Wednesday, June 13, 2018

Merasakan sejuknya Curug Dengdeng dan Telaga Warna

2 Juni 2018

Curug Dengdeng
Pengembaraan mencari curug kali ini mengantarkan kami ke Curug Dengdeng yang ada di Desa Sukatani, Cipanas-Cianjur. Curug ini mungkin kedengaran asing di telinga traveler khususnya pencari curug/air terjun.

Dari Bogor saya dan Revan, menggunakan motor, berangkat sekitar jam 7 pagi. Cuaca sangat cerah dan jalanan Puncak sepi yang biasanya padat di setiap weekend, tentu saja karena bulan puasa :D. Meski begitu jalanan masih sempat tersendat di sekitar Pasar Cisarua.
Menyusuri jalanan Puncak yang berkelok-kelok dengan pemandangan pegunungan dan perkebunan teh disana-sini serta udara yang sangat sejuk membuat paru-paru berasa segar. Selepas Puncak Pass, memasuki Cipanas, cuaca berubah drastis, cuaca yang tadinya cerah berganti dengan awan gelap meski tidak turun hujan.

Sesudah Pasar Cipanas, pas di samping Istana Cipanas, yang meupakan patokan untuk menuju curug ini, kami ambil jalan kanan, ke arah terminal dimana banyak angkot-angkot berwarna kuning ngetem di sini. Menyusuri jalan di samping pagar Istana, tidak beberapa jauh kemudian dipertigaan ambil jalur kanan, masih menyusuri pagar belakang Istana. Dari sini kondisi jalan terus menanjak.
Jalan menuju Desa Sukatani
Sepanjang jalan di kiri-kanan terlihat ladang-ladang aneka sayur seperti sawi, kailan, lobak, wortel, dll. Tidak salah kalau Cipanas menjadi pemasok utama sayur dan buah-buahan untuk kota-kota di sekitarnya terutama Jakarta. Hampir tidak terlihat ada lahan menganggur, semua terisi oleh kebun sayur. Sangat produktif….!!!. Dan dijalan juga terlihat hilir mudik mobil dan motor membawa hasil bumi.

Setelah menempuh jalan menanjak sekitar 6km, mengandalkan Maps dan penduduk lokal kami ditunjukkan jalan masuk melewati gang-gang sempit hingga sampai disalah satu warung yang menjadi tempat parkir. Tidak ada tiket masuk di sini, dan tarif parkir juga seiklasnya.

Masuk gang-gang
Masuk gang-gang
Dari sini kami harus trekking. Melewati jalan setapak di antara ladang sayur suasana desa sangat terasa sekali. Terlihat petani-petani bekerja di ladang. Dan dikejauhan terlihat Gunung Gede Pangrango berselimut awan dan kabut.
Kebun sayuran sepanjang jalan menuju curug
Kebun sayuran sepanjang jalan menuju curug
Sampai di petunjuk arah, kami mulai menuruni bukit. Kondisi jalan setapak ini lumayan ekstrim karena berada disisi bukit yang bawahnya merupakan lembah. Kondisi tanahnya rawan longsor, sebagaimana kita ketahui karena perbukitan di sini sudah beralih fungsi menjadi ladang. Tapi masih beruntung karena di bagian lembah masih berupa hutan, meski masih terlihat petak-petak ladang sayuran.
Menuruni bukit menuju Curug Dengdeng
Menuruni bukit menuju Curug Dengdeng
Menuruni bukit menuju Curug Dengdeng
Menuruni bukit menuju Curug Dengdeng
Terdapat satu titik longsor ketika kami ke sini, pohon berukuran sedang menghalangi jalan dan belum dibersihkan. Melewati aliran sungai yang tidak begitu dalam tapi sangat dingin, jarak tempuh hanya tinggal sekitar 50 meteran. Dan semua lelah akan terbayarkan ketika dari balik sebuah pohon besar kami melihat curug yang dituju, Curug Dengdeng. 
Cuurg Dengdeng di kejauhan
Curug ini benar-benar diluar perkiraan saya. Curug ini ternyata sangat tinggi. Meski tidak ada referensi yang akurat, saya memperkirakan curug ini tingginya sekitar 80-100 meter. Terdiri dari curug utama dan beberapa curug kecil. Meski debit airnya tidak terlalu besar tapi tidak mengurangi kecantikan curug ini. Karena tinggi, area di sekitar curug tidak lepas dari tampias dan selalu basah. Karena area didepan curug terbatas, jadi hampir dimana saja kita berdiri akan kena selalu kena tampias hahahhaa. Jadi buat yang membawa HP atau kamera DSRL harap berhati-hati dan lindungi dari tampias.
Curug Dengdeng yang menakjubkan
Curug Dengdeng yang menakjubkan
Curug Dengdeng yang menakjubkan
Kecantikan curug ini ditambah lagi dengan taanaman-tanaman merambat atau pohon-pohon kecil yang menempel di tebing yang menjulang dengan kemiringan 90 derajat.
Karena tidak berniat mandi di curug ini, kami hanya mengambil foto-foto. Untuk mendekati curug kita bisa mengambil tebing yang ada di sisi kiri. Di sini terdapat area yang rata sehingga kita bisa mengambil foto curug dari samping. Dan tentu saja harus rela berbasah-basah.
Curug Dengdeng dari sisi kiri
Curug Dengdeng dari sisi kiri
Curug Dengdeng dari sisi kiri
Hanya saja, karena tidak dikelola, terdapat sisa-sisa sampah dari pengunjung meski tidak terlalu banyak. Semoga kedepannya tempat ini dijaga kebersihan dan tetap asri.

