Friday, June 1, 2018

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 7: Curug Luhur Cigangsa dan Curug Cikaso


Sabtu, 12 Mei 2018
Sekitar jam 8 pagi kami check-out dari penginapan di Desa Cimarinjung dan melanjutkan perjalanan menuju Surade. Di lokasi ini kami akan mengunjungi Curug Luhur Cigangsa dan Curug Cikaso.

14. Curug Luhur Cigangsa
Mengandalkan Google Maps kami menuju Curug Luhur Cigangsa atau Curug Cigangsa yang berada di Desa Batusuhunan, kecamatan Surade ini. Jaraknya dari Pantai Palangpang-Ciletuh sekitar 1 jam perjalanan. Kecamatan Surade masih masuk ke dalam kawasan Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark.
Meski masuk dalam kawasan Geopark, berbeda sekali kondisi jalan yang ada dari Pelabuhan Ratu-Panenjoan atau pertigaan menuju Sukabumi dan Ujung Genteng. Setelah Panenjoan, di pertigaan ambil kanan menuju Ujung Genteng, di sini kondisi jalannya banyak yang sudah rusak.
Sampai di pusat kota (Surade), dipertigaan menuju Ujung Genteng kami ambil kiri, kira-kira berapa kilo kemudian ambil kiri lagi (liat Maps) hingga mencapai parkiran Curug Cigangsa.
Kawasan curug ini masih dikelola oleh warga setempat dan lokasi parkir juga di halaman rumah pengelola, untuk itu kami membayar ongkos parkir motor Rp. 2.000 dan tiket masuk Rp. 3.000/orang.
Setelah diberi penjelasan mengenai Curug Cigangsa, Batu Candi/Batu Masigit dan aliran bawahnya, kami memutuskan untuk ditemani karena takut nyasar ke spot-spot tambahannya.
Awal trekking kami langsung di suguhi oleh pemandangan persawahan yang menghijau. Sekitar beberapa puluh meter kemudian menyisiri tebing sungai. Terlihat di bawah, aliran sungai yang kebetulan airnya mulai mengering memasuki awal musim panas (sayang sekali..!!!). Dan sejauh mata memandang terhampar hijau perbukitan, sawah dan ladang. Tidak beberapa lama kemudian terlihat patahan tebing Curug Cigangsa yang sangat tinggi, sehingga pantas disebut Curug Luhur (luhur=tinggi dalam bahasa Sunda). Kalau saja kami dating pas debit airnya besar pastilah akan lebih menakjubkan.
Curug Cigangsa dari bibir tebing atas

Tujuan pertama kami adalah menuju Batu Candi/Batu Masigit dan muara sungai. Berjalan menyusuri tebing dan jalan batu yang licin, sekitar 200m, kemudian menuruni tebing curam hingga mencapai sungai.
Sampai di bawah terlihat hamparan bebatuan unik aneka bentuk. Juga bebatuan yang membentuk tebing sungai yang terlihat bekas-bekas erosi yang mungkin terbentuk selama ratusan atau ribuan tahun.Tidak jauh dari tempat kami turun terlihat muara sungai, pertemuan dari 2 sungai. Cuman saying sekali airnya keruh.
Bebatuan unik di aliran Sungai Cigangsa


Bebatuan unik di aliran Sungai Cigangsa
Tidak jauh dari muara, melewati bebatuan besar, terlihat Batu Candi/Batu Masigit yang berdiri megah di tengah sungai. Batu ini adalah bebatuan alami yang menyeruapai candi, batu ini terbentuk akibat erosi arus sungai yang terjadi ratusan/ribuan tahun yang lalu. Kalau dilihat sekilas benar-benar mirip tumpukan batu candi, sangat unik...!!!. Karena Batu Candi ini berada di tengah sungai yang dikelilingi oleh tebing maka kalau di musim hujan/air sungai besar maka kita tidak bisa mendekati area ini.

Batu Candi
Batu Candi
Batu Candi dari atas
Tidak jauh dari Batu Candi terdapat curug kecil yang merupakan tingkat ketiga dibawah curug utama. Lokasinya yang terpencil dan dikelilingi tebing batu menjadikannya sangat unik. Menurut guide kami, area ini dilarang untuk berenang karena sangat dalam dan menurut beliau juga mistis.






