view kedua curug ini dari atas cuman sayang kami tidak mendapat sinyal GPS sama sekali. Maklum areanya sangat terpencil dan jauh dari mana-mana.
Setelah puas mengambil foto-foto curug ini yang sudah menggunakan DSRL karena tampiasnya yang membuat basah lensa, kamipun kembali ke parkiran dan melewati jalan yang tadi disarankan oleh ibu yang di sawah. Dari jembatan kayu, kami mengambil jalan naik hingga mencapai jalan setapak. Di pinggir jalan setapak terdapat saluran irigasi kecil. Berjalan memutari bukit hingga sampai di dekat Curug Cihuru. Berbeda dengan dua curug sebelumnya, Curug Cihuru airnya jernih. Kalau dilihat dari jauh, curug ini bertingkat-tingkat hanya saja area disekitar curug ditutupi oleh pepohonan sehingga tidak terlihat keseluruhan. Dari sini jalan setapak berakhir di sawah bagian atas dan sudah dekat parkiran. Jadi kalau kalian mau ke Curug Penganten sebaiknya melewati jalur ini.
Jalan pulang beda dengan jalan datang
Curug Cihuru yang tertutup pepohonan
Info:
Nama  : Curug Penganten, Curug Cibelener dan Curug Cihuru 
Lokasi  : Desa Mekarjaya, kec. Ciemas-kab. Sukabumi 
Biaya   : gratis
Baca juga link terkait:
- Curug Sodong, Curug Ngelay, Curug Ciateul, Curug Cikanteh, Curug Cikawung dan Pantai Palangpang 
- Curug Nangsi, Curug Cikupa dan Curug Cibenda-Waluran
- Curug Luhur-Ciracap
- Pantai Tenda Biru, Pantai Cibuaya dan Pantai Pangumbahan-Ujung Genteng
- Pantai Pasir Putih-Ujung Genteng

Labels: , , , , , , , , ,

Friday, June 1, 2018

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 7: Curug Luhur Cigangsa dan Curug Cikaso


Sabtu, 12 Mei 2018
Sekitar jam 8 pagi kami check-out dari penginapan di Desa Cimarinjung dan melanjutkan perjalanan menuju Surade. Di lokasi ini kami akan mengunjungi Curug Luhur Cigangsa dan Curug Cikaso.

14. Curug Luhur Cigangsa
Mengandalkan Google Maps kami menuju Curug Luhur Cigangsa atau Curug Cigangsa yang berada di Desa Batusuhunan, kecamatan Surade ini. Jaraknya dari Pantai Palangpang-Ciletuh sekitar 1 jam perjalanan. Kecamatan Surade masih masuk ke dalam kawasan Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark.
Meski masuk dalam kawasan Geopark, berbeda sekali kondisi jalan yang ada dari Pelabuhan Ratu-Panenjoan atau pertigaan menuju Sukabumi dan Ujung Genteng. Setelah Panenjoan, di pertigaan ambil kanan menuju Ujung Genteng, di sini kondisi jalannya banyak yang sudah rusak.
Sampai di pusat kota (Surade), dipertigaan menuju Ujung Genteng kami ambil kiri, kira-kira berapa kilo kemudian ambil kiri lagi (liat Maps) hingga mencapai parkiran Curug Cigangsa.
Kawasan curug ini masih dikelola oleh warga setempat dan lokasi parkir juga di halaman rumah pengelola, untuk itu kami membayar ongkos parkir motor Rp. 2.000 dan tiket masuk Rp. 3.000/orang.
Setelah diberi penjelasan mengenai Curug Cigangsa, Batu Candi/Batu Masigit dan aliran bawahnya, kami memutuskan untuk ditemani karena takut nyasar ke spot-spot tambahannya.
Awal trekking kami langsung di suguhi oleh pemandangan persawahan yang menghijau. Sekitar beberapa puluh meter kemudian menyisiri tebing sungai. Terlihat di bawah, aliran sungai yang kebetulan airnya mulai mengering memasuki awal musim panas (sayang sekali..!!!). Dan sejauh mata memandang terhampar hijau perbukitan, sawah dan ladang. Tidak beberapa lama kemudian terlihat patahan tebing Curug Cigangsa yang sangat tinggi, sehingga pantas disebut Curug Luhur (luhur=tinggi dalam bahasa Sunda). Kalau saja kami dating pas debit airnya besar pastilah akan lebih menakjubkan.
Curug Cigangsa dari bibir tebing atas

Tujuan pertama kami adalah menuju Batu Candi/Batu Masigit dan muara sungai. Berjalan menyusuri tebing dan jalan batu yang licin, sekitar 200m, kemudian menuruni tebing curam hingga mencapai sungai.
Sampai di bawah terlihat hamparan bebatuan unik aneka bentuk. Juga bebatuan yang membentuk tebing sungai yang terlihat bekas-bekas erosi yang mungkin terbentuk selama ratusan atau ribuan tahun.Tidak jauh dari tempat kami turun terlihat muara sungai, pertemuan dari 2 sungai. Cuman saying sekali airnya keruh.
Bebatuan unik di aliran Sungai Cigangsa


Bebatuan unik di aliran Sungai Cigangsa
Tidak jauh dari muara, melewati bebatuan besar, terlihat Batu Candi/Batu Masigit yang berdiri megah di tengah sungai. Batu ini adalah bebatuan alami yang menyeruapai candi, batu ini terbentuk akibat erosi arus sungai yang terjadi ratusan/ribuan tahun yang lalu. Kalau dilihat sekilas benar-benar mirip tumpukan batu candi, sangat unik...!!!. Karena Batu Candi ini berada di tengah sungai yang dikelilingi oleh tebing maka kalau di musim hujan/air sungai besar maka kita tidak bisa mendekati area ini.