Telaga Warna
Pulang dari Curug Dengdeng kami mampir di Telaga Warna yang berada di kawasan Puncak dan sudah masuk wilayah Bogor.

Tidak perlu diragukan lagi, kalau kita melewati area Puncak sampai ke Cianjur pastilah melewati objek wisata ini karena papan petunjuknya sangat jelas di pinggir jalan.
Memasuki gerbang, kami kemudian membayar tiket masuk Rp. 25.000 per orang. Begitu memasuki gerbang, kami sudah disambut oleh banyak monyet yang jinak dan seolah menunggu makanan. Setelah parkir di lokasi parkir khusus motor yang juga berada di perkebunan teh. Tidak terlalu jauh jalan, kita sudah sampai di Telaga Warna. 
Jalan masuk ke Telaga Warna
Berfoto di perkebunan teh
Telaga Warna ini tidak terlalu luas, berada di kaki bukit dikelilingi oleh hutan perawan, pemandangan kontras dengan area puncak yang sudah terekploitasi dengan banyaknya perkebunan, villa dan rumah. Terlihat juga beberapa penginapan/cottage dipinggir telaga. Hanya saja saya tidak tahu apakah masih disewakan atau tidak karena saat itu jalan masuk ke area cottage tertutup.

View Telaga Warna
View Telaga Warna
View Telaga Warna
View Telaga Warna
View Telaga Warna
Seperti di Uluwatu, di sini sangat banyak monyet-monyet yang jinak dan hidupnya sudah tergantung dari belas kasihan pengunjung. Saking jinak atau ‘kurang ajar’ mereka tidak segan-segan membuka tas dan memeriksa saku-saku pengunjung atau beberapa dari mereka loncat ke tubuh pengunjung dan ‘menggeledah’nya. Malah ada minuman pengunjung yang di rebut oleh monyet-monyet ini.
Monyetnya nakal-nakal
Monyetnya nakal-nakal
 
 
Di sini terdapat kantin yang tutup selama bulan puasa, dan saya tidak bisa membayangkan bagaimana makan di sini dengan dikelilingi oleh monyet-monyet yang perilakunya sudah uncontrolled ini?

Tidak terlalu lama kami disini, mungkin sekitar 1 jam untuk melepas lelah dan kemudian melanjutkan perjalanan pulang, menikmati suasana Puncak yang sepi dan jarang sekali ditemui.

Labels: , , , , , , , , ,

Kembali Berkunjung ke Curug Cilontar dan Eksplor Curug Sawer

1 Juni 2018
Hunting curug kali ini saya ditemani oleh Revan, Nico dan Erlan. Menggunakan 2 motor kami melaju ke arah Leuwiliang. Masuk ke pertigaan Karacak, kali ini tujuannya adalah Curug Sawer yang belum dikunjungi. Curug ini berada tidak jauh dari Curug Cilontar yang sudah pernah saya kunjungi tahun 2016 lalu.  
Saat mengunjungi Curug Cilontar dulu, guide nya mengatakan ada Curug Sawer yang tidak jauh dari Curug Cilontar tapi berhubung menyeberangi sungai, tidak disarankan karena habis hujan. Juga pas kami dulu ke Curug Cikuluwung dan Curug Idas, pengelolanya juga mengatakan di aliran bawah ada Curug Sawer, tapi berhubung waktu, kami tidak melanjutkan ke Curug Sawer ini.