Curug kecil di aliran bawah
Curug kecil di aliran bawah
Curug kecil di aliran bawah
Curug kecil di aliran bawah
Curug kecil di aliran bawah
Bebatuan unik di aliran bawah
Dari bagian bawah, kami melanjutkan ke curug utama. Debit air di curug utama saat itu sangat kecil, kami hanya bisa menikmati tebing yang sangat unik. Menurut guide kami, ketinggian tebing (sampai ke dasar sungai di bagian bawah) lebih dari 100 m. Kolam/leuwi yang ada di bawah dalamnya puluhan meter. Kalau debit air lagi besar, permukaan bebatuan tidak terlihat dan pengunjung tidak bisa turun ke bebatuan sekitar curug.
Curug tingkat dua
Curug Cigangsa
Curug Cigangsa
Sebelum melanjutkan perjalan, kami mampir sebentar di bagian atas curug untuk mengambil beberapa foto. Selanjutnya kami menuju Curug Cikaso

15. Curug Cikaso
Masih di daerah Surade, untuk menuju Curug Cikaso ini sangat mudah kerena berada tidak jauh dari jalan raya menuju ke Ujung Genteng.
Dari Curug Cigangsa, kami menempuh perjalanan sekitar 30 menit. Di kanan jalan terlihat jelas petunjuk arah ke Curug Cikaso. Dari pinggir jalan kami sudah memasuki area parkir. Di area parkir ini ada warung makan buffet Sunda yang enak dan murah yang dilengkapi toilet dan tempat istirahat (tidur-tiduran).
Dari warung kami di antar salah seorang pengelola ke tempat penjualan karcis. Ada 2 alternatif menuju curug, jalan kaki sekitar 200m atau naik perahu. Karena jalan kaki sudah mainstream, kami memilih naik perahu. Harga karcis perahu Rp. 65.000 PP yang bisa dinaiki oleh 20 orang penumpang. Tiket masuk 2 orang plus parkir total Rp. 75.000. 
Naik perahu menuju Curug Cikaso

Naik perahu menuju Curug Cikaso
Perahu motor yang kami naiki ternyata besar hahaha… Menyusuri Sungai Cikaso yang berwarna hijau dan di kiri kanan ditumbuhi pepohonan lebat, ternyata kami hanya menempuh waktu kurang dari 10 menit hahaha.

Naik perahu menuju Curug Cikaso
Naik perahu menuju Curug Cikaso
Naik perahu menuju Curug Cikaso
Begitu turun dari perahu sudah terlihat Curug Cikaso yang memang masuk dalam wishlist saya tahun ini. Curug setinggi 80m itu sangat memukau meski saat memasuki kemarau hanya ada 2 curug yang seharusnya ada 3 curug. Air nya berwarna hijau kebiruan sangat serasi dengan lingkungan yang hijau.
Curug Cikaso

Curug Cikaso
Curug Cikaso
Curug Cikaso
Curug Cikaso
Di sebelah kanan terdapat spot foto berupa tebing yang dipasang bambu-bambu. Untuk naik ke atas sudah dibuat tangga alami. Dari titik ini kita bisa mengambil foto curug dari samping dan view kolam keseluruhan.
Curug Cikaso
Curug Cikaso
Tidak banyak pengunjung pada hari itu, hanya kami berdua dan beberapa orang pengunjung lain. Menurut guide kami, sepinya pengunjung di sini karena adanya kejadian tewasnya seorang pengunjung beberapa bulan lalu yang berenang di sekitar curug.  Saat itu beredar luas video yang memperlihatkan pengangkatan jenazah dan videonya beredar luas.
Nah buat kalian yang mau berkunjung ke sini dan mau berenang menikmati segarnya air curug ini, silahkan berenang di aliran sungainya yang tidak terlalu dalam.
Leuwi-leuwi yang pas untuk berenang
Setelah kembali ke parkir, kami menikmati makan siang di warung Sunda yang menunya enak dan murah. Lagi-lagi si Bapak mengeluh sepinya pengunjung akhir-akhir ini. Semangat ya paaak.... mudah-mudahan ramai kembali...