Batu Candi
Batu Candi
Batu Candi dari atas
Tidak jauh dari Batu Candi terdapat curug kecil yang merupakan tingkat ketiga dibawah curug utama. Lokasinya yang terpencil dan dikelilingi tebing batu menjadikannya sangat unik. Menurut guide kami, area ini dilarang untuk berenang karena sangat dalam dan menurut beliau juga mistis.






Curug kecil di aliran bawah
Curug kecil di aliran bawah
Curug kecil di aliran bawah
Curug kecil di aliran bawah
Curug kecil di aliran bawah
Bebatuan unik di aliran bawah
Dari bagian bawah, kami melanjutkan ke curug utama. Debit air di curug utama saat itu sangat kecil, kami hanya bisa menikmati tebing yang sangat unik. Menurut guide kami, ketinggian tebing (sampai ke dasar sungai di bagian bawah) lebih dari 100 m. Kolam/leuwi yang ada di bawah dalamnya puluhan meter. Kalau debit air lagi besar, permukaan bebatuan tidak terlihat dan pengunjung tidak bisa turun ke bebatuan sekitar curug.
Curug tingkat dua
Curug Cigangsa
Curug Cigangsa
Sebelum melanjutkan perjalan, kami mampir sebentar di bagian atas curug untuk mengambil beberapa foto. Selanjutnya kami menuju Curug Cikaso

15. Curug Cikaso
Masih di daerah Surade, untuk menuju Curug Cikaso ini sangat mudah kerena berada tidak jauh dari jalan raya menuju ke Ujung Genteng.
Dari Curug Cigangsa, kami menempuh perjalanan sekitar 30 menit. Di kanan jalan terlihat jelas petunjuk arah ke Curug Cikaso. Dari pinggir jalan kami sudah memasuki area parkir. Di area parkir ini ada warung makan buffet Sunda yang enak dan murah yang dilengkapi toilet dan tempat istirahat (tidur-tiduran).
Dari warung kami di antar salah seorang pengelola ke tempat penjualan karcis. Ada 2 alternatif menuju curug, jalan kaki sekitar 200m atau naik perahu. Karena jalan kaki sudah mainstream, kami memilih naik perahu. Harga karcis perahu Rp. 65.000 PP yang bisa dinaiki oleh 20 orang penumpang. Tiket masuk 2 orang plus parkir total Rp. 75.000. 
Naik perahu menuju Curug Cikaso

Naik perahu menuju Curug Cikaso
Perahu motor yang kami naiki ternyata besar hahaha… Menyusuri Sungai Cikaso yang berwarna hijau dan di kiri kanan ditumbuhi pepohonan lebat, ternyata kami hanya menempuh waktu kurang dari 10 menit hahaha.

Naik perahu menuju Curug Cikaso
Naik perahu menuju Curug Cikaso
Naik perahu menuju Curug Cikaso
Begitu turun dari perahu sudah terlihat Curug Cikaso yang memang masuk dalam wishlist saya tahun ini. Curug setinggi 80m itu sangat memukau meski saat memasuki kemarau hanya ada 2 curug yang seharusnya ada 3 curug. Air nya berwarna hijau kebiruan sangat serasi dengan lingkungan yang hijau.
Curug Cikaso

Curug Cikaso
Curug Cikaso
Curug Cikaso
Curug Cikaso
Di sebelah kanan terdapat spot foto berupa tebing yang dipasang bambu-bambu. Untuk naik ke atas sudah dibuat tangga alami. Dari titik ini kita bisa mengambil foto curug dari samping dan view kolam keseluruhan.
Curug Cikaso
Curug Cikaso
Tidak banyak pengunjung pada hari itu, hanya kami berdua dan beberapa orang pengunjung lain. Menurut guide kami, sepinya pengunjung di sini karena adanya kejadian tewasnya seorang pengunjung beberapa bulan lalu yang berenang di sekitar curug.  Saat itu beredar luas video yang memperlihatkan pengangkatan jenazah dan videonya beredar luas.
Nah buat kalian yang mau berkunjung ke sini dan mau berenang menikmati segarnya air curug ini, silahkan berenang di aliran sungainya yang tidak terlalu dalam.
Leuwi-leuwi yang pas untuk berenang
Setelah kembali ke parkir, kami menikmati makan siang di warung Sunda yang menunya enak dan murah. Lagi-lagi si Bapak mengeluh sepinya pengunjung akhir-akhir ini. Semangat ya paaak.... mudah-mudahan ramai kembali...


Link terkait:
- Pantai Loji, Curug Larangan, Curug Cilegok dan Puncak Darma
- Curug Dogdog dan Curug Cimarinjung
- Curug Sodong, Curug Cikanteh dan Pantai Palangpang 
- Curug Awang dan Curug Tengah 
- Curug Puncak Manik 
- Curug Puncak Jeruk

Labels: , , , , , , , , , ,