Jadi sebenarnya Curug Sawer ini berada di antara Curug Cikuluwung/Curug Idas dan Curug Cilontar. Perlu dicatat, meski berdekatan, Curug Cilontar berada di desa Karyasari, kecamatan Leuwiliang yang merupakan aliran Sungai Cianten. Sementara itu Curug Sawer berada di Desa Cibitung Wetan kecamatan Pamijahan yang berada di aliran sungai Cikuluwung. Kedua sungai ini bertemu di depan Curug Cilontar.
Karena hari ini hari Jum’at, kami harus bergegas dan mengatur waktu supaya bisa kembali ke rumah sebelum sholat Jum’at.

Melewati Karacak, sekarang sudah ada plang kecil dipinggir jalan yang menunjukkan lokasi Curug Cilontar. Mengambil parkir yang disediakan, kemudian jalan sekitar 50 meter menuju tebing sungai. Kemudian turun menuju sungai melewati tangga-tangga batu yang lumayan licin. Di seberang tebing masih terlihat curug yang belum ada namanya (masih belum sempat ke sana).

Sampai di bawah, tepat di depan Curug Cilontar kami mengambil beberapa foto di sini. Sudah tidak terlihat pohon besar dipinggir sungai yang dulu berdiri. 
Curug Lontar di kejauhan
Photo session di Curug Cilontar
Photo session di Curug Cilontar
Photo session di Curug Cilontar
Curug Cilontar
Kebetulan saat kami datang airnya berwarna hijau, berbeda dengan kunjungan sebelumnya yang berwarna coklat. Hanya mengambil beberapa foto selanjutnya kami menuju Curug Sawer.
Jalan menuju Curug Sawer di seberang Curug Lontar
Menyeberangi sungai yang juga menjadi batas wilayah Pamijahan dan Leuwiliang, melewati batu-batu dan arus kemudian sampai di daratan. Berjalan kira-kira 50 meter kemudian ada 2 alternatif jalan, menyeberang sungai dan melewati bukit kemudian menyusuri sungai. Kami memilih menyusuri sungai. Kedua jalan tersebut tidak sulit karena sudah dekat dengan Curug Sawer. Melewati sungai kami harus melewati bebatuan yang tidak terlalu licin. Melewati ‘belokan’ sudah terlihat Curug Sawer yang berjarak sekitar 50 meter lagi.

Curug Sawer
Curug Sawer
Curug Sawer
Curug Sawer
Curug Sawer ini lumayan tinggi, mungkin sekitar 20 meter. Sesuai dengan namanya, air curug ini membuat tampias sehingga daerah sekitar curug selalu basah karena tampiasnya. Di curug ini juga terdapat 2 aliran sungai. Dari kiri adalah aliran Sungai Cikuluwung yang jernih yang juga mengairi Curug Cikuluwung dan Curug Idas, sementara dari atas (curug) airnya berwarna coklat. Aliran sungai ini selanjutnya menuju Sungai Cianten (ke arah Curug Cilontar).
Aliran sungai dari Sungai Cikuluwung yang jernih
Add captionAliran sungai dari Sungai Cikuluwung yang jernih
Puas di Curug Sawer, kami kembali ke Curug Cilontar. Beristirahat di muara, dibawah pepohonan disini kita bisa menikmati Curug Cilontar dari kejauhan. Ingin rasanya mengunjungi curug yang ada di aliran bawahnya, tapi sepertinya waktunya tidak memungkinkan, karena harus kembali untuk Jum’atan. Mungkin lain kali kami akan kembali lagi.
Menyeberang sungai kembali ke Curug Lontar

View Curug Lontar dari muara
View Curug Lontar dari muara
View Curug Lontar dari muara

Link terkait:
- Curug Cilontar
- Curug Cikuluwung
- Curug Idas
- Curug Jatake/Lembah Pelangi-Leuwiliang

Labels: , , , , , , , , , ,