Link terkait:
- Pantai Loji, Curug Larangan, Curug Cilegok dan Puncak Darma
- Curug Dogdog dan Curug Cimarinjung
- Curug Sodong, Curug Cikanteh dan Pantai Palangpang 
- Curug Awang dan Curug Tengah 
- Curug Puncak Manik 
- Curug Puncak Jeruk

Labels: , , , , , , , , , ,

Saturday, May 26, 2018

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 6: Curug Puncak Jeruk


13. Curug Puncak Jeruk
Dari Curug Puncak Manik, untuk menuju Curug Puncak Jeruk kami harus balik lagi ke arah Panenjoan, karena berbeda arah. Dalam suasana hujan kami mampir di sebuah rumah makan di depan Panenjoan. 
Menikmati makan siang
Menikmati makan siang
Setelah makan siang, masih dalam suasana gerimis, kami melanjutkan perjalanan menuju Curug Puncak Jeruk. Mengandalkan Google Maps, kami menuju arah Waluran atau ke arah Jakarta/Sukabumi kota. Di Google Maps terlihat jarak tempuh sekitar 18km/35 menit.
Atas petunjuk Maps, kami memasuki jalan kecil dan offroad. Meski agak ragu, kami tetap melanjutkan perjalanan. Kami memasuki area perkebunan kelapa sawit dan tidak terlihat rumah satupun. Untung di tengah jalan kami bertemu penduduk lokal yang memberi petunjuk arah.
Salah satu kondisi jalan
Salah satu kondisi jalan
Salah satu kondisi jalan
Terus menyusuri jalan berbatu di tengah perkebunan sawit hingga kami memasuki areal perkebunan cengkeh. Melihat jalan ini, buat yang membawa mobil yang bukan offroad sangat tidak dianjurkan. Dan kami hanya memakai motor bebek, karena sudah terlanjut dan ditambah rasa penasaran kami tetap melanjutkan perjalanan.
Terus menyusuri ke tengah perbukitan, kami bertemu dengan (seperti) komplek rumah pekerja kebun. Kami dikasih tau oleh satpam bahwa perjalanan masih jauh. Di titik ini kami mulai lagi perjalanan dengan kondisi jalan yang lebih parah ditambah jalan yang naik turun bukit/lembah. Sampai akhirnya kami menemukan pos (sesuai petunjuk satpam), kemudian ambil kanan. Di sini jalannya berupa tanah merah, karena bekas hujan dan masih gerimis kami mengalami kecelakaan kecil hahahha. Di sini motor kami jatuh, kaca spion pecah dan plat belakang agak terlepas.
Curug dari bawah
Sekitar 100m, terlihat papan petunjuk selamat datang di Curug Puncak Jeruk. Tidak ada penjaga... ya kali ada penjaga di tengah hutan gini.... hehehe. Untuk ke curug kami menuruni bukit sekitar 50m. Di bawah telihatlah curug yang dicari dengan susah payah ini....
Curug dari bawah
Curug dari bawah
Curug dari bawah
Curug dari bawah
Yang bikin kagum adalah, curug ini sangat lebar, mungkin sekitar 100m. Curug ini ada 2 tingkat, tingkat bawah lebih lebar di banding atas, tapi tingkat atas lebih tinggi. Karena hujan, airnya jadi keruh, sayang sekali. Di seberang sungai terlihat hamparan sawah yang menghijau.
Berada di lembah, curug ini diapit oleh dua kecamatan yaitu kecamatan Waluran (Desa Mekarmukti) dan kecamatan Ciemas (desa Mekarjaya).
Melewati bebatuan yang ada di bawah curug, Revan mendekati curug bagian bawah. Kemudian naik ke atas melalui sisi sebelah kanan. Di bagian atas terlihat area yang lumayan luas, jadi air dari atas tidak langsung jatuh ke bawah.
Curug bagian atas
Curug bagian atas

Sedang asiknya mengambil foto, kami kedatangan petugas (sepertinya petugas Perhutani) atau pengawas perkebunan. Beliau mengatakan bahwa air curug siangnya masih berwarna hijau/jernih, tapi berubah keruh karena hujan. Dan dari beliau juga, kami dikasih tahu jalan pintas yang hanya berjarak 3km ke jalan raya dibanding jalan yang kami tempuh tadi sekitar 6km. Tapi apapun jalur yang diambil tetap saja kondisi jalannya sama, berbatu dan licin.

14. Panenjoan
Sebelum menuju penginapan kami mampir sebentar di Panenjoan. Selain sebagai Pusat Informasi Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark, di sini kita juga bisa melihat bentangan alam, seperti di Puncak Darma, tapi dari sisi lain.
Dari sini terlihat Mega Amfiteater dan bentangan persawahan dan perkampungan yang dikelilinginya. Hanya saja, kondisi cuaca berkabut jadi tidak dapat melihat jelas pemandangan yang spektakuler ini. Mungkin lain kali kami akan mampir lagi ke sini kalau suatu saat balik lagi.
Panenjoan yang sedang berkabut
Sunset di Panenjoan yang sedang berkabut
Sunset di Panenjoan yang sedang berkabut
Link terkait:
- Pantai Loji, Curug Larangan, Curug Cilegok dan Puncak Darma
- Curug Dogdog dan Curug Cimarinjung
- Curug Sodong, Curug Cikanteh dan Pantai Palangpang 
- Curug Awang dan Curug Tengah 
- Curug Puncak Manik 
- Curug Luhur Cigangsa dan Curug Cikaso

Labels: , , , , , , , , ,

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 5: Curug Puncak Manik

12. Curug Puncak Manik
Sebagaimana saya jelaskan di blog sebelumnya, Curug Puncak Manik berada di aliran Sungai Ciletuh, setelah Curug Awang dan Curug Tengah. Menurut penjelasan dari bapak sewaktu di Curug Awang, sebenarnya ada jalan pintas menuju Curug Puncak Manik dari Curug Awang/Curug Tengah, tapi jalannya masih alami dan ekstrim, ditambah lagi pengunjung hanya bisa menikmati bagian atas curug.
Melanjutkan perjalanan dari Curug Awang, di suatu lokasi yang agak sepi, kami melihat ada spanduk untuk menuju ke Curug Puncak Manik. Melewati jalan yang lumayan terjal dan berbatu, kami sampai dilapangan parkir yang ada pos tapi tidak ada penjaganya.
Suasanya sangat sepi karena dikelilingi hutan dan perkebunan, tidak terlihat jalan turun. Di kejauhan, di seberang bukit terlihat tangga turun ke lembah. Pastilah itu lokasi yang disebut Tangga 1.000. Meski belum mengetahu lokasi tepatnya, karena tidak ada di Google Maps, kamipun melanjutkan perjalanan.
Sampai di pertigaan Sukabumi-Ujung Genteng, kamipun mengambil arah ke Ujung Genteng. Dari titik ini terlihat sekali perbedaan mencolok kondisi jalan. Kondisi jalan menuju Ujung Genteng masih berupa aspal lama dengan lobang disana-sini. Berbeda dengan kondisi jalan beraspal mulus dari pertigaan hingga Puncak Darma-Jalan Baru (Loji).
Setelah agak lama di jalan, kami merasa ada yang salah, sepertinya kondisinya makin menjauh hahaha. Mampir di Pertamini sekaligus mengisi bensin, menurut info penjaga Pertamini, kami kelewatan jauh. Ancar-ancar nya yaitu Asrama Kostrad. Kami pun balik arah sampai ketemu Asrama Kostrad yang dimaksud, ternyata memang ada petunjuk arah ke Curug Puncak Manik tapi berupa papan kecil jadi tidak terbaca (dari Ciletuh arah kanan).
Memasuki jalan ini, kondisi jalan lebih parah, berbatu. Memasuki perkampungan yang lumayan sepi, sawanh dan lading akhirnya kami sampai di parkiran Curug Puncak Manik. Pengunjung sangat sepi. Di pinggir parkiran terlihat warung-warung/saung berjejer rapi, terlihat kelapa muda mendominasi dagangan mereka.

Setelah parkir (gak ada pembayaran tiket masuk), kamipun menuruni tangga yang disebut Tangga 1.000 ini. Tangga ini masih terkesan sangat baru ini terdiri dari anak-anak tangga yang berupa cor-coran, dan dipasang besi pengaman dikiri dan kanan sepanjang tangga yang berhiaskan gambar kujang, senjata tradisonal Sunda. Karena curugnya berada di lembah, tentu saja kondisi jalannya menurun, tapi tenang saja, berjalan santai tidak akan terasa. Tapi wajah kelelahan terlihat dari pengunjung yang kembali dari curug dengan trek mendaki hahahaha..
Trek naik/turun
Trek naik/turun
Trek naik/turun
Trek naik/turun
Di beberapa spot kita bisa berhenti sejenak sambil mengambil foto curug dikejauhan yang tentu saja bukan hanya curug tapi juga tebing dan hutan yang mengelilinginya.
View curug sepanjang perjalanan
View curug sepanjang perjalanan
View curug sepanjang perjalanan
View curug sepanjang perjalanan
Sampai di bawah, tidak terlihat pengunjung lain, hanya kami berdua. Terlihat satu warung dan saung tempat beristirahat pengunjung. Di depan mengalir Ciletuh. Di pinggir sungai terlihat pepohonan besar dan bebatuan menghiasi sungai. Sementara itu curugnya terlihat dua, dengan tinggi kira-kira 100 meter dengan tipe tail horse. Dengan debit yang besar (padahal sudah memasuki musim panas) begitu jatuh ke kolam, terbentuk tampias yang menyeruapai kabut menyelimuti area curug.
Indah nya Curug Puncak Manik

Indah nya Curug Puncak Manik
Indah nya Curug Puncak Manik
Indah nya Curug Puncak Manik
Aliran curug utama kemudian jatuh di tebing yang berwarna coklat kemerahan membentuk air terjun mini dan akhirnya jatuh membentuk kolam yang luas dan dalam selanjutnya mengaliri Sungai Ciletuh. Tebing antara dua curug inilah yang membatasi pengunjung untuk mendekati curug utama.
Curug Puncak Manik yang unik
Curug Puncak Manik yang unik

Tebing yang berwarna coklat kemerahan terlihat kontras dengan rerumputan dan semak yang berwarna hijau, serasa berada di negeri lain.. hehehe. Tidak salah lagi, inilah curug tercantik di kawasan Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark.
Curug Puncak Manik yang unik
Curug Puncak Manik yang unik
Curug Puncak Manik yang unik
Curug Puncak Manik yang unik
Curug Puncak Manik yang unik

Tengah asik menikmati keindahan curug ini, terlihat sepasang pengunjung beserta guide nya menuruni bukit, sepertinya mereka mengambil jalur yang pertama yang tidak jadi kami lalui. Jalurnya terlihat ekstrim, dengan menuruni bukit melalui jalan setapak di antara pepohonan dengan kemiringan yang curam. Sampai di bawah mereka menyeberangi sungai untuk sampai ke tempat kami.
Selesai mengambil foto, kami mampir istirahat di warung dan menikmati mie dan teh hangat. Meski daerah wisata dan memakan waktu dan tenaga ke curug ini, harga makanan dan minumannya sama dengan di luar, hanya beberapa ribu saja.
Setelah mengganjal perut, kami melanjutkan perjalanan, tentu saja kembali melewati Tangga 1.000. Kali ini saya berniat menghiung jumlah tangga... hmmm sampai di atas ternyata jumlahnya tidak sampai 1.000 melainkat sekitar 750, tapi lumayan dengan jumlah segitu membuat sport jantung. Jadi menurut warga lokal, sering kejadian pengunjung pingsan karena terlalu memaksakan diri. Jadi kalau kalian ke sini, jangan terlalu memaksakan diri, cobalah istirahat di sepanjang perjalanan.
Sampai di atas, kembali kami beristirahat, menikmati kelapa muda yang harganya hanya Rp. 5.000. Dari sini kita juga bisa menikmati Curug Puncak Manik dari sudut lain. Dari sini terlihat sawah yang membentang di kiri kanan aliran sungai. Tidak sia-sia mengunjungi curug ini. The Best....... !!!!
Curug Puncak Manik dari atas
Curug Puncak Manik dari atas

Link terkait:
- Pantai Loji, Curug Larangan, Curug Cilegok dan Puncak Darma
- Curug Dogdog dan Curug Cimarinjung
- Curug Sodong, Curug Cikanteh dan Pantai Palangpang 
- Curug Awang dan Curug Tengah 
- Curug Puncak Jeruk  
- Curug Luhur Cigangsa dan Curug Cikaso 

Labels: , , , , , , , , , , ,